15 Menjebak Arini (2)

Lebih dari satu jam kemudian Arini sampai di kantor Ray dengan wajah jutek, sebenarnya Ray sudah biasa dengan ekspresi Arini yang yang seperti ini dan dia tak mempermasalahkannya. Ray memasang senyum lebar. Ray segera memeluk Arini dan menciumnya di bibir sekilas, kemudian meminta kunci honda CRV yang di pegang Arini dan mulai masuk ke ruangan pengemudi sementara Arini segera membututinya dan naik di kursi penumpang. Ray menghidupkan mesinnya dan mulai menjalankan mobilnya.

"Kita cari makan siang, ya? Aku lapar!" Kata Ray.

Arini hanya mengangguk.

"Kok diam saja? marah ya? katanya kangen kok malah diam saja," Ray.

Arini tersenyum, "Gak kok, lagi mikir aja. Perusahaanmu kan perusahaan besar, ada masalah apa?"

"Hanya masalah kecil, kok. Paling gak ada satu bulan ini selesai," Ray menggenggam tangan Arini dan meremasnya.

"Kamu yakin masalahnya selesai dalam satu bulan?" tanya Arini, dia ngeri kalau Ray bangkrut maka dia kan kehilangan pundi-pundi hartanya.`

"Kenapa? Takut aku jatuh miskin, ya?" Ray mengacak rambut Arini sambil tertawa.

"Uh, Ray. ini jadi berantakan!" Arini menahan tangan Ray yang mengacak rambutnya dan merapikan rambutnya dengan kesal.

"Jangan kuatir, Rin! Aku gak akan miskin, kok." Ray terkekeh.

Akhirnya mereka sampai di restoran langganan mereka, saat meunggu pesanan mereka datang, Ray melihat Pelangi memasuki restoran itu dengan seorang laki-laki tampanyang usianya tak jauh beda dengan dirinya, Ray merasa geram ketika melihat tertawa-tawa menuju meja mereka.

"Bukankah itu si nenek sihir, Ray?" kata Arini saat pesanan mereka datang sambil menunjuk ke arah Pelangi yang duduk tak jauh dari mereka.

Entah mengapa Ray merasa merasa marah mendengar Arini menyebut Pelangi dengan sebutan 'nenek sihir' tanpa sadar dia wajah Ray menggelap. Ray kembali menatap Pelangi, Ray merasa kesal saat melihat laki-laki yang duduk di depan Pelangi seperti sedang memegang tangan Pelangi dan Pelangi hanya diam

"Kenapa kamu malah mandangi dia terus, Ray? Sepertinya kamu cemburu? Mulai cinta, ya?" goda Arini melihat reaksi Ray.

"Apa? Cemburu? Kamu lucu, Rin! Aku cuma cinta sama kamu, kalau aku cinta sama dia, ngapain aku malah milih kamu?" Ray tertawa sumbang. "Sudah, ah! Kita makan dulu."

Ray dan Arini makan sambil berbincang tapi mata Ray tak lepas dari Pelangi yang sedang makan dengan anggun. Tiba-tiba Ray melihat Pelangi seperti tidak nyaman, Pelangi tampak berbincang dengan laki-laki tadi, sepertinya dia pamit ke toilet karena setelahnya Pelangi pergi ke toilet. Ray segera bangkit dan berkata hendak ke toilet.

Ray mendapati Pelangi sedang bersandar muntah di toilet beberapa kali, dengan ragu Ray mendekati Pelangi dan membantu memijit tengkuknya. Pelangi yang awalnya kaget mencoba melepas tangan Ray dari tengkuknya tapi Ray tak melepaskannya, apalagi kemudian dia muntah lagi, kali ini lebih banyak dan hanya menyisakan cairan kuning yang terasa sangat pahit di mulutnya, Pelangi bahkan hampir jatuh ke lantai kalau saja Ray tidak menangkapnya.

"kau kenapa?"

"Entahlah, rasanya pusing, dan mau muntah, mungkin karena tadi aku lupa sarapan," jawab Pelangi lemah.

"Kamu tidak sarapan hanya karena ingin menghindariku? Bodoh!" Ray memapah Pelangi keluar dari toilet dan mendudukannya di kursi yang berada tak jauh dari toilet dan mengelap peluh yang ada wajah pucat Pelangi dengan tisu yang ada di meja di depannya.

"Kita ke dokter!" Perintah Ray, "Aku akan menyuruh sopir untuk menjemput kita!"

"Tapi Ray, dia..."

"Dia siapa? Pacar kamu?" sinis Ray dengan hati terbakar.

"Bukan..., dia klien aku."

"Oke, kamu di sini dulu, aku akan menyampaikan pada klien kamu kalau kamu sakit jadi dia bisa menjadwal ulang pertemuan dengan kamu,"

"Tapi Ray...."

"Tidak ada tapi-tapian! Kamu istirahat di sini dulu!"

Ray segera menelpon asistennya untuk menjemputnya di restotan ini, kemudian dia berjalan menuju ruangan yang ada di tengah kemudianan menemui Arini dan mengatakan kalau dia ada urusan penting dan perusahaan telah mengirim mobil dan sopir kemari. Tanpa curiga Arini segera menyelesaikan makannya dan pamit pada Ray karena dia punya janji dengan Lidiya.

Setelah Arini pergi, Ray segera mendatangi klien Pelangi dengan mengatakan kondisi Pelangi saat ini dan dia akan membawa Pelangi ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan. Laki-laki mengerti dan bersedia menjadwal ulang pertemuannya dengan Pelangi. Tak lama kemudian mobil Ray datang. Ray segera menggendong Pelangi di depan dengan tangan kanannya menuju mobil yang dikemudikan asistennya.

***

avataravatar
Next chapter