9 Malam Pertama Mereka

Suara bel pintu yang berdering berkali-kali membuat Pelangi segera membuka pintu depan, sebenarnya dia sudah sangat mengantuk dan baru saja merebahkan dirinya di tempat tidur. Asisten rumah tangga sudah ada di sana dan baru membukakan pintunya saat pelangi tiba, saat pintunya terbuka Pelangi terkejut saat melihat Ray dipapah oleh Gerry salah seorang sahabat Ray. Kondisi Ray sepertinya kurang baik, Ray tampak begitu mengantuk dan sangat gelisah. Pelangi merasa terkejut, bukankah ketika Ray pergi tadi dia dalam kondisi bugar? Apakah dia mabuk? Hari ini adalah ulang tahun Ray dan Ray memilih merayakannya dengan Arini!

Pelangi begitu cemas melihat kondisi Ray, dia segera membantu Gerry membawa Ray ke kamarnya.

"Kenapa dia, Ger?" tanya Pelangi

"Dia mabuk, aku curiga Arini memberinya obat tidur dan mungkin juga obat perangsang karena aku melihat tingkah Ray yang aneh," kata Gerry sambil meletakkan Ray ke atas tempat tidur. "Aku tidak mau Arini akan menimbulkan masalah kalau mereka sampai melakukan hal itu. Aku takut dia akan menuntut macam-macam dan juga aku takut kalau nenek tiba-tiba mendapat serangan jantung nantinya."

"Bukankah mereka sudah biasa melakukan hal itu?" Tanya Pelangi sinis.

"Tidak! Ray belum pernah berhubungan badan dengan wanita manapun, dia selalu menjaga dirinya. Dia ingin kamu berfikir seperti itu dan menyerah kepadanya." Gerry menghembuskan nafasnya, sebenarnya dia sangat kasihan pada Pelangi, dia tahu bagaimana usaha Pelangi agar Ray mau berada di sisinya. tapi entah apa yang ada di pikiran Ray sehingga dia selalu menyakiti hati Pelangi. "Kamu cemburu, ya?"

Dibandingkan Arini, Pelangi jauh di atas segalanya, tapi Ray justru memilih Arini dan dia tak pernah mau mendengar masukan apapun hal buruk tentang Arini. Gerry tersenyum kecut saat ingat wajah Arini yang begitu marah dan berusaha menahannya saat dia membawa pergi Ray dari kamar hotel. Dari awal Gerry sudah curiga Arini akan melakukan sesuatu pada Ray karena Arini terlihat memaksakan banyak hal pada Ray. Tadi Gerry sempat mendengar Arini memarahi karyawan hotel karena pelayan itu lupa memasukkan sesuatu ke dalam minuman Ray saking gugupnya, akhirnya Arini meminta sesuatu yang dibawa pelayan itu di kantongnya. Tangan pelayan itu tampak gemetar saat menyerahkannya kepada Arini dan gadis itu segera merebutnya agar tidak segera ketahuan orang lain, setelah itu dia buru-buru memberikan minuman itu pada Ray. Hal itu membuat Gerry menjadi cemas dan mengawasi Ray, saat efek obat mulai bekerja dan Ray sudah menjadi gelisah Gerry segera mengajak Ray pulang. Dengan berbagai alasan Arini mencoba menghalangi Gerry membawa Ray tapi dengan alasan ada panggilan penting dari Nenek akhirnya Arini mengalah walau dengan muka yang menyeramkan.

"Satu egoku ingin menyerah dengan keadaan ini, Ger, tapi sisi egoku yang lain yang tak ingin menyerah. Dan sisi ini yang lebih kuat, " desah Pelangi.

Gerry menepuk bahu Pelangi, "Semangat! Apapun pilihanmu, pastikan itu membuatmu bahagia!"

"Terimakasih, Ger,"

"Sama-sama, Angi." kemudian Gerry berpamitan, Pelangi mengantarnya sampai ke pintu dan dia tetap berdiri di sana sampai Gerry naik ke mobilnya.

Dengan langkah gontai Pelangi masuk ke dalam kamarnya. Saat melihat Ray yang terbaring di ranjangnya, Pelangi mengerutkan keningnya. Kenapa tadi dia tidak membawa Ray ke kamar tamu di mana Ray biasa tidur sehingga dia tidak akan salah paham?

Pelangi mendekat ke tempat tidur, melihat Ray yang gelisah dengan keringat dingin yang bercucuran di seluruh tubuhnya membuat Pelangi merasa kasihan. Dia segera mengambil handuk yang dibasahi dengan air hangat, Pelangi menyeka tubuh Ray dengan lembut di wajahnya kemudian dia melihat tubuh Ray juga basah. Pelangi segera pergi ke kamar tamu dan mengambil piyama untuk mengganti baju Ray yang basah. Dengan hati hati Pelangi melepas baju atas Ray dan menyeka tubuhnya dengan handuk yang sudah dibasahi air hangat dan mengeringkannya dengan handuk kering.

Pelangi hendak memakaikan piyama pada Ray, saat Ray menariknya ke dalam pelukannya dan menghujaninya dengan ciuman. Pelangi berusaha untuk melepaskan diri tapi Ray semakin kuat menekannya. Seandainya dalam situasi yang berbeda, Pelangi akan senang menerima semua perlakuan Ray tapi situasi hari ini jelas berbeda. Ray berada kondisi mabuk dan dalam pengaruh obat. Bisa dikatakan ini adalah malam pertama mereka tapi situasinya jelas berbeda.

Pelangi hanya bisa menangis saat Ray menekannya lebih jauh karena tenaganya tak sebanding dengan tenaga Ray. Saat semuanya telah berakhir, Pelangi segera mengenakan pakaiannya dan membersihkan kembali tubuh Ray kemudian memakaikan piyama pada tubuh Ray kemudian dia membersihkan dirinya di kamar mandi dan berdiam diri di sana untuk waktu yang lama.

avataravatar
Next chapter