5 Mutasi Sihir

*Brak *Bam

dia menendang pintu itu dengan kencang, tanganya sudah mengepal kencang dan matanya terus mencari buruannya

"dimana kau bajingan" dia menembakkan mananya dari tangannya kearah botol botol kaca itu, dia terus memasuki rumah itu dengan para penduduk yang ketakutan untuk menghentikannya.

"ada apa dengan Letnan hari ini" "kenapa dia mengamuk?" "apa itu letnan aku kira sekelompok orang tak waras lagi" "apa kau bodoh mana ada orang tak waras bisa sekuat itu?" begitulah yang dibisikkan mereka dibelakangnya.

tetapi pria itu tetap saja meneriakkan nama orang yang dia cari dan menghancurkan tempat tinggalnya.

"Hermes!!! dimana kau bajingan" dia berteriak sangat keras hingga membuat sekitarnya bergetar.

tak lama keluarlah seorang pria paruh baya dari ruang belakang rumahnya

"oh senang bisa bertemu dengan mu Singa merah dari agnar, Hans. apa yang membawa mu kemar...." dia mengulurkan kedua tanganya terbuka, tetapi tak sampai dia menyelesaikan kalimatnya kepalan tangan Hans sudah berada di tengkoraknya. Hermes tersungkur ketanah dengan satu pukulan melayang kewajahnya.

"kegilaan apa yang kau perbuat? bangsat" dia mengepalkan tangannya keatas sambil memfokuskan mana ketangannya. sang alkemis mengulurkan tangannya berniat untuk menangkis dan melindungi wajahnya.

"A.. Aku tak tau apa maksud mu. aku tak melakukan eksperimen apa apun aku dari serikat." tangan alkemis itu gemetaran untuk melindungi mukanya.

Hans meraih kerah alkemis itu dan menagancang ancangkan pukulannya untuk melayang ke wajanya. "William... aku tau apa yang kau perbuat kepadanya"

"anak itu? dia berusaha membunuhnya dirinya sendiri, apa ini balasan untuk ku karena menyelamatkan nyawa anak tersebut."

"tidak, kau salah karena kau mulai mengubah tubuhnya menjadi bahan percobaan. jika anak itu sudah berhenti mencoba membunuh dirinya sendiri, kenapa kau tetap menyuntikkan racun kedalam dirinya?"

"Baiklah, baiklah maafkan aku. tapi aku melakukan itu karena anak itu berbeda dengan anak yang..." *BUAK *BUAK

"jadi kau mengaku?... kau tau aku berharap aku akan bertemu alkemis tua aneh karena melakukan hal gila seperti ini, tapi tak kusangka bahwa kau hanya seorang pria paruhbaya yang mempunyai cita cita aneh" Hans melancarkan pukulan lagi kewajahnya.

Hans melempar alkemis itu ketanah dan pergi meninggalkannya, dia menyuruh beberapa penduduk untuk menyembuhkannya dan memanggil penjaga. para penduduk sangat ketakutan dan dengan cepat mengerjakan apa yang dia perintah. tak lama penjaga pun datang dan seorang pria memberitahu mereka bahwa Hans menyuruh mereka membawa dia (Hermes) kedalam menara. para perajurit itu menanyakan keberadaan Hans dan sang pria menjawab tak tahu dia pergi kemana, dia hanya pergi dengan keliahatan kesal dan marah. Lantas setelah alkemis itu selesai diberikan pertolongan pertama barulah dia di bawa kemenara dan di lempar kedalam ruang bawah tanah.

Hermes merintih dan menggeliat seperti ulat, rintihannya terdengar sepanjang malam memohon pertolongan walau tak ada orang yang mendengarnya dia tetap meminta pertolongan hingga dia pingsan tak sadarkan diri, terbaring didepan pintu selnya. *prok *prok *prok perlahan suara itu semakin kencang dan dekat lalu berhenti di depan sel Hermes dia menendang pintu itu dan menyodok nyodoknya dengan ujung tombak yang tumpul.

"Hey...." *poke *poke

"heeeeeey" tetap menyodoknya

dia terdiam dan mengambil ember pel disebelah kakinya dan melemparnya ke Hermes.

"Arrrgh" hermes menyeret tubuhnya kebelakang sambil melindungi wajahnya.

penjaga itu membuka pintu gerbang dan berjalan kearah hermes, hermes sangat ketakutan dan meronta ronta saat ingin dibawa kesuatu tempat di ruang bawah tanah. penjaga itu hanya memegang kerah Hermes seperti seseorang sedang memungut seekor kucing, tetapi dia tetap melawan dan berusaha melawan penjaga tersebut. dan itu sia sia cukup dengan satu tendangan lutut keperutnya dia sudah tak melawan lg, tangannya yang terikat mulai lemas dan alat vitalnya mulai bocor dan airnya berceceran disepanjang lorong.

sesampai depan ruangan penjaga itu membuka pintu dan melempar Hermmes kedalam ruangan, tetapi hermes dengan cepat bangkit dan berlari menuju pintu. *BUAKK. sebuah tendangan melayang kearah dada Hermes dan membuat nya terlempar hingga terjatuh, tetapi dia blm juga menyerah dan masih mencoba untuk kedua kalinya sehingga sang penjaga menutup pintu dengan sangat kencang yang membuat hidup hermes berdarah karena menabraknya. dia pun jatuh dan merintih kesakitan sambil memegangi hidungnya.

