1 Gila Belum Tentu Gila

Dentum musik begitu keras telah memenuhi ruangan. Orang-orang dengan berbagai alasan memilih tempat ini yang paling cocok untuk melampiaskan semuanya.

Ada yang beralasan mengeluarkan penat pekerjaan, ada juga melepaskan kisah masa lalu, dan ada juga berkaitan mencari kepuasan,

Malam begitu dingin, suasana hati sangat dirasa kacau. Menonton gadis dengan tubuh BOHAI sudah meracuni pikiran ingin segera menubruk lalu bergoyang di atas ranjang.

Tetapi pikiran itu jauh lebih dari apa yang ada pada diri Frans.

"Andai saja dia menjadi istriku, hemm."

Lamunan yang penuh andai-andai ditemani dengan segelas winski tentu semakin membuatkan kawan mesra.

"Permisi, boleh saya duduk di sini?"

Terdengar suara melirih di telinga membuat mata Frans yang semula kemerahan kini berubah menjadi putih terang.

Seorang perempuan penghibur itu sepertinya tertarik dengan penampilan Frans malam ini dan bahkan juga menawari untuk berdansa di tengah lampu remang-remang.

"Bisakah kamu menemani saya berdansa di sana? Ya jika kamu tidak mau ya tidak masalah."

"Saya tidak mau, saya tidak mau menolaknya."

Frans memberikan tangan kanannya lalu menarik perempuan itu dan berdansa mengikuti alur musik.

Lenggak-lenggok kiri kanan sedikit menganggukkan kepala secara pelan-pelan dinikmatinya musik yang semakin mengalun semakin menambah daya tarik suasana hati Frans.

"Malam ini masih mau di sini atau di mana?"

"Malam ini saya masih mau di sini menikmati semuanya, ada apa? Mau saya temani?"

"Dengan senang hati, tapi saya tidak mau di sini."

"Kenapa?"

"Terlalu ramai, saya mau di apartemen saja."

"Okay. Habis ini kita ke apartemen."

Menghabiskan satu musik maupun juga segelas wine akhirnya telah menjadikan Frans dan perempuan bersamanya diajak menuju ke mobil.

Mobil sports yang berkelas itu pun telah dibuka dengan sepenuh hati dan siapa sangka jika Frans yang terlalu mabuk tak sengaja malah justru mendorong perempuan itu hingga menimpa tubuhnya.

"Aroma tubuh kamu sangat wangi, kamu juga lembut."

"Jangan berlebihan, kamu sepertinya mabuk berat dan lebih baik saya saja yang menyetir."

"Emang kamu bisa?"

"Menyetir mah hal mudah, sudah sekarang kamu kasih tunjuk saja di mana apartemen kamu mas."

Frans pun memberikan petunjuk mengenai letak apartemennya dan bahkan dia yang cukup mabuk malah membuka jasnya hingga hanya terlihat baju dengan kancing terbuka satu.

"Kamu mau temani aku sampai pagi? Tenang saja Frans bayar berapapun."

"Temani terus juga enggak masalah, sekarang kita mau sampai."

Tidak memedulikan omongan itu membuat Frans hanya semakin meneguk minuman yang dia genggam.

Sampai di apartemen Frans menunjukkan jika kamarnya di lantai tujuh belas.

Tubuh yang terhuyung-huyung dan seketika terjatuh di lantai membuat dia ingin segera melakukannya.

"Aku ingin segera menikmati tubuhmu, ayo skarang berikan."

"Sssst jangan terburu-buru, sekarang aku lapar masak iya kamu buat aku mati kelaparan?"

"Baiklah, kamu buat makanan sana yang enak dan jangan lupa nanti bagi buat aku."

Frans tak mengerti lagi harus melakukan apa dan yang dia mau hanya menikmati kenikmatan yang belum pernah dia dapat.

Perempuan yang diajaknya itu pun memasak karena cukup lapar, tetapi Frans yang mabuk terus berusaha mendekat dengan perempuan itu.

Dengan sebuah pelukkan dari belakang telah membuat Frans cukup nyaman dan perlahan-lahan dia juga membuka baju perempuan itu.

Dimulai dari kancing paling atas dan semakin bertambah hingga ke bawah membuat Frans semakin bernafsu untuk segera melucuti semua.

