webnovel

PACU #18 Sang Client

Jika ruang kerja Ferdy berada dalam mall yang dikelolanya, hal yang berbeda dengan Arion. Ruang kerjanya berada di sebuah gedung bertingkat di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Saat ini kami sedang menuju ke sana setelah berada di outletnya kurang lebih tiga puluh menit. Ia sempat mengajakku makan siang, tetapi aku menolaknya karena masih kenyang setelah makan siang dengan Rannu tadi. Tiba di lobby, Arion turun dan memberikan kunci mobil ke Security gedung. Aku juga turun dan mengikuti langkahnya menuju lift. Jika biasanya memasuki gedung perkantoran, harus menukar ID card untuk mendapatkan kartu pass sebagai akses menuju lift, kali ini tidak. Saat Arion memasuki gedung, Resepsionis yang berada di lobby langsung membungkuk memberi hormat lalu seorang Security mengawal kami sampai ke lift lalu menekan tombol lantai yang akan kami tuju. Dari pengamatanku, sepertinya Arion adalah orang yang punya pengaruh di gedung perkantoran ini. Jika mereka dari keluarga yang berpunya, lalu mengapa dulu keluarga Om Fritz menolak Ferdy hanya karena orang tuanya bercerai? Atau apakah ada alasan lain dibalik itu?

Lift berhenti di lantai 25 dan kami pun keluar berjalan menyusuri koridor yang di sisi kanannya terdapat kubikal staff yang saat kami tiba, mereka langsung sibuk menekuri layar monitor. Beberapa dari mereka mencuri lirikan saat kami memasuki ruangan yang langsung aku tahu sebagai ruang kerja Arion.

Arion membuka pintu ruang kerjanya dan mempersilakan aku masuk lebih dulu kemudian ia menutup pintu.

"Duduk Sand," pintanya ketika kami sudah berada di dalam ruang kerjanya.

Ruang kerja Arion lebih luas dari punya Ferdy. Ada satu set meja kerja, cabinet berisi hiasan dan piala. Sisi lain ada rak buku. Satu set meja rapat terletak berdekatan dengan jendela kaca yang saat ini tertutup roller blind. Lalu di sudut ruangan ada sofa set. Di beberapa bagian terdapat vas bunga. Hiasan di dinding berupa lukisan, satu di belakang meja kerja Arion dan satu lagi di dekat sofa. Mataku masih mengembara ketika Arion datang dan duduk tepat di depanku. Ada minuman dingin di tangannya yang kemudian diletakkan di meja.

"Mau mulai sekarang diskusinya atau mau minum dulu?" tanyanya kemudian.

"Diskusi sambil minum juga boleh kok Mas." Itu keinginanku agar tidak lama berada di kantor Arion. Aku harap diskusinya juga tidak alot karena ini baru permulaan saja kami bertemu untuk membahas kerjaan.

"Ok. Sebentar, saya ambil desain awalnya ya," ucap Arion sembari berdiri menuju cabinet yang berada di samping meja kerjanya. Lalu kembali dengan bundel berwarna putih. Aku menerima bundel itu, meletakkannya di meja dan mulai membukanya. Aku takjub dengan desainnya. Teknik yang mereka gunakan sangat bagus. Aku jadi ragu, apa bisa menghasilkan desain yang sebagus ini?

"Bagus banget Mas desainnya."

"Iya, dulu saya adain beauty contest dan yang menang ini." Duh, sampai adakan beauty contest segala. Pastinya ini project yang lumayan besar. Apalagi jika mengingat yang dijual adalah produk import.

"Kok nggak pakai jasa mereka lagi Mas?"

"Saya pengennya kamu. Lihat desain Ferdy, saya jadi tertarik. Unsur tradisionalnya itu sangat menarik menurut saya. Kamu bisa combine dengan yang modern, pas banget."

Semoga pujiannya ini tidak membuatku gelap mata lalu mengiyakan begitu saja permintaannya. Saat ini aku fokus memikirkan desain Ferdy. Aku tipe orang yang tidak ngoyo dengan mengambil beberapa pekerjaan tetapi akhirnya keteteran. Selain itu aku juga mengutamakan kualitas desainku. Yang sewajarnya saja dan bisa memuaskan client saat menerima desainku. Aku tak tahu tipe client bagaimana yang berada di depanku saat ini.

"Tapi Mas, saya masih mengerjakan desain Mas Ferdy dan itu masih jauh. Saat ini saya baru menyerahkan konsep desainnya saja untuk dipilih Mas Ferdy. Gambar detailnya belum. Saya ragu, apa bisa mengerjakan desain ini?"

"Sandri, desain ini nggak mendesak kok, sebisa kamu aja. Tapi yang pasti saya ingin kamu yang mendesainnya, bukan yang lain," tegas Arion. Kalau sudah begini, desain ini pastilah harus diterimanya. Baiklah, ia akan mulai bertanya apa saja yang diinginkan Arion pada boothnya. Aku mengeluarkan note dan memulai diskusi kami.

"Unsur tradisional apa saja yang mau dimasukin dalam boothnya Mas? Apa cukup dengan ukiran atau mau ditambahkan juga dengan hasil kerajinan seperti patung, tenun atau lainnya?"

"Untuk sementara ukiran aja dulu Sandri. Setelah saya lihat konsep desainnya, ntar saya pertimbangkan lagi yang lainnya."

