2 bejana kehidupan

"apa yang kau maksud barusan kak?" tanya Monika kepada kakaknya Erika.

"aku melihatnya sendiri dengan mata kepala ku, bola cristal itu menunjukan ku orang yang paling berharga bagi diri ku. mungkin, mungkin saja jika aku membayangkan Lucius maka dia bisa membritahuku nasibnya". jawab Erika

Monika menggapai kedua tangan Erika dan menggengamnya, dia pun melihat kaknya dengan penuh kebingungan dan keanehan.

"kau yakin? kau tidak mabuk saat itu kan? aku tau kau sudah lama berhenti minum semenjak berhenti menjadi.."

Erika menghempaskan tangan Monika dengan cepat. "apa kau tidak tau kapan aku serius dan bercanda Nic? lagi pula untuk apa aku membangunkan mu tengah malam begini jika hanya untuk mengerjai mu" Erika membantah dengan sangat marah.

Monika kaget dan bangun dari duduknya, dia berjalan kearah meja dan mengambil segelas air dari teko sambil berkata

"maafkan aku, tapi aku tidak ingin kau masih terjebak dimasalah 5 tahun lalu. apapun yang terjadi saat itu adalah keputusannya dan diia pasti akan turut senang jika mengetahui anak dan istrinya hidup bahagia disini."

Erika memegani kepalanya dia bingung dengan keputusan yang harus dia buat. Monika menaruh gelas itu di depan Erika dan dia pun kembali duduk.

"tapi, bagaimana jika dia masih hidup?" tanya Erika

"bagus, mugkin dia akan kemari. atau, apa ada hal yang ingin kau lakukan?" jawab Monika

"jika aku bisa pasti sudah kulakukan" kata erika, sangat kesal.

"tapi, apa kau tidak memikirkan kehidupan mu sekarang? aku tau mungkin baik baginya untuk hidup dengan kedua orangtuanya. Tapi apa kau mau dia hidup sebagai yatim piatu?"

Erika tidak menjawab pertanyaan monika. Monika menghentakkan jarinya kemeja dan menghela nafasnya.

"kenapa... kenapa kau tidak langsung mencarinya dengan bola cristal?" tanya Monika

"dia bilang ada syarat"

"aku harus menjadi diriku yang dulu, mungkin maksudnya menjadi apa sebelum kehidupan ku yang sekarang... mungkin dia bermaksud untuk menetapkan tekad ku." sambung erika

"kau baru saja mengisi kehidupan mu kak anak itu, keluarga ini adalah isi dari kehidupan yang dulu kau tinggalkan." kata Monica, lalu mereka diam sejenak.

"apa kau yakin akan meninggalkannya demi orang yang sudah berkorban untuk mu?" saut Monika

"dia... adalah alasan aku memiliki kehidupan ini, dia lah yang pertama kali mengisi bejana kehidupan ku. tanpanya aku sudah terasa kosong." jawab Erika

Pada akhirnya mereka berbincang hingga larut malam. keesokan paginya William bangun dari tidurnya, anak berumur 5 tahun itu sangat penuh energi dan aktif. kesehariannya hanya membantu ibunya dan bermain di lapangan dan haluan kota bersama teman temannya.

Mereka berenam sedang bermain kesatria dan penjahat dengan pedang dan tongkat kayu di tangan mereka, mereka mengayunkan dan mengarahkannya seakan sedang melawan musuh. tiba tiba datanglah sekelompok prajurit pulang dari penjagaanya para warga dan para pedagang berkumpul untuk menyaksikan mereka kegagahan, dan ketangguhan mereka dalam menjaga perbatasan benua ini di sorak porandai dengan kemeriayahan.

William dan teman temannya pun ikut menyaksikan mereka. mereka selalu menjadi pasukan suatu hari nanti, menurut mereka menjadi kesatria/penyihir adalah hal terhebat di dunia.

mereka sangat terkagum dengan komandan pasukan itu zirahnya yang paling mengkilap dari yang lain dan bukan hanya pahlawan di kerajaan sohod dia juga pahlawan diwilayah timur ini.

"Hans..Hans..." begitulah mereka mengelu-elukan namanya.

