webnovel

Bab. 2 Enrico Orlando

Pria yang masuk ke dalam mobil dan dipanggil tuan bernama Enrico Orlando seorang CEO dari sebuah perusahaan raksasa di dunia yaitu EO Corp dan banyak orang yang tak tahu jika CEO tersebut adalah seorang ketua mafia terbesar dan juga ditakuti oleh banyak mafia di belahan dunia manapun. 

Enrico sebenarnya adalah seorang pria yang hangat dan penyayang akan tetapi karena suatu kejadian dirinya berubah menjadi sosok yang baru bagi yang pernah mengenalnya. Dirinya menjadi sangat dingin dan terkadang melebihi seorang psikopat jika sudah berhadapan dengan lawan ataupun rival tanpa memandang mereka itu wanita maupun pria. Tak banyak yang tahu atau mengenali wajah Enrico karena dirinya tak pernah mau difoto sebagai cover atau pengisi sumber dalam majalah bisnis. Banyak orang berpikir jika sosok Enrico itu sudah tua dan juga perutnya buncit jika tidak pernah bertemu ataupun mengenalnya karena dirinya selalu memperkenalkan dirinya dengan nama panggilan saja Rico tanpa embel-embel apapun. 

"Tuan,  bolehkah saya memberikan laporan tentang perusahaan kita yang ada di benua Asia" tanya pria yang berada di balik kemudi mobil dengan sangat hati-hati karena tahu jika mood tuan mudanya sedang memburuk. 

Pria yang berada di balik kemudi mobil adalah asisten pribadinya yang ikut dengan dirinya sudah sangat lama dan orang yang tahu persis seperti apa dan apa saja yang dialami oleh Enrico selama hidupnya. Pria tersebut adalah Alessandro Alfredo yang biasa dipanggil Al oleh Enrico atau orang-orang yang dekat dengan mereka berdua. 

"Katakan ada apa?  Di negara mana perusahaan kita bermasalah pada benua Asia. Apa kau lupa kalau Asia adalah benua terluas di dunia ini?  Apa kau juga lupa jika di Asia terbagi menjadi beberapa wilayah dan juga jumlah negara nya tak sedikit jadi negara yang mana?  Kalau mau memberi laporan itu jangan setengah-setengah seperti itu,  jangan buat aku bingung dan pusing saja" sembur Enrico pada sang asistennya. 

"Emmmm... Bos ini kenapa?  Apa kurang puas sama service yang diberikan sama jalangnya atau bagaimana?  Padahal wanita tersebut sudah sering dibooking sama kalangan atas dan terkenal jam terbangnya yang tinggi. Apa wanita itu tidak bisa memuaskan hasrat bos yang begitu tinggi dan membara?" kekeh Al. 

"Al,  apa yang kau bicarakan? Lanjutkan laporanmu saat ini,  jika tidak nyawamu akan melayang seketika dan hanya tinggal nama. Pastinya tidak akan ada yang menangisi kematianmu selain jalang yang selalu kau sewa" sarkas Enrico. 

"Tidak ada, bos" kelit Al agar tak kena semburan amarah tuannya. 

"Perusahaan yang saya maksud ada di negara Indonesia,  bos dan lebih tepatnya ada di kota Jakarta. Ada orang kepercayaan kita yang kita susupi untuk masuk ke dalam perusahaan tersebut dan memberikan laporan kalau keuangan serta karyawannya kacau sekali. Saya sudah mengirimkan laporan tersebut kepada bos sebelum kita meninggalkan klub tersebut. 

Rico yang mendengar apa yang dikatakan Al langsung mengambil tablet yang memang tersimpan di hadapannya. Dirinya memeriksa email yang masuk seperti yang dikatakan oleh Al.

Rico memijat kepalanya karena merasa pusing setelah membaca laporan tersebut. Dirinya berpikir tindakan apa yang harus dia lakukan. 