"Ok Mas. Warnanya saya aja yang tentuin ya. Atau ada pesan khusus mengenai ini?" Biasanya ada beberapa client saya dan Dita request warna favoritnya. Dan kami harus bisa mengkombinasikannya dengan baik agar tidak terkesan dipaksakan atau tabrakan dengan warna lainnya. Unsur warna menjadi salah satu daya tarik sebuah desain, dan akan semakin menarik jika sudah berpadu dengan unsur lainnya seperti lighting atau pencahayaan. Arion berpikir sejenak.

"Memang saya bisa request warna gitu ya Sandri?" tanyanya dengan raut wajah bingung. Padahal yang ia tanyakan adalah hal yang biasa kami hadapi.

"Boleh kok Mas."

"Saya nggak fanatik sama warna tertentu sih, tetapi kalau bisa untuk booth kali ini warnanya yang cerah ya tapi nggak menyolok juga. Saya pengen pengunjung yang datang terkesan dan betah berlama-lama di booth kami. Itu aja sih intinya."

"Baik Mas. Akan saya coba buatkan beberapa alternatif konsepnya untuk Mas pilih."

"Ok Sandri. Thanks ya." Aku mengangguk. Ia sudah berterima kasih padahal aku baru tahapan diskusi saja. Juga masih ragu apakah dalam waktu dekat aku bisa membuat sketsanya atau tidak. Tetapi biasanya, ideku bisa datang kapan saja dan itu benar-benar harus aku manfaatkan dengan baik sebelum lenyap tak berbekas.

"Mungkin untuk saat ini data yang kubutuhkan sudah cukup Mas. Saya ijin ambil beberapa foto desain awal ini sebagai guideline." Aku ijin mengambil beberapa foto desain dalam bundel tadi.

"Oke, silakan."

Setelah diijinkan, aku mengambil beberapa foto dengan kamera ponselku. Setelah itu aku bersiap untuk pamitan.

"Saya rasa sudah cukup Mas. Jika nggak ada lagi yang mau Mas tanyakan, saya pamit."

"Sudah nggak ada lagi sih. Tapi ini masih siang lho, dan di luar sana panas banget. Kita lanjutin dengan ngobrol aja, gimana?" Sepertinya aku belum diijinkan pulang oleh Arion. Tetapi apa yang kami akan obrolan sementara aku baru saja mengenalnya. Aku akui, walaupun Arion lebih kaku dari Ferdy, tetapi untuk berdiskusi sepertinya ia cukup bagus. Ia bisa dengan cepat menangkap apa yang kumaksud dan memberikan tanggapan dengan baik tanpa mematahkan ideku. Beberapa client yang pernah aku temui, sangat strict dengan keiinginan mereka walaupun itu tidak sesuai dengan tema konsep desain yang akan kami buat. Butuh negosiasi alot untuk mendapat konsep yang diinginkan. Baru konsep saja, sudah mau perang. Bagaimana kalau sudah tahap konstruksi? Bisa jadi banyak desain yang akan direvisi. Menghadapi client yang seperti ini sangat menguras energiku.

"Baiknya saya pulang aja Mas. Nggak apa kok, sudah biasa naik ojol di siang hari," jawabku dengan memasang ekspresi serius untuk meyakinkannya. Arion menggelengkan kepala, tak percaya jika wanita sepertiku tidak alergi dengan cuaca panas. Umumnya kan wanita selalu menghindari panas agar kulitnya tetap glowing.

"Saya ada meeting jam tiga, ada yang urgent. Jika nggak, saya antar kamu pulang," ujar Arion dengan wajah yang sedikit terlihat kecewa akan jadwal meetingnya sore nanti.

"Nggak perlu Mas. Saya lebih cepat sampai rumah dengan ojol. Saya pamit ya Mas." Aku berdiri dan melangkah ke pintu namun Arion lebih cepat menggapai gagang pintu dan membukanya untukku.

"Hati-hati ya. Thanks untuk waktu kamu buat saya hari ini," ujarnya sebelum saya menuju ke lift.

"Iya mas, sama-sama." Arion masih mengantarku sampai ke pintu lift. Setelah aku masuk, barulah ia kembali ke ruangannya. Aku bernapas lega saat pintu lift tertutup dan mulai bergerak turun ke lantai ground. Kadang aku masih berpikir, mengapa bisa mengenal Ferdy dan juga kakaknya, Arion. Walaupun mereka membawa keberuntungan buatku dengan memberikan project desain, tetapi aku merasa mereka berdua selalu ingin mengajakku bertemu. Sepertinya desain ini hanya media saja agar aku bersedia menemui mereka. Karena jujur saja, ruangan mereka yang akan di relayout masih terlihat bagus. Tetapi masa bodohlah, yang penting aku bekerja secara profesional saja.

*****

Hai... sudah weekend lagi ya.

Semoga weekendnya menyenangkan. Akan lebih menyenangkan lagi jika membaca kisah Sandri, Rannu, Ferdy dan new comer, Arion.

Ke depannya, akan lebih kompleks kisah mereka.

Jika ingin melihat wajah-wajah pemeran di cerita ini, bisa follow IG saya ya @sandfah28

Selamat membaca.

Agar saya bisa berinteraksi, tinggal jejaknya via komen ya.

Thank you.

Sandfahcreators' thoughts
Next chapter