webnovel

kebenaran Terungkap

Bab 4: Kebenaran Terungkap

Malam sebelum penyerbuan ke istana Malakar, Arion, Lyra, dan Kael berkumpul di sekitar api unggun, merencanakan langkah-langkah terakhir mereka. Lyra menggunakan kemampuannya untuk meramal, berusaha mencari tahu apa yang menunggu mereka di dalam istana. Dalam visinya, dia melihat banyak bayangan dan kegelapan, tetapi juga ada cahaya harapan yang bersinar di tengah-tengah kegelapan itu.

"Arion, kita harus berhati-hati. Malakar bukanlah musuh biasa. Dia memiliki kekuatan yang sangat besar dan bisa memanipulasi pikiran kita. Kita harus tetap fokus dan bekerja sama," kata Lyra dengan serius.

Arion mengangguk, memahami betapa berbahayanya misi ini. "Aku tahu, Lyra. Kita tidak punya pilihan lain. Ardoria membutuhkan kita. Kita harus menghancurkan Orb Kegelapan dan mengakhiri tirani Malakar."

Kael, dengan tatapan penuh determinasi, menambahkan, "Aku siap memberikan nyawaku untuk ini. Keluargaku, teman-temanku, semua yang aku cintai telah dihancurkan oleh Malakar. Aku tidak akan membiarkan dia terus menyiksa rakyat Ardoria."

Dengan semangat yang membara, mereka bertiga memulai perjalanan terakhir mereka ke dalam istana Malakar. Jalan menuju istana penuh dengan bahaya. Mereka harus melewati labirin yang dijaga oleh makhluk-makhluk gelap yang diciptakan oleh kekuatan Orb Kegelapan. Setiap langkah membawa mereka lebih dekat ke pusat kekuatan Malakar.

Di dalam istana, mereka menemukan banyak hal mengerikan. Ruangan-ruangan penuh dengan bayangan dan ilusi yang mencoba menyesatkan mereka. Namun, dengan keberanian dan kerja sama, Arion, Lyra, dan Kael berhasil melewati setiap rintangan. Saat mereka mencapai ruangan utama di mana Orb Kegelapan disimpan, mereka dihadapkan pada tantangan terakhir mereka.

Malakar, dengan senyum licik di wajahnya, menunggu mereka. "Ah, jadi inilah para pahlawan yang berani menantangku," kata Malakar dengan suara yang dalam dan mengerikan. "Kalian pikir bisa menghancurkan kekuatanku begitu saja? Kalian hanya akan berakhir seperti Seraphin."

Arion maju dengan Elysium di tangannya, menatap Malakar dengan mata penuh tekad. "Malakar, kejahatanmu telah berlangsung terlalu lama. Ini adalah akhirnya."

Malakar tertawa terbahak-bahak. "Kau naïf, anak muda. Kekuatanku tidak bisa dihancurkan oleh seorang bocah dengan pedang kuno."

Pertempuran pun dimulai. Arion, dengan Elysium di tangannya, melawan Malakar. Sementara itu, Lyra menggunakan sihirnya untuk melindungi mereka dari serangan bayangan, dan Kael bertarung dengan gagah berani melawan makhluk-makhluk kegelapan yang muncul dari setiap sudut ruangan.

Di tengah-tengah pertempuran, Malakar mengeluarkan semua kekuatan gelapnya, menciptakan pusaran bayangan yang mengancam menelan semuanya. "Kalian tidak akan pernah bisa menang! Ardoria adalah milikku!"

Lyra berteriak kepada Arion, "Kita harus menghancurkan Orb Kegelapan! Itu satu-satunya cara untuk melemahkannya!"

Arion mengangguk, memutar pandangannya ke arah Orb Kegelapan yang berada di tengah ruangan. "Kael, jaga aku! Aku akan menghancurkannya!"

Kael mengangguk, menghunus pedangnya dan melindungi Arion dari serangan bayangan. "Ayo, Arion! Kita bisa melakukan ini!"

Dengan keberanian yang tak tergoyahkan, Arion melompat ke arah Orb Kegelapan. Namun, sebelum dia bisa mencapai Orb, Malakar menghalanginya dengan serangan energi gelap yang kuat. Arion terjatuh, tetapi segera bangkit kembali.

"Kau tidak bisa mengalahkanku, Malakar!" teriak Arion sambil memegang Elysium dengan erat. "Kekuatan kegelapanmu tidak akan pernah menang melawan cahaya keadilan!"

Arion menyerang Orb Kegelapan dengan seluruh kekuatannya. Pedang Elysium bersinar terang, memancarkan cahaya yang begitu kuat hingga mengusir bayangan di sekitarnya. Dengan satu tebasan yang kuat, Arion berhasil menghancurkan Orb Kegelapan. Pecahan Orb tersebut meledak, memancarkan cahaya yang menyilaukan dan melumpuhkan Malakar.

"Tidak! Ini tidak mungkin!" teriak Malakar saat kekuatannya mulai memudar. "Kalian akan membayar untuk ini!"

Lyra menggunakan sihirnya untuk memperkuat serangan terakhir Arion. "Sekarang, Arion! Akhiri semuanya!"

Dengan dorongan dari Lyra, Arion menyerang Malakar dengan kekuatan penuh. Elysium menembus kegelapan dan mengenai Malakar tepat di jantungnya. Malakar menjerit kesakitan sebelum akhirnya jatuh dan lenyap menjadi abu.

Saat kegelapan mulai memudar dan cahaya kembali, Arion, Lyra, dan Kael berdiri dengan napas terengah-engah. "Kita berhasil," kata Kael dengan suara lega. "Malakar sudah tidak ada lagi."

Arion tersenyum, merasa beban yang berat telah terangkat dari pundaknya. "Ya, Ardoria telah bebas. Ini semua berkat kalian."

Lyra mengangguk, "Tapi ini baru permulaan, Arion. Masih banyak yang harus kita lakukan untuk membangun kembali Ardoria."

Arion menatap kedua temannya dengan penuh rasa terima kasih. "Aku tidak bisa melakukannya tanpa kalian. Terima kasih, Lyra, Kael. Bersama-sama, kita akan membangun kembali Ardoria dan memastikan kedamaian bertahan selamanya."

Mereka bertiga berjalan keluar dari istana yang runtuh, siap menghadapi masa depan yang cerah untuk Ardoria. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka belum berakhir, tetapi dengan semangat persahabatan dan keberanian, mereka yakin bisa menghadapi segala tantangan yang ada di depan mereka.