20 Ceraikan Aku

Ray menatap Pelangi yang sedang muntah-muntah di wastafel, satu sisi hatinya ingin menolong Pelangi tapi sisi hatinya yang lain mengingatkannya kalau anak dalam perut Pelangi adalah hasil perselingkuhan Pelangi entah dengan siapa karena Pelangi tak mau mengakuinya. Ray mengepalkan kedua tangannya dengan sangat marah, di matanya kembali terbayang Pelangi yang mendesah dibawah tubuh-laki-laki.

Ray masih berdiri di tempatnya saat Bi Asih asisten rumah tangga mereka datang memijit-mijit tengkuk Pelangii dan mengusap sudut mulut Pelangi dengan tisu. Setelah beberapa waktu akhirnya muntah Pelangi agak reda. Bi Asih segera memapah Pelangi yang lemas ke kursi makan .

"Pak Ray, minta tolong bantu ibu ke kursi, bibi mau membuatkan minuman untuk ibu untuk mengurangi mualnya," pinta Bi Asih begitu melihat Ray tak jauh darinya.

Meski Bi Asih tahu hubungan antara Ray dan Pelangi tak pernah akur tetapi dia tidak tetap meminta Ray untuk membantu pelangi duduk di kursi sementara dia pergi ke dapur dan membuatkan minuman jahe hangat untuk mengurangi rasa mual Pelangi.

Ray segera mendekat kepada Pelangi untuk memapahnya ke kursi tapi Ray menjadi terkejut saat merasakan tubuh pelangi yang langsung menegang saat dia menyentuhnya Entah mengapa Ray merasa kalau Pelangi begitu ketakutan adanya. Pelangi bahkan berusaha melepaskan tangan Ray dari tubuhnya tanpa mengatakan apapun.

Kemarahan nampak di mata Ray saat mendapat penolakan dari Pelangi, re menduga Pelangi takut padanya karena dia hamil dari selingkuhannya. Ray dan itu membuat Ray semakin marah bahkan hampir saja melepaskan tangannya dari bahu Pelangi saat merasa tubuh Pelangi limbung dan hampir saja jatuh kalau dia tidak segera menangkapnya. Ray bisa merasakan tubuh pelangi yang begitu dingin sampai bahkan menggigil

Ray segera membopong Pelangi memasuki kamarnya dan memperdulikan protes Pelangi. Ray meletakkan Pelangi di atas tempat tidur kemudian menyelimutinya. Pelangi hanya diam dan tak mengucap sepatah katapun pada Ray dan bahkan memunggunginya. Ray menatap tubuh Pelangi dan dia menjadi terkejut saat menyadari Pelangi yang terlihat sangat kurus, pantas saja dia begitu ringan saat dia menggendongnya tadi.

Rasa bersalah segera saja menyergapnya tanpa bisa dibendung, bayangan Pelangi yang manja, keras kepala, pemaksa dan arogan yang diingatnya lenyap kini berganti dengan gadis rapuh dan tak berdaya saat dia terbaring seperti ini. Tubuhnya yang proposional dan selalu menarik perhatian laki-laki yang melihatnya kini berganti menjadi kurus, sangat kurus bahkan. Wajah cerianya yang selalu berseri telah berubah menjadi pias dan penuh kesedihan, Ray bahkan melihat ada ketakutan di mata Pelangi. Apakah Pelangi takut padanya?

Ray menghela nafas panjang, bertanya dalam hati apa yang telah dia lakukan padanya atau apa yang telah Pelangi alami. Seingatnya kalau hanya perselingkuhannya dengan Arini, Pelangi tak pernah terpengaruh. Dia tak pernah merasa terintimidasi dari Arini karena Pelangi selalu merasa lebih baik dari Arini. Mungkinkah laki-laki yang menghamili Pelangi meninggalkannya ketika tahu Pelangi hamil? Batin Ray merasa nyeri saat memikirkan kemungkinan itu.

Brengsek! Ray mengepalkan tangannya dengan marah. Ingin rasanya Ray mencari laki-laki dan menghajarnya, kalau perlu sampai mati karena telah membuat gadis kecilnya yang ceria berubah menjadi seorang yang pemurung seperti saat ini.