"Siapkan semuanya besok kita akan berangkat ke sana. Jangan sampai ada yang tidak kebawa keperluan kita selama di negara itu karena jarak tempuhnya yang cukup jauh dan memakan waktu yang cukup lama" perintah Rico dengan tegas. 

"Baik,  bos… Akan saya siapkan semuanya. Bos,  mau tinggal di mansion atau penthouse nanti di negara itu?" Al menanyakan keinginan tuannya untuk tempat tinggal. 

"Untuk sementara di penthouse terlebih dahulu. Jika memang kita lama tinggal disana maka kita beli rumah di negara itu.  Apa kau mengerti?" terang Rico. 

"Saya mengerti bos" jawab Al penuh dengan keyakinan. 

Waktu tempuh dari klub G menuju mansion milik Rico sekitar satu jam.  Akan tetapi kali ini tak butuh waktu selama itu karena jalanan yang sepi bisa dilalui lebih cepat dari waktu yang biasanya. 

Al membunyikan klakson mobilnya untuk memberitahu orang di dalam membuka pintu gerbangnya. 

Tin

Tin

Tin

"Al,  sejak kapan kau berubah jadi bodoh….. Bukankah di mobil ada remote untuk membuka gerbang" ledek Rico pada asisten pribadinya. 

"Maaf,  bos saya lupa" balas Al dengan tingkah konyolnya kali ini. 

"Sudah aku maafkan" jawab Rico. 

"Hahahahahahaha" akhirnya mereka berdua tertawa bersama. 

Jika mereka hanya berdua saja akan sering keluar tingkah atau kelakuan yang tak seperti biasanya orang lain lihat. 

"Al,  pastikan penerbangan kita besok siang saja agar bisa sampai di Indonesia pagi. Kau harus bawa barang yang banyak. Apa disana ada klub seperti disini atau malah lebih dari disini?" tanya Rico yang penasaran akan keadaan di negara yang akan dirinya tuju karena biasanya yang turun tangan jika ada masalah pada anak cabangnya hanya Al yang pergi karena kali ini masalah yang terjadi sangat besar dan juga sulit untuk memprediksi berapa lama di negara itu. 

"Kalau klub malam banyak,  bos. Bahkan mau cari wanita penghibur pun mudah seperti membalik telapak tangan.  Jika bos ingin artis atau model yang menjadi pemuas nafsu anda itu juga bisa. Apa perlu saya booking salah satu model untuk jadi wanita anda sementara di negara itu?" jawab Al panjang dan menawarkan bosnya untuk memesan wanita penghibur dari kalangan artis maupun model saja. 

"Kita lihat saja nanti,  aku akan putuskan saat sudah ada di negara tersebut" balas Rico. 

Pintu mobil bagian belakang terbuka,  begitu juga pintu utama mansion tersebut. Rico keluar dari dalam mobilnya dan langsung menuju pintu tapi langkahnya terhenti saat Al memberikan ucapan perpisahan seperti biasanya. 

"Selamat malam,  bos" salam Al sebelum bosnya naik ke lantai atas untuk menuju kamarnya. 

"Hmmm"

Tap

Tap

Tap

Suara sepatu pantofel milik Rico beradu dengan ubin marmer disetiap langkahnya sehingga sedikit menimbulkan suara. Bagi Al sudah biasa bosnya hanya membalas ucapannya dengan deheman. Al tak langsung menuju kamarnya tapi menuju dapur untuk mengambil air mineral karena kerongkongannya sedikit kering. 

Setelah selesai meminum air putih,  Al menuju kamarnya yang letaknya di lantai dua. Kamar miliknya memang selantai dengan kamar utama berada akan tetapi mereka berlawanan arah jika menuju kamar. 

Rico setelah sampai di dalam kamar utama melepaskan semua pakaiannya dan hanya menyisakan celana boxer saja. Dirinya masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi lagi walau sebenarnya tadi dirinya sudah mandi setelah selesai bercinta dengan Rossa di dalam kamar yang disediakan klub malam. 

