7 Mutasi Sihir (3)

"Duduk lah!"

William melakukan pemeriksaan penyakitnya dirumah Hermes.ini adalah pertemuan pertama mereka setelah 6 bulan Hermes dihukum oleh serikat. William dengan cepat duduk dan mebuka lengan bajunya menunjukan bagian yang berubah menjadi putih dan bagian yang selalu disuntikkan racun ular.

"aneh" kata Hermes. Dia melihat tangan William menggunakan sebuah kaca pembesar, memperhatikan bagian yang memutih dan yang selalu disuntikkan racun.

Dia mengambil sebuah Jurnal dimeja kerjanya dan mengambil dua buah botol dan sebuah pisau.

"aku butuh beberapa bahan. tuangkan sedikit darahmu disini dan ambil beberapa racun ular yang sering kau gunakan"

"apa kau segera membutuhkannya?" William menggores telapak tanganya dengan pisau dan menuangkan darahnya kedalam botol itu.

"lebih cepat lebih bagus" Dia segera memperban tangan William dan mengambil pisau dan botol berisikan darah William.

"baiklah, aku akan segera mendapatkannya.."

"ya..."

William bangun dari duduk dan berjalan menuju pintu

"Ngomong - omong... Senang bisa bertemu dengan mu lagi "

"ya... Aku juga senang"

William berjalan keluar rumah Hermes dan segera menuju hutan.

Hermes menuangkan darah William kedalam sebuah tabung tabung kecil dan membaginya dalam beberapa sample. Dia lalu membasuh dan mengelap botol kaca itu dengan kain.

"Keluar lah! sampai kapan kalian ingin mengawasi ku?"

tiga orang muncul dari sudut ruangan. seorang penyihir dan dua orang penjaga yang telah dipengaruhi sihir Mimikri.

"tenanglah Hermes, kami hanya menjalankan tugas yang diberikan Archie dan Monika. Jikalau kau tak bisa bekerja sama maka kami terpaksa harus membawa mu lagi"

"setidaknya, berilah aku privasi. Duduklah diruang tamu ku! aku perlu melakukan sebuah penelitian sekarang."

Penyihir itu menengok ke dua prajurit itu mengisyaratkan untuk menyetujuinya. mereka dengan cepat menghilang dari ruang itu dan menunggu dia ruang sebelah Hermes. Hermes menghela nafas dia mengambil beberapa racun ular yang dia gunakan dulu kepada William Dulu.

dia menderetkannya sambil menunggu William kembali.

Di hutan dekat Rumah William dia mencari ular yang biasa dia gunakan. ular putih berbintik bulat besar dikepalanya itu seukuran tanganya. dia memegang kepala ular itu dan menaruh taring bisa ular itu di sudut botol dan mengambil beberapa racunnya. setelah itu dia melempar ular itu kesemak semak dan kembali ke rumah Hermes.

"apa segini cukup?" dia memberikan botol itu kepada hermes

"ya, lebih dari cukup" hermes langsung mengambil botol itu dan menuju mejanya

"ngomong omong kemana paman selama 6 bulan ini?"

Hermes terdiam dan menaruh botol itu dimejanya "aku ada sedikit urusan di dalam serikat... ada apa will apa kau merindukan ku?"

"tidak... hanya saja aku ingin berterimakasih karena kau saat itu sudah menyelamatkan hidup ku"

".... yah (*mengehla nafas) sama - sama. tetapi kenapa kau tetap memasukkan racun kedalam tubuh mu? walaupun aku sudah berhenti melakukannya."

"tidak ada alasan khusus. hanya jika aku tak melakukannya seperti ada sesuatu yang hilang dalam hidup ku"

"begitu..." hermes kembali fokus ke meja kerjanya.

"kalau begitu, aku pergi dulu."

"ya hati hati lah" hermes melambaikan belakang tangannya.

tak lama setelah William pergi, hermes mulai hilang fokus.

bajingan bajingan itu fikirnya. anak itu bahkan memuji dan berterimakasih kepadaku, sedangkan mereka? menghajar ku dan memasukkan ku kedalam penjara bawah tanah.

"heh.. heh... hahahahaha" Hermes tertawa bengis.

Sementara itu William sampai dirumahnya. Terdapat Monika dan dua anak kembarnya yang sedang disusui olehnya. yang tertua Luna dan adik laki lakinya Kira. Mereka berdua lahir saat bulan dan matahari berada dilangit pagi hari.

"kau sudah pulang Will."

"ya bi. bagaimana kabar sepupuku?" mendekati mereka

"mereka makin sehat. bagaimana latihan dan pemeriksaan mu?"

"latihan ku masih sama saja... paman tak terlalu mengajari ku tentang mana lagi. dia terus melatih fisik ku"

"ya sangat disayangkan juga... karena kau yang meminta untuk menjadi seorang prajurit dari pada seorang penyihir"

"aku ingin keduanya. tetapi keinginan ku untuk mengangkat pedang dipertempuran lebih kuat dari pada mengangkat tongkat."

