4 Bejana Kehidupan (3)

Seminggu telah berlalu semenjak malam itu, dan Erika tak pernah terlihat di sohod lagi. Hans dan Monika sudah berupaya untuk mencarinya tetapi tidak juga ditemukan keberadaannya. Mereka mencari di setiap sudut sohod, desa sekita, kota seberang begitu juga perbatansan.

Entah apa yang difikirkan Erika menghilang tiba tiba tanpa memberikan sepatah kata. bocah itu juga tak bisa berbuat apa apa selain menunggu ibunya, Ya mereka harus berbohong kepadanya mereka bilang bahwa Erika pergikarena urusan khusus dan akan pulang tak lama lagi dan bocah itu mempercayainya dan menunggu ibunya dengan lugu.

dua musim telah berlalu, bocah lugu itu sudah tak bisa di bohongi lagi dia menangis dan memberontak mengharapkan ibunya pulang. segala upaya telah dikerahkan Hans dan Monika tetapi dia tak kunjung tenang. Lama kelamaan bocah itu menjadi biadap dia menyiksa binatang dan melakukan pembedahan kepada mereka dengan keji, karena itu satu persatu temannya mulai menajuhinya dan mulai memanggil dia "Ular Putih" nama itu di berikan berdasarkan hewan yang paling sering ia bunuh dan juga karena rambutnya berwarna putih.

tahun telah berganti dan dia sudah bukan bocah lagi. William sudah berumur 6 setengah tahun dan mulai menerima kenyataan hidupnya. Pagi itu dia dan Hans pergi ke hutan untuk beberapa pembelajaran.

"bawalah keranjang kayu itu will, kita akan mengumpulkan beberapa tanaman"

"ya, baiklah." dia mengambil dan menggendong keranjang itu.

Mereka berjalan melewati pusat kota menuju kehutan.

"Hei lihat itu si ular putih" sahut beberapa anak

"hei ular putih.... Dasar sikopat sinting" melempat tomat ke kepala William

William dan Hans terus berjalan tak menghiraukan mereka.

*Hans menghelas nafas

"Bukankah mereka teman - teman mu?"

"Dulunya"

Mereka terus berjalan dan terus diejek oleh anak anak itu

"hey maniak pembunuh hewan? pergilah dari sini! aku tau jika kau sudah bosan pasti kau akan segera membunuh manusia." anak anak itu terus melempari tomat dan lumpur

Hans menoleh kearah William, dia berniat untuk membantunya tapi anak itu tak bergeming sedikit pun bahkan dia tidak menundukan kepalanya atas cemoohan mereka.

salah satu dari anak itu mengambil batu kerikil dan melontarkannya dengan ketapel. Hans dengan sigap menangkap batu itu dan mengeluarkan mananya.

"pergilah atau akan kupotong tangan dan lidah kalian."

Anak-anak itu ketakutan dengan aura Hans dan mulai berlari terbirit-birit.

*menghelas nafas/ Hufttt

"anak-anak jaman sekarang memang keterlaluan... mungkin aku sebaiknya memperingati orang tua mereka" memegang dagunya

"kapan aku bisa mempelajari itu?" dia menatap penasaran kearah hans

"apa? mana? saat kau sekolah nanti. paling cepat kalau kau berbakat"

"apa kau tidak bisa mengajarinya saja pada ku?"

"itu dilarang, persatuan penyihir sudah membuat kesepakatan dan hukum yang mengatur itu. mereka tidak mau sihir dan manusia diperlakukan tidak adil dan senonoh seperti di Luminess"

"bahkan mengajari teknik dasar?"

"ya, kurasa...." dia berfikir keras

"ah tidak, kau benar. mungkin untuk pengajaran penggunaan, mutasi, dan pemahaman sihir dilarang. tapi tidak dengan mana." lanjutnya

"aku tidak mengerti. Apa bedanya?"

