2 2. Bertemu pemuda tampan

"Maaf bila kedatangan kami terlalu malam, sebab kami tadi yasinan dulu di rumah pak Harto dan ini baru aja pulang" ucap salah satu dari mereka memberi alasannya.

Aku jadi merasa nggak enak, akhirnya aku mengajak mengajak mereka ngobrol meski sebenarnya mata ini sudah ngantuk banget, mereka datang berempat.

Lagi asik ngobrol Mia datang membawa teh manis hangat untuk suguhan kami, dan Mia juga ikut nimbrung, anggota keluarga yang lain masih ada yang sibuk di dapur, ada yang mendekor dan menyusun semua keperluan acara besok.

Kami berempat duduk lesehan di lantai beralaskan tikar, Mia duduk di belakang aku, ngobrol dengan salah satu cowok yang menurut aku dia yang paling tampan diantara mereka berempat.

"Jadi berapa nomer hape nya?" tanya cowok itu ke Mia dan didengar olehku, sontan aku menoleh dan saat aku menoleh cowok itu bilang ke aku.

"Aku nggak minta nomer hape kamu jadi kami jangan ge'er ya!" dia bicara sambil tersenyum.

Wajahku berubah panas, pasti mukaku sudah merah padam menahan malu, apa nggak malu dibilang kayak gitu oleh cowok yang menurut aku sangat tampan itu.

Aku menunduk dan kembali fokus ngobrol sama tiga cowok di depanku, tanpa terasa jam sudah menunjukkan jam 12 kurang seperempat akhirnya para cowok tadi pamit untuk pulang.

Keesokan harinya aku bangun agak siang, jam 6 pagi aku baru bangun, badan ini benar-benar masih capek banget, akan tetapi semua rasa capek itu aku singkirkan jauh-jauh sebab jam 8 nanti acara akad nikah adik sepupuku dan di lanjut acara pesta akan di mulai.

Aku beranjak turun dari tempat tidur pergi ke kamar mandi mengambil air wudhu untuk sholat subuh yang sudah tertinggal waktunya.

Sehabis sholat subuh aku mandi, bersolek dan ke luar kamar ikut sibuk mempersiapkan acara nanti.

Jam 7 rombongan lelaki Priya datang, dan jam setengah 8 pak penghulu juga sudah sampai di rumah macanku, saat penghulu sudah duduk di tempatnya dan mempelai priya juga sudah duduk dihadapan penghulu aku melihat wajah adik sepupuku yang bernama Rossi terlihat sangat gugup.

Aku beringsut duduk di samping Rossi sambil menggenggam tangannya, dan tangan Rossi sangat dingin.

"Ross kok tangan kamu dingin banget, kamu sakit?" ucapku khawatir.

"Enggak kak! aku nerves aja!" jawab Rossi dengan muka yang sedikit memerah.

"Emang kayak mana sih rasanya mau nikah Ros?" bisikku pelan.

"Kalau kamu pingin tahu rasanya cepatlah nikah karena aku gak bisa nggambarkan perasaanku saat ini." Rossi menjawab dengan berbisik.

Aku mencubit tangan Rossi sambil bilang.

"Kayak mana aku mau nikah pacar aja aku tak punya."

Masa cewek se cantik kak caca nggak punya pacar?" Rossi mencebik tak percaya.

Meskipun Rossi memanggil aku ayu atau kakak namun umur kami beda 4 tahun lebih tua Rossi.

Aku melihat jam menunjukan angka delapan dan itu artinya akad nikah akan segera di mulai.

Pembawa acara membacakan susunan acara, dan acara demi acara sudah terlewati, akad nikah juga sudah terucapkan, Sekarang Rossi dan Panji sudah sah menjadi pasangan suami istri.

Rona bahagia terpancar dari semua para tamu undangan yang menyaksikan acara sakral ini, saat aku akan beranjak dari duduk netraku menangkap satu sosok lelaki berkemeja biru navy sedang ngobrol bersama Mia, entah kenapa saat mataku bersitatap dengan mata pemuda itu ada desiran aneh yang menggelitik hatiku, mukaku terasa panas saat menatap senyuman yang dia tujukan kepadaku.

Dan aku hanya bisa menunduk malu.

Keesokan harinya aku, Abba da umma berpamitan untuk kembali ke kampung, saat aku akan keluar rumah sambil menenteng tas, pemuda yang sudah memberi debaran aneh di hatiku datang menemuiku.

"Hai... kamu mau pulang ya?" tanyanya sopan.

"Iii... Iyaaa" jawabku sambil menunduk menatap jemari sendiri yang sedang menenteng tas berisi baju gantiku.

"Sini aku bantu masukin tas kami ke bagasi, nampaknya itu berat."

Tanpa bicara aku menyodorkan tas itu, dia menerima tas dan berjalan membelakangi aku, aku hanya bisa berdiri terpaku sambil menatap punggung pemuda tampan di hadapanku.

Menurut aku dia tampan, memiliki mata tajam, alis tebal dan melengkung, hidung mancung, bibir seksi tinggi tegap dan kulit putih, benar-benar sempurna tampilan fisiknya batinku.

Saat aku sedang melamun memikirkan dia, Aba mengejutkan aku.

"Ayo pulang!" Kok malah termenung di situ!" Aba memanggilku dari dalam mobil.

Macan mendekati aku sambil merangkul pundakku.

"Mungkin Caca masih betah disini bang!"

"Lusa dia sudah ngajar nggak boleh lama-lama disini!"

Jawab aba, dan aku berpamitan dengan macan lalu berjalan mendekati mobil, pemuda tampan itu membukakan pintu mobil untukku, aku masuk sambil tersenyum kepadanya.

avataravatar
Next chapter