"begitukah?"

"kalau pemeriksaan ku. Hermes melakukan sebuah uji sempel darah mengenai penyakit albino ku dan penyuntikan racun"

"lalu apa yang akan kau lakukan sehabis ini?"

"tidak ada, aku hanya akan pergi keperpustakaan di lantai atas"

"baiklah. pastikan kau turun untuk makan malam oke?"

"ya bi" William pergi keatas.

besoknya, di gerbang perbatasan sohod.

sekelompok pemburu monster datang dengan luka dan gerobak yang hancur di pagi hari. mereka banyak menarik perhatian penduduk dan penjaga karena kedatangan mereka.

"tolong" saut mereka

para penjaga berlarian menghampiri mereka dan menopang mereka kedalam gerbang. mereka dibaringkan berjejer di pos keamanan dan di beri pengobatan.

"siapa yang melakukan ini kekalian?" tanya penjaga

"migrasi... Spike"

"apa? tapi ini bukan musim dingin. kenapa mereka bermigrasi sekarang?"

"mereka... aaa.. uh..." pemburu itu pingsang

"hey jawab lah!" penjaga itu menggoyang goyangkan pemburu itu

"sudah lah, kita tanya saat mereka sudah sadar. sekarang mari kita laporkan ini ke kapten"

sungguh mengejutkan mereka bahwa minggrasi spike berlangsung 2 musim lebih cepat dari biasanya. Spike, adalah monster berduri yang berjalan menggunakan 2 dan 4 kaki mereka. mereka biasa hidup berdampingan dan membentuk kelompok. kelompok mereka biasanya di dominasi oleh laki - laki dan di hanya memiliki 4 - 5 perempuan. Monster berukuran 5 meter ini menyerang menggunakan taring cakar ditubuh mereka, mereka sangat gesit dan lincah. terkadang mereka menyerang dengan menggulingkan diri kebadan musuhnya dan terkadang menembakkan durinya. Sang perempuan disatu sisi lebih pasif dan jarang bertarung dari pada laki laki, mereka berjalan menggunakan 4 kaki dan tubuh mereka lebih besar dari pada laki laki (7 meter). mereka memiliki kelenjar susu dan duri yang besar, kebanyakan mereka ditangkap dan dirawat oleh kerajaan untuk mempersenjatai benteng dan memberi makan pasukan mereka.

saat musim dingin tiba, mereka akan pergi kewiliyah yang lebih hangat dan akam kembali saat musim panas. mereka baru kembali 1 bulan yang lalu dan sekarang, kenapa mereka memutuskan untuk bermigrasi lagi?

prajurit itu pergi meninggalkan posko pertahanan dan pergi ke menara.

"kapten, monster spike bermigrasi lagi tanpa hal yang jelas"

"aku sudah tau"

"apa? apa tim pengintai yang sudah memberi tahu kapten? tapi kita belum mengirim tim apapun selama sebulan ini"

"tidak, aku diberitahu keponakan ku. dia melewati gerbang saat pagi hari dan mendengar kabar tersebut. saat ingin pulang dia bertemu dengan ku dan menceritakan semuanya"

"begitukah?"

"lalu, bagaimana kondisi terkini para pemburu?"

"dari 20 orang 10 orang luka ringan, 7 orang luka parah dan 3 orang menghilang."

"3 orang menghilang? apa kau sudah tau siapa saja yang hilang dan dimana?"

"belum kapten, tetapi aku mengetahui grup pemburu mereka. mereka semua adalah keluarga dari ras beastarian."

"oke. kalau begitu segera tempatkan mereka di pos kesehatan, kirim regu pengintai kecil untuk mengawasi gerak gerik spike dan kau prajurit. buat regu untuk ku, 15 orang tentu cukup dan aku ingin kau ikut dalam regu itu."

"Baik kapten" dia berbalik badan dan melangkah menuju pintu

"dan juga, jangan panggil aku kapten. aku hanya menggantikan posisi istriku yang sedang libur sementara"

"Baik Letnan" prajurit itu berbalik memberi hormat dan dengan cepat berbalik lagi meninggalkan ruangan.

siang hari para pasukan pengintai dan regu dikerahkan. mereka menjalankan tugas mereka masing amsing dengan cekatan. Di Pos kesehatan terdapat 7 orang perawat dan 5 warga setempat yang merawat mereka. William datang ke pos kesehatan bertujuan untuk membantu para perawat dengan pekerjaannya.

"apa ada yang bisa ku bantu disini"

"wah, kau pasti keponakan kapten bukan?"

William mengangguk kecil

"kamu baik sekali walau masih sangat muda. (mencubit pipi William) tetapi sayangnya tak ada yang terlalu bisa kau bantu disini Will, kebanyakan dari mereka membutuhkan perawatan khusus."

"setidaknya adakah yang bisa ku bantu?"

"ya jika kau memaksa, kau bisa membantu anak dari para warga ini. hey pak kurt tolong kemarilah sebentar!"

