webnovel

Bab 24

"Kau menyuruhku ke sini hanya untuk menjawab pertanyaan sepele mu? Mengapa Aley marah hanya karena kau merusak lipstiknya, begitu?" Kata Lio sambil memasang wajah tak percayanya.

Lio duduk di sofa yang da di ruang kerja Karel, sedangkan Karel duduk di kursi kerjanya sambil terus menerus menatap ke arah lipstik Aley yang rusak.

Tanpa merasa bersalah Karel mengangguk untuk mengiyakan ucapan Lio. Lio hanya bisa mengelus dada dan sabar.

"Dia marah seperti apa?" Tanya Lio. Dia mencoba memaklumi Karel yang sangat butuh pengetahuan tentang ilmu memahami Wanita.

"Wajahnya terlihat kesal, dia mengataiku gila, lalu pergi dengan langkah yang dihentakkan." Jawab Karel mencoba mengingat bagaimana perlakuan Aley tadi yang berhasil membuatnya bingung.

Lio menyenderkan tubuhnya ke sandaran sofa, lalu melipat kedua tangannya di dada. "Syukurnya dia tidak menendang, memaki, atau menjambakmu pada saat itu juga. Kalau itu benar-benar terjadi, kurasa saat ini aku sedang mengurusi mayatnya."

"Aku menyuruhmu kesini untuk mencaritahu lipstik jenis apa ini sampai-sampai dia segitunya. Dia tidak pernah marah jika aku melontarkan kata-kata tidak enak, tidak pernah marah saat aku mengabaikannya, bahkan saat terpaksa menikahiku dia juga tidak marah. Tapi hanya karna lipstik tak seberapa ini, wajahnya sampai segitunya memandangku tadi."

"Dengar ya Kareleo Hen Zidi, Tuan muda yang sangat kaya raya. Kau harus tau ini, semua wanita akan kesal jika lipstik kesayangannya dihancurkan tanpa perasaan."

"Aku memberinya banyak uang, dia bisa membeli gantinya. Bahkan jika dia memintaku untuk mendirikan pabrik lipstik, aku bisa mewujudkannya."

Lio memutar bola matanya tanda dia harus extra memberi edukasi tentang wanita pada Karel. "Dengar ya, kau tidak bisa memahami wanita seperti kau memahami sesama Manusia. Wanita itu berbeda-beda, punya perasaan berbeda-beda juga. Ada wanita akan selesai dengan kau memberinya uang, ada juga wanita yang tidak bisa seperti itu. Terkadang yang terlihat baik belum tentu baik, terkadang yang terlihat jahat belum tentu jahat, terkadang yang terlihat lemah belum tentu lemah, dan begitu juga sebaliknya. Kau tidak bisa memahami mereka hanya menggunakan pikiranmu."

"Bukankah mereka semua tampak sama saja?" Jawab Karel.

"Kau saja tidak pernah pacaran, bagaimana kau bisa mengerti. Yang memiliki mantan 100 saja belum tentu bisa memahami maunya wanita, apalagi kau yang belum pernah pacaran. Bahkan kau kehilangan Luisa karna tidak peka. Bisa-bisanya kau tidak mengetahui bahwa dia menyukaimu, padahal kalian menghabiskan waktu bersama setiap hari."

Karel terdiam. Ya, apa yang dikatakan Lio benar. Dia kehilangan Luisa karna kebodohannya. Penyesalannya saat ini menjadi hukuman untuknya.

"Lalu.. aku harus bagaimana?" Tanya Karel serius.

Kini Lio yang langsung terdiam, baru kali ini Karel meminta sarannya dengan tenang, dan baru kali ini juga Karel tidak marah dia membahas Luisa.

"Kau hanya perlu mengetahui ini, jangan pernah mengacaukan suasana hati wanita di saat dia sedang datang bulan. Bisa-bisa kau ditelannya hidup-hidup."

Karel tampak berpikir keras sebelum menjawab. "Sepertinya dia memang sedang datang bulan. Karna 3 hari yang lalu aku memanggil ambulans ke rumah, ku pikir dia sedang pendarahan karna aku melihat darah, untungnya ada Lean, kalau tidak mungkin aku sudah jadi bahan ketawa semua orang karna memasukkan istri kerumah sakit hanya karna aku tidak tau dia sedang datang bulan."

Lio langsung membekap mulutnya, dia dengan susah payah menahan tawanya, perutnya rasanya menggilitik dan dia ingin tertawa terbahak-bahak.

"Jika kau tertawa aku melemparmu darisini." Kata Karel memperingatkan.

Sampai-sampai hadir setitik air mata disudut matanya karna sangking tak bisanya ia menahan tawa. Dengan susah payah Lio mengatur nafas dan membungkam mulut.