"diam lah" saut seorang wanita dengan nada kesal.

Hermes mencari suara diruangan gelap itu badanya gemetaran dan ketakutan. seketika oborpun dinyalakan dan terlihat Monika, Hans, dan seorang penyihir serikat. Monika duduk dikursi dan mereka berdua berdiri bersebelahan dibelakangnya. Hermes mulai bangun dari jatuhnya dan mulai berlari kearah penyihir serikat itu.

"Tuan Archie tolong aku! aku tidak melakukan kejahatan apapun, aku hanya menolong anak itu" dia bersujud sambil memegangi kaki Archie.

Hermes dipentalkan dengan dorongan sihir milih Archie, dia menghantam dinding dengan keras dan tersungkur dilantai. dia sangat kaget akan perlakuan Archie, dia berfikir mungkin saja dia memang dalam masalah besar. sadar akan posisinya diapun mulai diam dan menurunkan wajahnya.

"akhirnya kau bisa diam juga ya?" saut Monika, Monika berdiri dan berjalan kearah Hermes dia memegang dagunya dan mengarahkanya keatas, diapun menatap Hermes dengan sangat marah. dia melepaskannya dan kembali ketempat duduknya.

"duduklah, ceritakan semua yang telah kau perbuat!!" Monika duduk kembali.

Hermes kembali berdiri dan duduk di kursi di depan mereka bertiga. Dia menceritakan bagaimana dia bertemu dengan William, bagaimana anak itu kesepian dan menderita, dan bagaimana William ingin mengakhiri hidupnya.

"Jadi? apa aku salah karena aku menolong anak itu? Aku hanya teringat diriku dulu saat kau pertama kali kau menolong ku archie. aku berfikir jika kau bisa memberikan kehidupan kepadaku mungkin aku bisa melakukannya kebocah itu juga" Hermes memandang ke Archie

Archie hanya tersenyum dan tak membalas kata - katanya.

"lalu kenapa kau terus melanjutkan pendosisan itu?" tanya monika

"bukankah? dia sudah cerita kepada mu? dia yang meminta itu"

"bagaimana kau tau jika dia sudah menceritakannya?" Hans menarik kerah baju Hermes

Monika memegani tanganya meminta untuk bereaksi seperti biasa.

"tolong jangan bodoh! Aku sudah dihajar dan dijebloskan kesini tidak mungkin kalian tidak memeriksa dan menanyainya bukan?"

mereka bertiga terdiam dan membuka sejumlah dokumen yang berada di atas meja.

"menurut dokumen disini dia sudah kebal terhadap racun tingkat rendah seperti Viper, racun dari makanan basi, spora jamur, dan rumput peri. karena yang kau katakan sama seperti yang dia katakan, maka tidak ada masalah dalam percobaan anti racun ini." Hans membuka lembar demi lembar dokumen tersebut.

"lalu untuk apa semua omong kosong ini?" Hermes mengepalkan kedua tanganya diatas meja.

"akan tetapi, tuan Archie telah memeriksa dan memastikan bahwa ada manipulasi mana dalam tubuhnya. dan telah dipastikan kondisi itu berasal dari faktor luar."

Hermes terkejut dan menatap tuan archie, dia menggeleng geleng kan kepalanya dengan ketakutan. memberitahukan bahwa dia tidak tau dengan kondisi tersebut.

"Sungguh aku marah karena Hans langsung melempar mu kepenjara bawah tanah Hermes. tetapi aku kecewa bahwa semua yang dia katakan itu benar. jadi katakan lah kepada ku sekarang anak ku, apakau yang menyebabkan semua ini?"

Hermes tidak menjawab.

"jawablah pertanyaan ayah angkat mu itu anak sialan" Monika menyahutkan kepadanya.

"aku... aku sedang menelitinya" dia menundukan kepalanya.

"Jadi kau memang bereksperimen menggunakan dia hah?" Hans berteriak dan ingin memukulnya dengan kertas dokumen.

"Hans!!" teriak Monika.. "tenang lah, apa begini sikap seorang letnan?"

Hans mundur dan kembali keposisinya

"maafkan aku Monika" dia membungkuk kepada Monika

"tunggu... apakau Monika? monika sang iblis petir?" tanya hermes

"ya aku monika, kapten dari pasukan perbatasan sohod yang berdiri langsung dibawah kepimpinan Olga Teresia" Monika menyenderkan badannya

"sekarang katakan apa yang sedang kau teliti dari anak kakak ku?"