Hans pria tinggi berambur pendek itu menyapa mereka dengan gembira, dia merasa sangat senang diterima dengan ramah saat dia kembali ke rumah.

Sore sudah tiba, William kembali kerumahnya berjalan dengan teman temannya. saat di rumah dilihat dia dari kejauhan ada seorang pria didalam rumah dia terlihat ceria berbincang dengan bibinya, Monika. William diam memperhatikan mereka dari kejauhan dia berjalan sedikit mengendap endap ke halaman rumah lalu sampailah dia di depan pintu.

"Hai Will, sejak kapan kau disana?" saut Monika kepada William

"Hai... bi..." melirik kepada pria tersebut kebingungan. "siapa dia?" tanya William

"Ah, ini Hans... suamiku. mungkin kau tidak akan ingat, karena terakhir kali dia disini saat kau berumur 2 tahun" jawab Monika

William masih bingung dengan jawaban bibinya, lalu dia teringat akan perajurit di gerbang kota. dia pun langsung senang melompat kegirangan.

"kau... kau kesatria itu? yang di depan gerbang?" tanya William.

Hans hanya membalas dena=gan senyuman kepada William.

Erika masuk kedalam ruang tamu menemui mereka. "ah will, kau sudah bertemu paman mu? Hans?." tanya erika

"ya.. ya bu..." jawab will

"apakau pulang sendirian tadi Will?" tanya Erika

"Tidak.. aku tadi pulang bersama Erick dan Newt" William tidak mengalihkan pandangannya dari Hans.

"oke lalu dimana mereka?" tanya erika

"mereka di belakang... ku...." William melihat kearah belakangnya dan baru sadar bahwa sejak didepan rumahnya dia sudah mencampakkan temannya.

"oh... apa mereka meminum ramuan kasat mata atau sejenisnya?" tanya Hans

"Hai Erick hai Newt" sambung Hans

Erika melihat Hans dan Monika memukulnya.

"ah tolong lah sayang, 3 tahun bersama mereka bisa membuatku gila. aku tau aku harus melakukan ini" saut Hans

"Will, sudah lah. mungkin mereka sudah pulang duluan." ucap erika

"sekarang masuklah, bersiap untuk makan malam" tambahnya

anak itu berjalan ke kamarnya, dia sangat murung akan hal ini Erick dan Newt adalah 2 sahabat baiknya. bahkan saat dimeja makan wajahnya tak kunjung berubah.

"ada apa Will? kau sedang tidak enak badan?" tanya ibunya.

"tidak ada. Hanya saja aku merasa tidak enak kepada teman teman ku, mereka bilang sudah dapat izin untuk makan malam disini"

semua orang saling melirik dan menyuruh Hans untuk menyemangatinya.

Hans tampak menolak menggelengkan kepalanya tetapi dia tetap terpaksa melakukannya.

"dengar, kau tidak perlu mengkhawatirkan mereka. jika memang mereka mau untuk kesini mereka pasti sudah berada dibelakang mu saat kau mulai mengendap endap di halaman."

William mendengarkan melihat kearah Hans.

"mungkin orang tua mereka memanggil mereka"

"begitukah....?" William tertegun sedih

"begini, aku akan menceritakan legenda benua ini dan cerita ku saat sedang bertugas?" seru Hans

mereka semua memandang kearah Hans, terutama William. eksresinya yang suram muram tiba tiba cerita karena dia akan mendengar kisa dari kesatria yang ia kagumi.

"benarkah?" serunya

"tentu saja, apa kau tau legenda tentang sang pengembala?"

Ericka tersedak mendengar perkataannya.

"tidak, tapi aku pernah dengar dari teman teman dan orang orang disekitar kota"

Hans agak kaget mendengar itu, bahkan seorang anak berumur 5 tahun pasti akan tau akan cerita itu. dia pun mulai memandang kearah Ericka.

"kau serius tidak menceritakannya?"

"dia.. *uhuk masih terlalu kecil" lalu dia pun menelan makanannya.

