1 Prolog

Kisah ini tertulis dengan berjuta rasa, rasa bahagia, rasa senang, rasa sakit, rasa kecewa dan banyak rasa lainnya.

Aku pernah berpikir bahwa semesta ini tidak adil kepadaku. Sejak kecil aku hanya tinggal bersama Bunda, hidupku dan Bunda dimulai sejak minus bukannya Nol lagi. Kami berdua pernah di usir dari kontrakan kemudian kami pergi lagi mencari tempat tinggal, pernah juga tidak makan seharian, numpang tidur di masjid dan hampir pernah aku dan bunda memakan makanan basi yang ada di tong sampah taman kota. Tetapi Alhamdulillah hari itu Aku dan Bunda dipertemukan dengan Malaikat tak bersayap yang ada di bumi ini. Saat itu kami bertemu dengan Keluarganya Sergio, Mama dan Papanya baik sekali saat itu aku baru berusia 8 Tahun begitu juga Sergio. Orang Tua Sergio juga yang akhirnya memberikan modal usaha untuk Bunda, hingga sejak itu aku dan Bunda hidup dengan cukup dan bisa dikatakan lebih dari cukup.

Jika Sejak tadi aku bercerita tentang Aku dan Bunda saja pasti kalian bertanya-tanya sebenarnya dimana peran Ayahku disaat kami berdua mengalami masa kesulitan?

Jawabannya, Aku tidak tahu.

Iya, Sejak bayi aku tidak pernah bertemu Ayahku, seperti apa rupanya, semanis apa senyumnya serta sehangat apa pelukannya aku tidak pernah tahu.

Waktu kecil Aku pernah sekali bertanya kepada Bunda sebenarnya apa yang terjadi diantara Bunda dan Ayah, Tetapi Bunda hanya menjawab Ayah adalah orang yang sangat baik dan Ayah sangat menyayangiku meski ia tidak pernah melihatku.

Dan sekarang aku beranjak remaja, aku mengetahui fakta bahwa Ayah dan Bunda berpisah karena orang tua Ayahku tidak setuju dengan pernikahan mereka, mereka berdua berbeda Agama. Sejak orang tua Ayahku mengetahui bahwa Bunda sedang mengandungku mereka langsung memisahkan Bunda dan Ayah.

Sudahla, aku sedang tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan toh sekarang hidupku sudah bahagia. Aku mempunyai Bunda yang sangat hebat, Sergio yang sayang banget sama aku dan selalu menjadikan aku seperti seorang ratu, aku mempunyai orang tua Sergio yang sangat baik sekali.

Aku pernah memikirkan bagaimana hidupku kedepannya bersama Sergio

Tetapi hari itu, tepat di fotokopian belakang sekolah aku bertemu dengannya untuk yang pertama kali. ya dia Diloniel Pratama, Dilon-ku.

avataravatar