"akankah kau sadar dia tumbuh terlalu cepat? tubuh maupun fikirannya. jujur saat aku pertama bertemunya aku berfikir dia berumur 6 setidaknya 7 tahun. tetapi dia baru berumur 5 tahun .seiring berjalannya waktu saat aku menyadari bahwa mana anak ini berbeda, aku mengambil beberapa darahnya dan melakukan penelitian dengan itu.

Sekarang setelah aku mengetahui dia anak kakak mu aku tidak kaget lagi, jika dia memiliki mana yang sekuat itu. tetapi perkembanganhya tetaplah aneh, kalau aku boleh tau siapakah ayahnya?"

"Julius, pangeran keempat kerajaan luminess" jawab monika

"jadi begitu, kita punya darah kerajaan bangsa raksasa. pantas dia lebih tinggi dari yang lain"

"lalu apa lagi yang kau temukan?" saut Monika

"kalian mungkin tidak akan percaya tapi sepertinya, dia salah satu kandidat Pengembala"

mereka bertiga terkejut, Hans mengamuk dan sangat ingin memukul Hermes tetapi dihentikan oleh Archie sementara monika memegangi kepalanya karena tak percaya dengan omong kosong Hermes. akhirnya mereka menghentikan introgasi Hermes dan melepaskannya kepada Archie untuk diawasi sementara waktu. sementar Hans dan Monika kembali kerumah mereka.

Rumah mereka berada dibelakang sohod. rumah 3 lantai dengan ruang masuk yang besar di belakangnya terdapat dapur,kamar mandi dan ruang makan sementara tangganya yang berada di ruang masuk menuju lantai dua dengan 3 kamar tidur dan 1 perpustakaan kecil beserta loteng kecil di atasnya. halaman mereka cukup luas untuk berlatih dan juga berkebun. Hans menopang erika sepanjang jalan dia sudah tidak kuat untuk berjalan terlalu lama.

"introgasi tadi tidak baik untuk bayi - bayi ku" memegangi perutnya

"bersabarlah, sudah 8 bulan berjalan sebentar lagi mereka akan lahir"

"Hermes, sialan itu. Aku harap dia mendapat ganjaran yang pas dari serikat"

"sepertinya dia sudah banyak dapat ganjaran dari kita"

"kau bodoh. kenapa langsung menghajar dia, kau tau aku sangat terkejut saat Arcie datang langsung kerumah kita" memukul Hans

"maaf.... ah, lihat itu william"

Mereka meneriaki William yang berada di depan rumah. mereka melambaikan tangan dengan muka bahagia. William yang mendengar mereka pun membalikkan badanya dan ternyata dia sedang memasukkan racun ular kedalam nadinya lagi. Erika langsung muntah saat melihatnya dan Hans tak bisa berkata apa apa. William melihat kearah mereka, dia langsung melempar ular tersebut dan berlari ke erika.

"bibi, apakau tak apa?" menopang Erika

"ya, aku tidak apa apa" menelan ludahnya

"hei, apakau benar menikahi bibi ku? kenapa kau malah membiarkan dia muntah seperti ini?"

hans baru tersadar dari fikirannya "ah... oh Erika kau baik baik saja?"

erika menggerakkan tanganya memberi isyarat dia baik saja, mereka berdua lalu menopangnya dan membawanya masuk kedalam rumah. dia di baringkan di kursi panjang di ruang masuk dan mengambilkan saputangan dan segelas air minum.

"Will, bisakah kau keatas dan mengambilkan obat ku dan perban untuk mu"

William segera berlari kelantai dua. Erika menarik baju Hans dan memandanginya. Hans memegangi tanganya dan berlutut di depanya.

"aku tau.... kita pasti bisa merawat dia. merawat dan membesarkan mereka"

Erika bernafas terengah engah dan mulai tersenyum atas apa yang diatakan Hans. William kembali turun dan memberikan obat itu keada erika. Hans mulai memperban luka ditangan kiri William.

"Will... ingat apa yang ku katakan saat kita dihutan?"

William mengangguk

"bersiaplah, kita akan memulainya besok pagi"

"Baiklah"

"kalau begitu, mainlah di luar sekarang!" Kata erika

"tidak seru bermain sendiri"

"kalau begitu, lanjutkan saja membaca buku di atas will. tolong beri aku waktu sebentar dengan Hans"

"baik bi" dia pun kembali berlari keatas

mereka berdua melihat kearah tangga dan menunggu suara langkah kakinya sampai diperpustakaan.

"satu setengah tahun, dan kita baru mengetahuinya kemarin" berbisik

"apa kita terlalu memfokuskan mencari ibunya dari pada merawat dia Rik?"

"aku tidak tau... apa aku bisa menjadi ibu yang baik untuknya? kakak ku sudah meninggalkan dia, aku tak tau apa aku bisa menjadi pengganti ibunya"

"suatu hari kau akan menjadi ibu yang hebat Rik"

mereka berdua bermesraan.

"omong omong, apa yang akan kau ajarkan besok?"

"pelajaran dasar"

"baiklah, lakukan dengan benar oke?"

Mereka melanjutkan bermesraan. Bersambung-

avataravatar
Next chapter