Rico mengguyur tubuhnya dengan air shower yang sudah diatur suhunya. Wajahnya didongakkan ke atas,  hal itu memang selalu dirinya lakukan membiarkan wajahnya tertepa air yang jatuh terlebih dahulu. 

"Tak ada wanita baik-baik di dunia ini. Tak ada wanita yang bisa membuat aku jatuh cinta…..Cih!! cinta…. Akupun tak butuh cinta setiap kali akan bercinta dengan wanita yang aku inginkan. Lagipula yang mereka butuhkan dan ingin saya bagai balasan aku menikmati tubuh mereka adalah materi bukan cinta" berang Rico jika mengingatkan dirinya akan sesuatu dari masa lalunya. 

Setelah selesai menyegarkan tubuhnya kembali,  Rico melilitkan handuk pada pinggangnya. Rico keluar untuk mengambil celana boxer yang akan dipakai karena sudah menjadi kebiasaannya jika tidur hanya memakai boxer saja. 

Rico naik keatas tempat tidur dan menatap langit-langit kamar miliknya.  Dirinya mengingat sekeping kenangan indah tapi buruk dalam memori nya. Hal itu sering terjadi dan terkadang tak bisa membuat dirinya tertidur sampai pagi. Jika hal tersebut terjadi dirinya akan menyibukkan dirinya dengan berperang sama tumpukan-tumpukan dokumen tentunya. 

Waktu berjalan begitu cepat hari ini tanpa terasa. Para nelayan sudah memulai pekerjaannya sejak satu jam yang lalu. 

Rico yang baru bisa tertidur beberapa menit yang lalu tak menghiraukan pintu miliknya yang diketuk dari luar. 

Tok

Tok 

Tok

"Bagaimana paman Roberts, apa bos sudah bangun atau belum?" tanya Al pada kepala pelayan di mansion tersebut. 

"Maaf,  tuan Al sepertinya belum bangun atau tuan muda seperti biasa tak bisa tidur dan kemungkinan besar tuan muda baru tertidur" ungkap paman Roberts. 

"Baiklah,  biar aku sendiri yang cek ke atas kalau begitu" tutur Al dan pergi meninggalkan ruang makan. 

"Tuan Al,  saya lupa memberitahu ada kemungkinan besar kamar tuan muda dibuat mode kedap suara sehingga tak terdengar suara apapun dari luar kamarnya" ucap paman Roberts yang baru ingat jika kamar utama mempunyai sistem kedap suara yang bisa diatur kapanpun sang pemilik mau menggunakan. 

"Selamat pagi,  tuan" salam seorang pelayan saat berpapasan dengan Alessandro. 

"Hmmm" Al membalas dengan deheman dan berlalu begitu saja     

Al setelah tiba di depan pintu kamar utama mengangkat tangannya dan bersiap untuk mengetuk pintu tersebut.  Saat akan mengetuk pintu tersebut gagang pintu bergerak dan begitu juga daun pintu terbuka lebar. 

                

"Ada apa kamu di depan kamar milikku pada jam segini?  Apa ada hal penting yang ingin kau sampaikan?" tanya Rico langsung. 

Hal seperti ini tidak akan dilakukan Al sampai harus menemui bosnya di kamar utamanya jika hal yang ingin disampaikan ataupun laporan tersebut bukan sangat penting atau dalam keadaan darurat.

"Iya,  bos…. Ini masalah keberangkatan kita ke negara Indonesia" terang Al yang mencoba memberitahukan info terbaru.     

"Katakan ada apa sehingga membuat dirimu harus datang ke kamar milikku secara langsung? Apakah pesawat pribadi kita tidak mendapatkan izin untuk terbang atau terjadi badai yang  membahayakan para penumpang pesawat nantinya?" tanya Rico dengan rasa penasaran.

Next chapter