19 Rahasia

Dewi mendengarkan pendapat anak-anaknya tentang bibinya. Pasti ada alasan mengapa Mulan datang meminta makanan, tapi tentu saja alasan apapun itu harusnya tidak membuat keluarga Restu bisa memberikan bantuan. Dewi khawatir keluarganya hanya makan bubur jika membantu Mulan. Lagipula, jika keluarganya hanya memakan bubur, dari mana mereka bisa mendapatkan tenaga untuk kerja?

"Anak-anak, abaikan saja, nanti kita bicarakan setelah kita mencari ubi."

Dewi mengambil alatnya, serupa besi melengkung tapi tidak terlalu besar dan berjalan ke gunung. Ibu dan anak berbicara dan bergurau di sepanjang jalan. Anak-anak berjalan lebih lincah karena pergi dengan ibunya. "Bu, banyak makanan di gunung. Sayang sekali itu jauh dari rumah kita, kalau tidak kita pasti bisa mengumpulkan banyak dari sana. "

Dewi tahu apa yang ingin dilakukan anak-anaknya, "Tidak apa-apa. kita bisa mencari makanan di gunung lebih banyak setelah kita memiliki gerobak. Kita juga akan mengumpulkan kayu bakar dari sana sehingga kita tidak perlu lagi menggunakan jerami yang menimbulkan asap pedih di mata."

Ibu dan empat anak itu datang ke tempat yang sudah ditandai Eka dan Restu, Ketika Dewi melihat tanaman merambat, dia tahu bahwa itu adalah bengkoang.

Rano sedikit penasaran, "Bu, kita kok belum tahu tanaman ini sebelumnya?".

Dewi dengan lembut menyentuh tangan kecil anak itu. "Keluarga ibu bahkan lebih miskin ketika ibu masih kecil. Pada saat itu, nenekmu yang membawa saya ke gunung untuk menggali sayuran liar dan setelah itu ibu tahu jika ini adalah jenis umbi-umbian yang bisa dimakan. Bagaimana kalian bisa tahu ada banyak makanan disini? Hanya sedikit orang yang datang ke sini. Oh iya, bagaimana kamu bisa tahu umbi ini bisa dimakan Mona? "

Anak-anak lain tidak mengenalnya. Bagaimana mungkin gadis kecilnya tahu tentang ini? Dewi sama penasarannya dengan anak-anak lainnya.

Melihat mimik ibu dan saudara-saudaranya yang penuh penasaran, mata besar Mona melirik memperhatikan ke sekelilingnya, "Bu, tetangga kita yang sudah pindah yang memberitahunya. Sayangnya, mereka pindah sebelum bercerita lebih banyak tentang makanan di gunung."

Tetangga yang dimaksud Mona sebenarnya dikenal Mona di kehidupan aslinya, di kehidupan yang sebelumnya. Nyonya rumah itu suka membaca buku, jadi dia sering menceritakan beberapa cerita kepada anak-anaknya. Mona hanya menjadikannya alasan. Keluarga itu sudah pindah, jadi tidak mungkin jika ibunya bertanya lebih.

Dewi menghela nafas dengan emosi, "Andaikan ibu dulu sekolah tinggi, pasti kalian bisa tahu lebih banyak hal dari ibu. Ibu akan banyak belajar, dan kalian bisa belajar banyak hal dari ibu kalian sendiri."

Anak-anak mengangguk. Ibu dan putranya itu mulai menggali ubi dengan peralatan yang sudah dibawa. Akar ubi itu sangat dalam dan agak sulit untuk digali, tetapi untuk makanan tentu mereka bersedia berjuang keras. Eka dan Rena menggali bersama. Sedangkan Rano dan Mona tidak bisa banyak membantu untuk saat ini, jadi mereka hanya berjalan berkeliling, berharap menemukan sesuatu untuk dimakan.

Dewi mendongak dan melihat kedua anak itu semakin naik ke atas gunung, dan kemudian menasihati, "Jangan pergi terlalu jauh."

Melihat kedua anak itu melambai-lambaikan tangan, ibu, Eka dan Rena melanjutkan menggali.

Rano dan Mona masih terus berjalan. Mereka kemudian menemukan jamur kering di bawah pohon, mengambilnya, dan kemudian membuangnya. Tak lama setelah itu, Mona merasa kakinya menginjak batu. Namun, ketika ia mengamati, yang diinjaknya bukanlah batu, tetapi kacang kenari berukuran cukup besar.

Jika ada kenari disini, harusnya juga ada pohonnya di sekitar sini, "Kak, menurutmu ini apa?".

Rano melihat adiknya memegang benda gelap di tangannya, dan berlari dengan cepat, "Apa itu Mona? Dari warnanya seperti batu".