"mana, ada disetiap Makhluk hidup dan bisa digunakan semaunya tergantung pengaplikasian."

"pengaplikasian?" dia kebingungan

"oh astaga.. penggunaan" Hans tidak percaya anak ini sangat bodoh dalam kata kata tapi sangat pintar dalam cara berfikir

"intinya kau tidak dilarang untuk mempunyai sebuah mana, tetapi kau dilarang mengubah mana tersebut kedalam suatu sihir atau mantra."

"oke, jadi kau hanya boleh mengajariku untuk merasakan dan melatih mana?"

"ya, betul sekali"

"kalau begitu ajarkan aku sekarang!"

"kau terlalu terburu buru, santai saja. aku hanya berniat mengajarimu tanaman untuk hari ini, hal mana itu kita lakukan besok saja"

mereka akhirnya sampai di pos penjagaan hutan disana terdapat 2 penjaga satu seorang prajurit memegang halberd dan satunya seorang penyihir kerajaan.

"tolong tunjukan lencana anda!" saut prajurit

Hans meraba sakunya dan memberikan lencanya kepada prajurit tersebut

"ah, silahkan lewat letnan" dia terkejut melihat lencana hans

"ya ya terimakasih, ngomong ngomong anak ini ikut dengan ku" menunjuk kebelakang dengan jempol

merekapun memasuki hutan, William kelihatan bingung kenapa hutan ini sampai dijaga oleh pasukan kerajaan.

"kenapa, pasukan kerajaan berjaga disini?" menoleh kebelakang

"banyak monster dan terkadang hewan liar yang keluar dari hutan ini, makanya mereka sampai menugaskan penyihir"

"dan kau mengajak ku ketempat seperti ini? apakau tak ada otak?" menatap hans dengan kesal

"yaampun, kau tau siapa aku kan? tenang saja selama kau berada 5 meter didekatku, kau aman." menepuk nepuk sarung pedangnya

William menoleh kebelakang lagi, dia memperhatikan kedua penjaga tersebut terutama sang penyihir. tak di sangkanya dia berbalik memandang william dan melambaikan tangannya dari kejauhan.

setelah beberapa lama, mereka akhirnya tiba di lokasi pertama.

"kenapa jauh sekali? aku lelah." dia duduk di batu

"jangan cengeng, ini baru pemberhentian pertama. istirahatlah sebentar pembelajaran akan dimulai sebentar lagi."

"ngomong ngomong, kenapa aku tak melihat satu hewan buas pun disini?"

"Kau ingat aura yang ku gunakan kepada bocah tengik itu?" menyombongkan dirinya

"ya, kau mengeluarkan sesuatu seperti mana dari tubuh mu." membentuk lingkaran dengan kedua telapak tangannya dan melebarkannya jauh keatas.

"ya singkatnya itu manipulasi mana kesihir." menarik pedangnya

"jadi apakah itu sihir biasa?"

"tidak... Sekarang Will menurut mu bagaimana reaksi orang normal tanpa senjata jika dia diarahkan pedang seperti ini" mengarahkan pedangnya ketenggorokan William

"tentu saja takut, berteriak, lari" membalas dengan ekspresi datar

"....." Hans berfikir bahwa anak ini sudah tidak normal, dia menarik pedangnya dan menyarungkannya kembali.

"begitu juga dengan sihir ini atau bisa dibilang intimidasi. Seperti yang kita bahas di awal semua makhluk hidup memiliki mana, jadi jika mereka dihadapi dengan orang yang memiliki kualitas dan kuantitas mana yang lebih hebat. maka mereka tidak akan berani mendekat."

"apa itu kuantitas dan kualitas"

"oh tuhan" menepuk jidat

"kuantitas itu jumlah satuan sedangkan keualitas itu seperti bagus tidaknya barang"

"baiklah, aku mengerti. tapi bagaimana cara mengetahui satuan mana?"