"baiklah, jadi...."

dulu sekali ada seorang raja bernama "Julius yang adil" dia raja yang adil, bijak,ramah,dan dicintai rakyatnya.saking dicintainya dia berkuasa sangat lama hingga penghujung umurnya yang ke 80 tahun tiba. Raja awalnya ingin menyerahkan kepemimpinannya kepada putranya "Julius kedua" agar meneruskan kepemimpinannya, keputusan itu pun akan dipegang oleh raja.

9 bulan sebelum raja berulang tahun, parade diadakan Julius kedua ikut memeriahkan dan memberikan makanan kepada rakyat-rakyatnya. dia memang dikenal baik dan suka memberi seperi ayahnya.

pada awalnya dia sangat senang melakukannya dan mendapat banyak pujian, tetapi semakin kesini pujian pujian itu makin tak terkendali "dewa" "tuhan" begitulah panggilan dia dan segenggam Gandung dan daging ditangannya.

dia makin haus akan pujian rakyat - rakyatnya agar memuaskan harga dirinya. 30 tahun kehidupannya dia pakai untuk memuaskan hasrat.

sekarang pangeran tua itu sedang merayakan parade untuk ayahnya, dia selalu mengambai ambaikan kursi kerajaan memikirkan panggilan apa lagi yang berada di atas tuhan.

3 bulan setelah parade diadakan, datanglah seorang utusan Tuhan ke kerajaan itu. pakaiannya serba kain putih tetapi kusam ditutupi oleh debu dan tanah , rambutnya terurai ,dan janggutnya agak lebat dia datang memegang suatu tongkat membawa beberapa umat dan beberapa hewan.

satu kerajaan ribut dan berdoa mensyukuri apa yang telah datang ke kerajaan ini. calon raja yang baik dan utusan Tuhan yang singgah di kerajaan ini membuat kerajaan seakan makmur.

sang raja mendengar kedatangannya pun kaget dan menyambutnya secara khusus.

dia berlari kearahnya dan bersujud kepadanya.

"oh utusan Tuhan, adakah yang bisa ku bantu di kerjaan ku yang kecil ini?"

sang utusan tersenyum dan memegangi raja itu untuk berdiri.

"wahai raja, janganlah engkau bersujud kepada ku. sesungguhnya derajat kita sama di hadapannya"

sang raja tersipu malu dan mengangguk angguk.

"kalau begitu tuan ku..."

"tuan saja"

"maaf... tuan, ada gerangan apa engkau dan pengikutmu kesini?"

"sesungguhnya ada yang ingin aku sampaikan kepadamu raja. tetapi dia memberikan ku pilihan langsung ingin menyampaikan yang mana, maka dari itu marilah kita berbincang sebentar mendengar cerita mu"

sang raja senang dan terangguk angguk, dia cepat cepat menyuruh penjaga untuk memanggil kereta kuda untuk mengantar mereka ke istana.

sesampainya mereka pun berbicara dan bercerita banyak hal. juga dia mengenalkan calon raja baru dikerajaannya.

sang utusan dan pangeran berjabat tangan dengan ramah.

"jadi tuan, anda adalah utusan Tuhan bukan?"

"saya hanyalah manusia biasa sama seperti engkau pangeran" dia tersenyum ramah

"oh bagus lah, karena aku tidak ingat mengirim seseorang ke kerajaan ku sendiri"

mereka menukar senyum dan berlapas jabat sang pangeran pun pergi dari ruangan dan utusan kembali duduk bersama raja.

raja sepertinya tidak mendengar percakapan mereka karena terlalu senang untuk berharap putranya yang akan di bimbing oleh utusan Tuhan.

"baiklah raja, aku sudah memutuskan pesan mana yang akan aku sampaikan"

sang raja terkaget senang sampai membungkukkan badannya ke utusan.

"tuhan ku berpesan, janganlah engkau menjadikan anak mu raja"

"apa?.. kenapa tuan ku?" tanyanya spontan

"sesungguhnya dia akan merusak dan akan terus merusak"

raja kebingungan akan perkataan utusan

sang utusan pun berdiri dan hendak pergi meninggalkan ruangan.

"tunggu sebentar tuan, aku betul tidak mengerti maksud mu. bisakah kau menjelaskannya pada ku" tanya raja

"jika waktunya tiba nanti, kau akan mengerti" jawabnya

~bersambung~

avataravatar
Next chapter