14 Menjebak Arini

Pelangi sedang menunggu taksi untuk pulang saat sebuah mobil yang sangat dikenalnya berhenti di sebelahnya, Ray segera membuka pintu mobilnya dan menyuruh Pelangi masuk tapi Pelangi sama sekali tak bergeming. Dia mengabaikan kehadiran Ray di depannya.

"Masuk!" teriak Ray sambil mendorong Pelangi ke kursi penumpang, Pelangi mencoba memberontak tapi tenaganya tak sebanding dengan tenaga Ray.

Setelah Pelangi berada di kursi penumpang Ray segera memasang sabuk pengaman kemudian dia menutup pintu dan menguncinya. Setelah itu dia memutari bsgian depan mobil dan memasuki pintu pengemudi setelah itu dia melarikan mobil menuju rumah mereka.

Sepanjang perjalanan Pelangi hanya diam, dia tak ingin bicara apapun dengan Ray. Dulu dia ingin sekali berada di posisi ini, duduk di sebelah Ray di dalam mobil sembari bercerita tentang apa saja, tapi kini dia sudah tak menginginkannya lagi. Saat ini dia lebih suka Ray yang mengacuhkannya dan selalu membuatnya menangis dan menolak semua keinginannya.

Tiba di rumah, Pelangi segera keluar dari mobil begitu mobil itu berhenti di pekarangan rumah, Ray hanya terbengong melihat Pelangi yang langsung berlari ke dalam rumah seperti melihat hantu.

Jadi begini rasanya diacuhkan? Entahlah, rasanya seperti ada rasa sakit di hatinya saat melihat Pelangi berlari. Ray tersenyum kecut. Ada apa denganmu, Ray? Apa kamu mulai menyukainya?

Ray menatap kamar Pelangi yang tetutup dengan gontai di menuju ke kamarnya. Dia ingat bagaimana dulu dia selalu mengacuhkan Pelangi, menolak setiap permintaannya dan mematahkan apapun upaya Pelangi untuk membuatnya jatuh cinta pada gadis itu meski gadis itu sudah menadi istrinya.

Ray baru saja masuk ke dalam kamarnya saat teleponnya berdering, dengan malas Ray menerima telepon dari Arini sambil merebahkan tubuhnya di sandaran sofa.

"Ray? Sayang, jemput aku dong," pintanya dengan manis.

"Sorry, Rin, Aku baru saja sampai rumah, capek. Besok lagi ya!" katanya lelah.

"Kenapa sih akhir-akhir ini kamu sulit sekali aku hubungi? Aku kangen kamu, Ray," keluh Arini.

"Aku harus lembur, Rin, Perusahaan sedang ada masalah, ini untuk masa depan kita juga." dusta Ray. "kamu gak ingin perusahaanku bangkrut kan, Sayang?"

"Oh, kukira kamu sedang bersama nenek sihir itu. Kuharap dia tidak mengganggumu," keluh Arini.

"Tenang, sayang. Dia tidak akan menggangguku lagi," kata Ray yang kemudian tertawa miris dalam hatinya sambil berkata dalam hati , karena sekarang aku yang menggangginya

Sebenarnya perusahaan milik Ray, ralat milik nenek Ray saat ini sedang dalam posisi yang sangat bagus. Ray mengatakan hal itu hanya karena dia sedang ingin menghindar dari Arini. Ray sendiri tak tahu kenapa akhir-akhir ini dia sering menghindar dari Arini, tepatnya setelah dia memberi pelajaran pada Pelangi dengan menciumnya. Ray berharap dengan merasakan ciumannya Pelangi akan tersiksa karena akan mendamba ciuman itu tapi tak akan pernah mendapatkannya. Kenyataannya justru sebaliknya, Pelangi justru jadi membencinya dan kini dia malah terganggu dengan kehadiran Pelangi di benaknya.

Pelangi selalu mengatakan kalau Arini mempunyai maksud tertentu dibalik sikap sayangnya kepada Ray tapi Ray tak pernah menggubrisnya. Dia menganggap Pelangi mengatakan hal itu karena dia menganggap Pelangi benci pada Arini tapi semenjak dia mengatakan kalau perusahaannya bermasalah Ray dapat merasakan sikap Arini yang sedikit berubah karena kini dia tak lagi menghubungi Ray tiap hari lagi.

Ray menghubungi Arini tapi tak diangkat, Arini baru mengangkatnya pada panggilan yang ke tiga.

(Halo....) suara Arini terdengar di ujung sana,

"Rin, bisa jemput aku?" pinta Ray, matanya masih menatap angka-angka di monitor komputer di depannya.

(Mobil kamu di mana? tanya Arini dengan nada agak malas.

"Bengkel," jawab Ray dengan seringai di bibirnya. Dia sedang mencoba membuktikan ucapan Pelangi tentang Arini dan dia berharap dugaan Pelangi salah.ena

(Kenapa mobilnya?)

"Tadi mogok," jawabnya asal. Ray tak tahu apa Arini akan percaya karena Arini sangat tahu dia merawat mobilnya dengan sangat teliti.

(Jam berapa?)

"Setengah jam lagi, bisa?"

(Oke, tunggu, ya...)

*** AlanyLove

avataravatar
Next chapter