webnovel

Squad

SMA Nusa Bangsa

Tiara sedang membereskan mejanya, karena beberapa menit yang lalu Bel istirahat berbunyi.

"Ra nanti jadi kan? Jangan lupa, gua tunggu disana ya"

"Iya jadi, tapi telat dikit nggak apa-apa kan?"

"Nggak apa-apa lah, kalem. Oke deh, gua ke kantin duluan ya" Tiara mengangguk.

Adit bersandar di daun pintu kelas Tiara sambil melipat tangannya. Tiara menatap Adit sekilas lalu menoleh ke belakangnya, Sintia sedang tertidur sambil mengenakan Handsfree.

"Woi ngapain loe berdiri disitu?" Tiara berdesis. Ia tidak mau teriak karena takut membangunkan Sintia.

"Terserah gua lah" Sinis Adit, Tiara memutar bola matanya.

"Ra!!! Tiara!" Adit dan Tiara menoleh ke arah koridor dan melihat seorang laki-laki berlari ke arah kelas Tiara.

"Rehan??" Adit mengerutkan dahinya, tumben sekali Tiara ada yang nyariin. Tiara menutup wajahnya panik.

"Kenapa loe?" Adit bertanya dengan nada menyelidik, Tiara menggigit kukunya menghilangkan gugup.

"Ra, Ra gua berhasil! Nih" Rehan mengulurkan sebuah amplop cokelat ke arah Tiara namun Tiara ragu mengambilnya.

Rehan, adalah ketua Osis yang tak kalah tampan dengan Adit, bedanya Rehan selalu mendapat imej baik dari seluruh warga sekolah. Sedngkan Adit kebalikannya dari Rehan

Adit hendak mengambil Amplop tersebut namun Rehan menarik kembali dan menjauhkannya dari Adit "Paansih loe! Buat Tiara bukan buat loe. Ck!"

"Yaelah pelit amat. Yang berurusan sama Tiara berurusan juga sama gua" ucap Adit dengan sinis dan tidak mengenakan.

"Ngaco loe! Udah ah, Han ngobrol di tempat lain aja. Ayo ikut gue!" Tiara merebut amplop itu lalu memegang pergelangan tangan Rehan, Rehan sempat menahannya. Adit terbelalak melihat itu semua Drama macam apa ini hey!!! Masih ada gua disini! Sialan!

"Tunggu dulu, Tapi loe beneran nepatin janji loe buat datang ke Promnight sebagai Promdate gua kan?" Adit membelalakan kedua matanya PROMDATE??? HELL!!! APA LAKI-LAKI ITU SUDAH GILAAAAA??? BERANI SEKALI DIA!

"Udah bahasnya nanti aja. Ayo ikut gua!" Tiara menarik tangan Rehan, Semua pemandangan itu tak luput dari perhatian Adit. Adit menghembuskan nafasnya dengan berat, ia mencoba relax, Adit mengangkat bahunya acuh, nggak. Lebih tepatnya berusaha acuh, ia berjalan menghampiri kekasihnya yang tertidur di kelas.

****

Tiara kini sedang berada di ruang perpustakaan.

"Semua Rule and Terms nya ada di surat kontrak itu." Tiara membaca lembar demi lembar isi dari amplop cokelat itu.

Ya, Tiara dan Rehan memang memiliki sebuah perjanjian. Itu semua berawal dari Rehan yang tiba-tiba saja mengajak Tiara sebagai partner Promdate-nya, namun ajakan itu Tiara manfaatkan sebagai sebuah keuntungan. Bisa dibilang Simbiosis Mutualisme. Geeezzzzzz

"Oke, gua setuju! Tapi kali ini gua mau nanya serius, Loe beneran nggak akan nyesel ngajak gua nih?"

"Maksudnya?" Rehan mengernyitkan dahinya, Tiara menegakan tubuhnya sambil menyelipkan rambutnya ke belakang telinga

"Gini. Loe tau gua kan, gua ini nggak kaya anak-anak yang lain-"

"Anak-Anak yang lain itu Anaknya siapa? Namanya siapa? Emak Babehny-" Tiara membekap mulut Rehan. Laki-laki ini selalu saja tidak bisa diam. Tiara mendelik pada Rehan

"Berisik banget sih loe! Dengerin gua ngoming sampe selesai dulu kenapa sih!" Tiara memukul bahu Rehan kencang. Rehan tertawa sambil meringis. Menggoda Tiara memang adalah hobby barunya. Wanita ini tidak pernah baperan, itu yang membuat Rehan suka menjahilinya.