Lio berdiri, lalu menghampiri Karel. Dia mengambil lipstik yang menjadi permasalahan diatas meja. Dia mengamatinya.

"Lipstik ini sepertinya limited edition dari merek X. Coba aku caritahu sebentar." Lio memfoto lipstik itu, kemudian mengirimnya ke bagian bank informasi perusahan.

Tak berapa lama kemudian informasi yang ditunggu datang. "Sudah kuduga ini limited edition. Lipstik ini tidak dijual di pasaran. Karna ini dibuat khusus untuk ucapan terima kasih pada artis-artis yang datang karena undangan launching tas baru merk X."

"Hubungi mereka dan suruh buatkan sekotak untukku." Kata Karel yang berhasil membuat Lio tersedak.

"Kenapa kau tidak membelikan lipstik-lipstik mahal yang sudah ada? Aley pasti juga akan senang menerimanya."

"Kau sendiri yang bilang wanita itu sulit. Kalau memang dia senang menerima lipstik-lipstik mahal yang ada di pasaran, dia tidak mungkin kesal seperti itu, karna dia bisa membelinya sendiri."

Lio menghembuskan nafas berat. "Baiklah-baiklah.. dasar suami istri yang unik. Sudah cukup aku hidup dibuat pusing kau dan Lean. Sekarang harus bertambah lagi satu, Aley. Tak heran jika Aley seperti itu, kau masih ingat dia menyimpan payung limited edition milikmu? Saat dia membuka payung itu di depan kita rasanya aku sempat syok."

"Mungkin dia memang pecinta limited edition." Jawab Karel.

"Yaa.. Bahkan dia mendapatkan suami limited edition juga." Lanjut Lio.

***

Aley menguap ketika hendak menaiki tangga setelah tadi di pergi ke dapur untuk mencari makanan. Tapi nguapnya mendadak tak jadi ketika melihat Lio dan Karel menuruni tangga.

"Kenapa sekertaris Lio datang?" Tanyanya dalam hati.

Lio yang menyadari kehadiran Aley langsung tersenyum jahil. "Eh, Aley." Sapanya.

"Sore sekertaris Lio." Balas Aley hormat.

"Dia ini sekertarisku, kenapa kau menunduk hormat seperti itu?" Tanya Karel terlihat tak senang.

Aley mengkerutkan keningnya. "Lah, kenapa? Memang tidak boleh menyapa sekertarismu?"

"Tidak seperti itu." Jawab Karel.

"Lalu seperti apa?" Tanya Aley lagi.

Lio memutar bola matanya melihat tingkah suami istri ter-aneh yang pernah dia temui. Padahal tadinya dia mau menggoda Aley tentang lipstiknya. "Maksud Karel itu, kau tidak usah teralalu sungkan padaku, karna aku ini sekertaris dan kau istrinya dia. Begitu Aley." Ucapnya memperjelas agar tidak ada kegaduhan rumah tangga.

Mendengar ucapan Lio, Aley mengangguk mengerti, kemudian langsung permisi untuk menaiki tangga. Dia mau kembali ke kamarnya.

"Aku yang salah atau dia yang salah? Dia sensian." Tanya Karel setelah kepergian Aley.

"Kau tidak salah, dia hanya sedang terbawa suasana datang bulan, jadi bawakannya negatif thinking. Dia pun tidak tau bagaimana persahabatan kita." Jawab Lio sambil melanjutkan jalannya.

"Ngomong-ngomong dimana Lean? Dia tidak nampak daritadi."

"Dia sedang mengunjungi makam Luisa." Jawab Karel.

Lio langsung mengerjapkan matanya kaget. "Dia tau?"

Karel mengangguk. "Aku yang memberitahu. Sudah saatnya dia tau, aku takut dia menunggu terus, dan malah tidak berniat menikah dengan siapapun. Setidaknya jika dia punya anak, rumah ini pasti akan ramai."

"Kenapa tidak kau saja yang membuat anak?" Kata Lio spontan. Tapi sedetik kemudian dia menyesalinya karna takut salah bicara.

"Iya ya, kenapa aku tidak pernah berpikir aku bisa membuat anak?" Tanya Karel polos pada Lio.

Lio hanya bisa memperagakan orang berdoa sesuai agamanya. Dia tidak mengerti lagi Manusia macam apa Karel itu. Jawaban Karel pun sangat jauh dari ekspektasi yang dia pikir akan marah.

"Bro, daripada aku semakin gila, lebih baik aku pamit. Bye." Kata Lio buru-buru pergi. Rasanya dia ingin menjitak kepala Karel, tapi dia tidak mungkin melakukan itu. Bisa-bisa ada perang dunia saat itu juga.

____

Bersambung....

Next chapter