Ray segera duduk di sisi ranjang dengan rasa bersalah, Ray bisa merasakan keterkejutan Pelangi saat dia menyentuh kepalanya dan membelainya perlahan. Ray tak tahu kemana hilangnya semua kemarahannya tadi saat melihat Pelangi terbaring tak berdaya. Kini Ray justru menyalahkan dirinya sendiri karena dialah yang telah menyebabkan Pelangi berselingkuh. Kalau saja dia tak berselingkuh dari Pelangi, kalau sja dia bisa bersikap manis dan perhatian pada Pelangi seperti sikapnya pada Arini tak mungkin Pelangi akan berpaling darinya.dan berselingkuh dengan pria lain.

Tubuh Pelangi kembali menegang saat Ray mencium puncak kepalanya. Bi Asih yang baru saja memasuki kamar tersenyum melihat Ray yang tengah mencium puncak kepala Pelangi. Bi Asih sangat senang karena melihat Ray akhirnya perhatian pada istrinya, dia tadi melihat Ray menggendong Seruni dan kini dia melihat Ray mencium istrinya. Bi Asih berharap rumah tangga majikannya bisa akur seperti yang diharapkan para tetua mereka.

Bi Asih menyerahkann minuman jahe hangat dibuatnya sendiri kepada Ray yang kemudian diletakkannya di nakas. Ray kemudian membantu Pelangi duduk dengan menyandarkan Pelangi di dadanya. membuat dada Ray bedebar kencang. Ray menyesal dengan cinta yang datang terlambat ini, seandainya dia bisa menerima Pelangi sejak dulu pasti tak,akan pernah menjadi serumit ini.

"Minumlah, ini akan mengurangi mual kamu," perintah Ray dengan lembut.

Ray mengambil gelas dari nakas dan mendekatkannya ke mulut Pelangi. Bi Asih tersenyum melihat pemandangan yang baru pertama kali dilihatnya sepanjang kedua orang majikannya menjadi suami istri. Ray sendiri masih bingung dengan apa yang dia lakukan karena sisi lain hatinya malah menghujat tindakannya.

Pelangi bergeming, hingga Bi Asih ikut membujuknya untuk meminum air jahe hangat buatannya.

"Minumlah, kasihan Bi Asih sudah bersusah payah membuatnya," bisik Ray di telinga Pelangi, begitu dekat hingga jantung keduanya berdetak sangat kencang.

Pelangi tak berani menoleh karena kalau dia menoleh maka wajahnya akan menyentuh wajah Ray yang memang sangat dekat dengannya. Pelangi segera menyesap minuman jahe hangat yang disodorkan Ray ke mulutnya, tubuhnya terasa hangat saat cairan itu mulai memasuki tubuhnya. Setelah beberapa saat Pelangi merasa rasa mual di perutnya mulai berkurang.

Melihat Bi Asih yang keluar kamar karena Ray memintanya untuk membuat bubur membuat tubuh Pelangi kembali tegang apalagi saat ini dia bersandar di dada Ray. Tiba-tiba saja bayangan Ray yang mengungkungnya malam itu melintas begitu saja membuat Seruni berusaha menjauh dari tubuh Ray dan menatap mata suaminya dengan ketakutan.

"Jangan! Lepas! Tolong!," teriak Pelangi saat Ray memeluknya dan berusaha melepaskan diri pelukan Ray tapi tubuhnya terlalu lemas membuat Pelangi hanya bisa menangis terisak.

Ray menggeram dalam hati, melihat Pelangi yang menangis ketakutan. Ray menyadari dia salah telah menuduh Pelangi berselingkuh selama ini, Ray menduga orang itu pasti telah memperkosa Pelangi. Ray semakin mengeratkan perukannya pada Pelangi, harusnya dia melindungi istrinya dan bukan malah bermain-main dengan perempuan yang hanya menguras hartanya.

"Ray, tolong ceraikan aku." kata Pelangi lemah tapi terasa seperti ada palu raksasa yang menghantam hatinya membuatnya berkeping-keping.

***

Terimakasih untuk selalu menantikan Pelangi Senja, maaf kalau lama sekali baru up. Bab ini semoga bisa menjadi pengobat rindu kalian pada Pelangi dan Ray dan semoga author bisa melanjutkan cerita ini lagi.

AlanyLove

avataravatar