Tentu saja, Rano tidak akan tahu jika itu kenari, ia memang belum memakannya. Pohon kenari juga sangat sulit ditemukan disini. Mona melihat ekspresi Rano dan tahu bahwa anak ini pasti belum pernah melihatnya, apalagi memakannya. "Kak, kita coba memakannya nanti, rasanya enak."

Setelah menjelaskan kepada kakaknya, Mona mencari sebuah batu dan membuka kenari itu, memperlihatkan daging coklat di dalamnya. Dia mengeluarkan daging itu dan memasukkannya ke dalam mulut Rano, "Kak, coba rasakan?"

Rano menggembungkan pipi kecilnya, Menggerakkannya seperti tupai kecil, "Mona, ini benar-benar enak, ini namanya apa?".

"Ini namanya kenari. Tidak hanya enak, tapi juga bagus untuk tubuh kita. Kalau di rumah tidak ada minyak, kita bisa menggantinya dengan ini."

Ketika Rano mendengarnya mengatakan ini, matanya berbinar, "Mona, ayo kita cari kenari."

Ambil memegang tangan Mona, dia mulai mencari kenari yang jatuh di tanah, ketika mereka mencarinya, mereka menemukan ada tumpukan kenari seperti bukit kecil di belakang mereka, mungkin ada bberapa kilo.

"Mona, kau menjaga kenari itu di sini, aku akan memberitahu ibu, kau tidak boleh pergi, paham?" Rano takut seseorang akan mengambil kenari mereka, meninggalkan adiknya di tempat itu. Rano memegang beberapa kenari di tangannya dan berlari ke arah ibunya.

"Bu, lihat apa yang kita temukan!"

Ibu dan dua saudaranya yang tengah basah peluh itu berhenti menggali, mendongak ke arah Rano. Dewi menyeka keringat dari dahinya dan melihat apa yang dibawa putranya. Satu hal tiba-tiba terlintas di benak, seorang pengusaha menanam sejumlah pohon kenari selatan di gunung ini dua tahun lalu. Tetapi pada akhirnya semua pohon itu mati. Semua orang tidak pernah melihat seperti apa kenari ini. Mungkinkah yang diambil putranya adalah buah dari pohon kenari yang masih hidup?

"Rano, bukankah ini buah kenari?" Dewi masih berkata ragu-ragu.

"Bu, kamu sangat pintar. Aku tidak tahu ini namanya apa. Mona menyuruhmu kesana dan kita akan mendapatkan banyak kenari."

Rano mengambil batu dan menghancurkan buah kenari, persis dengan yang baru saja dilakukan Mona untuknya. Rano kemudian menyuapi ibu dan dua saudaranya."Kalian harus mencobanya, ini benar-benar enak. Kami sudah menemukan banyak dan Mona sedang menjaganya disana."

Kata-kata Rano membuat Eka dan yang lainnya sangat bersemangat. Kenari ini enak, dan akan ada satu jenis bahan makanan lagi yang bisa mereka makan."Bu, aku dan Rena mengambilnya, ibu tunggu saja di sini."

Eka dan Rena mengikuti Rano dengan membawa keranjang ke tempat mereka menemukan kenari. Mereka melihat Mona duduk di tanah dan menunggui kenari dan mengambil beberapa benda yang tidak dietahui saudaranya.

"Mona, apa yang kamu lakukan?"

Mendengar suara Eka di belakangnya, Mona berbalik dan memberikan buah merah di tangannya "Saudaraku, kamu lihat ini adalah sejenis buah berry, kamu bisa merendamnya dalam air dan memberikannya untuk ibu dan ayah, rasanya sangat manis" .

Eka sedikit tidak percaya dan mengambil buah yang ditawarkan Mona, memasukkan dalam mulutnya. "Ya, ini enak. Rano, kamu dan Mona akan mengumpulkan buah ini disini. Aku dan Rena akan membawa kenari itu pada ibu."

Tumpukan kenari yang dikumpulkan tidak bisa dibawa semua, Terlalu berat.

Kakak-beradik itu membawa setengah keranjang kenari, lalu kembali mengambil setengahnya lagi. Melihat perolehan anak-anaknya, Dewi sangat senang.

"Begitu banyak, kedua anak itu benar-benar pandai, tapi kita tidak bisa membawanya pulang sekaligus."

Meski begitu banyak yang bisa ditemukan, cara membawanya ke rumah masih menjadi masalah.

Eka kemudian berkata dengan percaya diri, "Bu, jangan khawatir, ada banyak keluarga lain yang hidup di kaki gunung, jadi kita tetap harus membawa semua barang ini pulang. Ayo kita bawa dulu sebagian dan kembali lagi mengambil yang lainnya".

Dewi tidak memiliki solusi lain, jadi ia setuju dengan Eka.

avataravatar
Next chapter