"sudah sudah nanti saja, aku pusing kalau harus mengajarkan 2 hal sekaligus hari ini, lanjutin besok saja"

William kecewa dengan kemalasan pamannya, dia pun memutuskan untuk tak terlalu peduli dengan mana dan sihir agar pelatihan ini cepat berlalu.

"ya baiklah, kau lihat rumput putih itu" menunjuk kearah rumput

"ya"

"ambil itu, tapi jangan dengan akarnya"

*crats *crats

"yak sudah"

"rumput itu adalah rumput peri, itu narkoba. dalam penggunaan sedikit itu bisa menjadi penanggal rasa sakit dan obat nyeri tapi jika digunakan berlebihan itu bisa memuatmu tak sadar dan melakukan hal hal konyol. sedangkan akarnya bisa merusak fikiran dan mungkin membuat mu gila selamanya."

"kalau begitu apa bagian rumput paling bawah memilikit keampuhan paling tinggi?"

"ya benar sekali, ngomong ngomong kenapa kau sangat pintar dalam hal ini?"

menunjukkan lengan kirinya yang diperban "kau tau, saat ibu pergi aku selalu membunuh ular. aku menggunakan racunya kepada ku, berharap aku akan mati tapi malah tidak ada efeknya. semakin lama kucoba semakin kusadari kekebalan ku terhadap racun meningkat."

"kau sangat mengerikan untuk anak seumur mu"

"kau sangat bodoh untuk orang berpangkat letnan"

Hans tersenyum dan memukul Wiliam, william memegangi kepalanya dengan kesakitan,

"kunyah ini" dia memberikan ujung rumput peri kepada william

"waw, benaran ga sakit" wiliam mengunyah dan menelan rumput itu, Hans terlihat sangat bangga dengan sesuatu yang dia ajarkan kepada keponakannya.

"ada banyak tanaman di hutan ini yang kegunaannya macam macam contohnya seperti rumput ini dan daun kuning itu" menunjuk kebatang pohon besar didepan mereka.

"apa kegunaan daun itu?"

"jika kita mengunyahnya menjadi halus dan menempelkan keluka akan bisa mengurangi infeksi dan pendarahan"

"lalu apa lagi yang bisa digunakan dihutan ini?"

Hans menjelaskan kegunaan semua tanaman obat dihutan itu, mereka menghabiskan waktu 3 hari 2 malam disana mengumpulkan tanaman obat.

*List tanaman obat

1. Rumput peri, memiliki efek halusinatif tetapi bisa menjadi obat pereda sakit jika di konsumsi sedikit.

2. Daun hijau/kuning/merah , memiliki efek untuk mengobati luka luar perbedaan dari ketiga daun hanya dari khasiatnya semakin layu daunya khasiatnya semakin besar tetapi rasanya semakin pahit.

3. Rumput petir, rumput ini hanya bisa digunakan menggunakan mana mempunya efek kejut yang bisa melumpuhkan seseorang atau membangkitkannya, tergantung dari berapa jumlah mana yang mereka gunakan.

4. Jamur Malam, memiliki efek kelumpuhan biasanya jamur ini akan di rebus dan air itu akan menggumpal hitam seperti tinta. lalu akan diolehkan ke panah atau dart agar mempermudah perburuan atau pembunuhan.

5. jahe/kunyit/lengkuas, bisa digunakan jika terjadi keracunan manakan atau nyeri perut.

6. daun herb, bisa digunakan untuk meningkatkan khasiat dari daun dengan cara mengunyahnya secara bersamaan dan bisa digunakan sebagai rempah masakan daging.

7. mutiara hitam (buah hitam), memiliki khasiat memperkuat panca indra tubuh jika di makan tetapi bisa menyebabkan kebuataan,kelumpuhan,kematian mendadak jika banyak dikonsumsi dalam 1 hari.

8. algae biru, adalah bahan dasar pembuatan potion

William memasukkan semua tanaman tadi kedalam keranjang dan mengangkutnya, dia berjalan kearah hans untuk kembali pulang dari hutan.\

"kita sudah 3 hari disini, tapi kenapa hanya sedikit jenis yang kita ambil."