"Punya kamu besar juga,"

"Tentu dong, ya apalagi kamu yang mengelus dan menghisapnya pasti aaaa...."

Suara manja itu selalu saja yang dirindukan oleh Frans dan bahkan sedikit bibirnya menyentuh bawah telinga perempuan di depannya.

"Geli tahu."

"Enggak papa ini mah belum seberapa, ngomong-ngomong bau kamu makin membuat aku memikat. Luar biasa sekali mama kamu ciptain kamu, udah mulus, wangi, besar lagi kembar dadamu."

Perempuan itu semakin dipuji semakin memperlihatkan apa yang dirasa Frans semakin bergairah.

"Aku belum mengenal namamu, namamu siapa?"

"Panggil saja aku Cantika, sayang.

Seorang perempuan yang penuh akan gairah itu telah memutar badan dan memperkenalkan dirinya dengan jari telunjuk menyentuh bibir Frans.

Menanti masakkan itu jadi perempuan yang baru dikenal Frans dirasanya sudah cukup berpengalaman.

Dengan membusungkan dada tepat di depan Frans selangkah menjadikan laki-laki itu tertantang dan mereka pun melakukannya di ranjang.

"Sudah aku duga jika kamu Cantika, alias cantik luar dan dalam. Punyamu juga lembut, boleh jika aku menyentuhnya?"

"Menyentuh boleh, punya kamu masukkin saja boleh banget kok mas."

Frans mengecap bibirnya tiga kali dan ketika tangannya hendak menurunkan CD tiba saja oven yang memanggang daging merah itu berbunyi.

Rencana bergoyang di atas ranjang itu pun seketika buyar karena masalah sepele.

Lapar yang tidak bisa ditahan lagi membuat Frans pun juga ikut serta makan bersama.

Keduanya yang terlibat akan kemesraan dan ketika makan dengan terburu-buru membuat saos pedas itu belepotan di bibirnya.

"Astaga mas, kamu makan terlalu bersemangat tahu. Bibir kamu penuh akan saos."

"Ehe."

"Sini aku bantu mengelap."

"Enggak mau kalau pakai tisu."

"Lah terus maunya pakai apa?"

Dengan sedikit nakal dan manja Frans pun menjulurkan lidah seakan dirinya mengharapkan Cantika mau mengerti apa yang dimaksud.

Cantika yang hendak mengambil posisi mengelap saos di bibir Frans membuatnya semakin lepas kendali.

Perlahan tapi pasti jilatan yang begitu hangat membuat Frans kini tangannya berjelajah di bawah rok Cantika.

Mereka berdua yang melakukan sebuah hubungan itu membuat gairah semakin meningkat.

"Aaaah lebih dalam lagi jari kamu Frans."

"Huh, bibir kamu nikmat sekali Cantika. Sekalian ya aku lepas CD kamu."

"Dengan senang hati."

Sejenak berasa kenikmatan sudah begitu memuncak bahkan juga diantaranya Frans ingin mengeluarkan sesuatu tiba saja terdengar dari luar ketukkan pintu.

'Tok, tok, tok.'

"Siapa di luar kamarmu?"

"Ah biarin saja."

"Frans!"

"Dikit lagi ini mau keluar, sudah biarkan saja. Paling juga orang iseng yang selalu mengganggu kenikmatan ini, sudah kamu ikut saja omonganku."

Frans sama sekali tak mau jika dirinya diganggu dalam situasi apapun juga, tetapi dengan seketika apa yang diharapkan untuk keluar sesuatu dari tubuhnya justru semakin keras ketukkan pintu.

"Astaga aku lupa!"

Dia yang penuh dengan kepanikan itu seketika meminta Cantika untuk bersembunyi dan apa yang ada celananya sudah terlanjur basah.

"Kenapa kamu panik Frans? Apa yang terjadi, apa di luar orang penting hingga buat kamu tiba-tiba saja panik?"

"Sudah jangan banyak tanya dulu, sekarang kamu harus segera sembunyi. Ini jaket kamu, pastikan semua yang ada di atas ranjang tidak ada satu pun barang-barang kamu yang tertinggal ya?"

"Okay lah, hem ganggu saja."

avataravatar
Next chapter