"ya ada apa?" tanya kurt

"kurt ini William keponakan kapten. dia kesini ingin membantu kita tetapi tak terlalu banyak yang bisa dia lakukan."

"ah jadi kamu William. maafkan anak ku karena sering berprilaku tak pantas kepada mu ya"

"apa aku mengenal anak mu pak?"

"kau tau? Erick dan silvya."

"oh..."

"kemarilah ikut aku kebelakang"

William mengangguk dan mengikuti Kurt

"kau tau anak ku sering membicarakkan mu. dia bilang kau banyak berubah belakangan ini, sering membunuh ular dan melakukan hal yang aneh"

"ya, mereka juga bilang begitu"

"hmph... tapi kau tau... diakhir kata-katanya dia sangar merindukan bermain bersama mu dan kasihan kepada mu saat tau apa yang terjadi"

"begitukah?... terimakasih."

"baiklah ini dia. tunggu sebentar ya biar ku panggil mereka.... Erick.... Silvya"

Mereka berdua lari meuju kurt dengan membawa sebuah keranjang.

"ada apa ayah?" tanya mereka berdua

"eh, ular putih.." Erick terkaget

Kurt memukul kepala Erick dengan kesal

"yang sopan kalau bicara, William punya nama."

"maaf... tapi apa yang dia lakukan disini?" Erick memegangi kepalanya

"dia ingin membantu. sekarang temani dia dan ajak dia memetik buah dan sayur! ingat jaga sikap mu Erick"

"baik ayah"

"hehehehe" tawa kecil silvya

"ikuti aku ula... William" mereka berdua kembali menuju ladang dibelakang pos kesehatan dan William mengikuti mereka. Kurt kembali kedalam merawat pasien.

"ambil ini!" menodongkan sebuah keranjang dan pisau kecil yang terletak di dalamnya.

"untuk apa pisau ini?" mengambil keranjang beserta isi tersebut

"apa kau tak pernah memetik sayur sebelumnya?"

William menggelelng

"apa kau hanya tau menggunakan pisau sebagai alat membunuh?"

"ya, kebanyakan. tanaman obat tidak terlalu susah untuk di ambil"

"baiklah ikuti cara ku"

Erick memotong tungkai daun sayuran itu dan tidak menyabut akarnya.

"jadi hanya daunnya saja? kenapa tidak dirobek saja pakai tangan?"

"kau lihat gradasi putih dan hijau di daun itu? jika kita mengenai yang putih sedikit saja maka yang hijau akan terasa sangat pahit dan tidak enak"

"ya kak Will, banyak orang tidak suka bahkan kak Erick sampai nangis saat pertama kali mencobanya. hahaha"

"diam silvya!!!" silvya lari dari kurt dengan muka meledek

"sekarang kau coba Will!"

William memotong pangkal daun itu dengan pas diatas warna putih tersebut.

"tidak buruk" saut Erick

setelah memetik beberapa sayur dan buah buahan mereka mengisi penuh keranjang mereka dan mengantarkan isinya kedapur didekat pos kesehatan.

"ya taruh saja disana anak - anak" juru masak menunjuk meja.

"sudah semua pak, apa ada pekerjaan lain?"

"tidak, tidak... beristirahatlah kalian sudah sangat membantu.. terimakasih ya"

"sama sama"

"baiklah kalau begitu will, aku dan silvya pulang dulu, sampai jumpa."

"dadah kak Will"

"tunggu sebentar Erick, ada yang ingin kutanyakan"

"kenapa Will?"

"bagaimana kau bisa sangat ahli dengan tumbuhan? dan saat ku perhatikan tadi kalian seperti berbicara dengan seseorang dan seketika buah atau bunga muncul bermekaran?"

"kau tidak tau ya will? aku dan Silvya adalah keturunan ras Elf. kami adalah ras yang dekat dengan roh roh yang ada dimuka bumi ini."

"lalu apa kalian bisa mengendalikan tanaman juga?"

"tidak, itu para roh. kami berkomunikasi dengan mereka dan mereka mendengarkan dan membantu kami. memang dulu pernah ada legenda tentang pahlawan ras elf yang bisa mengendalikan roh sesuka hatinya tetapi dia sudah mati 1000 tahun yang lalu di umurnya yang ke 800."

"Delapan Ratus?"

"ya kami cendrung memiliki umur panjang"

"kau tidak berumur tua kan erick?"

"tidak lah bodoh, kita seumuran"

"lalu berapa umur ayah mu?"

"100 tahun sedangkan ibu ku 90 tahun"

"berarti saat aku mati kau masih akan tetap hidup?"

"ya begitulah."

"kau sangat beruntung Erick"

"ya abaikan saja! kami mau pulang. apa kau tidak ingin pulang? hari sudah ingin sore"

"ah iya juga, baiklah hati hati dijalan Erick Silvya!"

mereka berdua berpisah melambaikan tangan. sesampai dirumah William kembali kepurpustakaan dan membaca banyak buku hingga tertidur. Bersambung-

avataravatar