"sebenarnya masih banyak tanaman untuk racun, pembunuhan, penyiksaan, dan lainnya tetapi kita takut bahwa kau malah akan mempergunakan itu semua untuk melukai dirimu"

"tidak akan, aku sadar kematian itu sangat menyakitkan. aku tidak mau mengalami itu lagi"

"ya... yasudah kapan kapan saja. kita disini juga karena disuruh sama Monika, ambil sesuai keperluan saja sekarang.

"satu setengah tahun lagi, aku berencana mengikuti pelatihan prajurit. setidaknya aku harus bisa mengetahui semua khasiat tanaman ataupun olahan hewan dalam satu setengah tahun itu"

"kau malah terlalu cepat, biasanya calon prajurit akan diajarkan hal ini begitu ooa memasuki pelatihan. karena akan ada masa dimana mereka akan dilepas di alam liar dan dipaksa bertahan hidup selama 1 minggu disana."

"lebih cepat lebih baik kau tau itu kan"

"ya... sepertinya" Hans mengusap kepala William dengan perlahan dan memndang kearah tangan kirinya

"saat kau pertama kali mencobanya... tidak. dari mana kau tau kegunaan bisa?"

"saat itu kita sedang bermain dan Newt terkena gigitan ulat yang memiliki bulata hitam dikepalanya. karena itu dia langsung pingsan dan di bawa oleh seorang dewasa disana, dan disana aku mendengar bisa ular itu setidaknya bisa membunuh 2 anak kecil dalam 1 dosis beruntugnya newt cepat diberi pengobatan oleh alkemis di desa."

"jadi kau mengingat hal itu dan pergi mencobanya? lalu kenapa kau bisa selamat"

"pak tua itu datang membantu ku, tidak sekali tapi tiap kali aku melakukan proses itu. sampai akhirnya aku sadar bahwa aku sudah tidak perlu detox dari dia lagi dan racun ular itu sudah tak mempan bagi ku"

"lalu kau berhenti saat itu?" dia berhenti berjalan, terkejut akan cerita anak itu.

"ya, tapi pak tua itu malah terus menyuntikkan aku dengan racun ular lain. kaadang dalam dosis kecil sampai dosis besar" William berhenti dan memutar badanya dan mengulurkan tangan kirinya. Hans sangat kaget dan marah mendenger hal itu, dia mengeluarkan mana intimidasinya dengan sangat banyak.

"Siapa pak tua bajingan itu? menjadikan kau sebagai bahan percobaanya Hah?" menembakan bola mana dari tangan kanannya mengakibatkan pohon di depan rubuh.

"tidak, kau salah paman. dia tidak menggunakan ku, dia membantuku... dia khawatir aku akan terus berupaya dengan sesuatu yang lebih besar dan lebih kuat. maka dari itu dia membuat tubuh ku kebal terhadap racun dan infeksi" William memandangi Hans

Hans menarik kembali mananya, dia menenagkan diri dari amarahnya. dia tak percaya bahwa anak sekecil ini sudah bisa merasakan namanya kehampaan dan kehilangan tujuan arah hidup.

"jadi selama satu setengah tahun itu, dia tetap melakukan penyuntikan racun ketubuh mu" melanjutkan berjalan

"ya, begitulah" William menaikan kedua bahunya.

"saat kita dirumah nanti, antar aku ke pak tua itu" bernada marah

"baiklah"

Mereka akhirnya kembali kerumah setelah 3 hari yang melelahkan. William banyak mempelajari banyak hal di dalam hutan, yang mungkin bisa membantunya dalam ketertarikannya.

Hari itu sudah menjadi salah satu hari terbaik dalam hidupnya, dia berharap bisa terus menjalani kehidupan seperti ini di sisi keluarganya.

avataravatar
Next chapter