"Maksud gua anak cewek di sekolah ini. You know lah dari dulu gua kan Beda" Tiara mengecilkan suara pada akhir kalimatnya. Rehan memperhatikan sekelilingnya. Tiba-tiba dia memanggil seseorang, Tiara mengikuti arah pandang Rehan, ternyata Risha, Wanita Cantik yang Tiara tahu dia adalah anggota Osis sama dengan Rehan.

"Shaaa!!" Tiara membelalakan matanya Mau ngapain Rehan manggil Risha?. Rehan tersenyum menggoda pada Tiara. Tiara yang merasa dipanggil, datang menghampiri Rehan.

"Ada apa Han?" Rehan menarik tangan Tiara untuk berdiri. Tiara mengernyitkan dahinya. Mau ngapain sih!

"Minta foto loe sama Tiara boleh kan? Bentar" Rehan mengambil ponselnya lalu memfoto kedua wanita di hadapannya.

"Hahaha kirain ada apaan Han. Boleh banget kok!" Tiara menatap tajam Rehan. Sedngkan yang ditatap biasa saja tanpa rasa bersalah.

"Oke sip! Sha thanks ya." Risha mengangguk lalu kembali melanjutkan mencari buku yang dicarinya.

*BUGH*

Tiara memukul bahu Rehan kencang sampai menimbulkan suara yang cukup keras, Rehan meringis sambil merintih, entah sudah berapa kali Tiara memukulnya hari ini.

"Awwww! Sakit Ra, Apaan sih"

"Loe yang apaan! Ngapain ngambil foto gitu? Buat apaan?" Bentak Tiara dengan tertahan, ia tidak bisa teriak karena mereka sedang di ruang Perpustakaan.

"Buat PR!!!" Jawab Rehan acuh, sambil mengelus bahunya yang terasa sakit. Tiara memberikan tatapan menyelidik ke arah Rehan. Jawab atau loe gua hajar! Rehan menelan ludahnya perlahan.

"Iya iya maksudnya, tadi loe kan bilang loe beda dengan yang lain. Nah gua mau nyari tahu, apa yang beda gitu. Karena gua nggak liat ada perbedaan itu" Tiara mengurut pelan pangkal hidungnya.

"Coba sini gua liat!" Rehan memegang sisi wajah Tiara dan sedikit menekannya.

"Lobang idung loe tetep dua, mata loe tetep sipit, pipi loe tetep chubby. Nggak ada yang beda" Tiara menghentakan tangan Rehan.

"Tau ah, terserah loe! Gua mau ke kelas!!!" Tiara hendak bangkit berdiri, ia sudah terlanjur sangat kesal. Berbicara dengan Rehan hanya buang-buang waktu saja!

"Eh tunggu! Kan obrolan kita belun selesai"

"Ngomong tuh sama buku!"

"Ra mau kemana??? Ikuttttt!!!" Rehan menyusul Tiara sambil tidak berhenti tertawa melihat Tiara yang marah padanya.

****

*Jam Istirahat*

Aldi, Gian, Kelvin dan Adit sedang berada di Kantin. Mereka sibuk membahas Universitas yang akan dituju, sesekali diselingi candaan. Lalu tiba-tiba arah pandangan Aldi tertuju pada sejoli yang asik ngobrol sambil jalan menuju Kantin.

"Ra! Tiara! Sini woy!" Adit ikut menoleh ke arah tatapan Aldi. Ya ternyata Tiara dan Rehan,. Adit melengos, ia memilih memainkan ponselnya sambil bermain Game. 'Bikin Mood gua ancur aja dah!' Batin Adit sambil trus fokus pada Layar ponselnya.

Tiara berpisah dengan Rehan sampai depan kantin, Tiara dengan malas menghampiri Aldi dan langsung duduk di Samping Adit. Ia memium minuman milik Adit tanpa izin. Sudah biasa. Adit mengabaikan kehadiran Tiara, seolah-olah tidak ada wanita itu disampingnya.

"Ra, Ra liat deh! Ada brosur+Formulir pendaftaran calon Mahasiswa berprestasi nih, gua dapetin ini dari Website kampusnya, sengaja gua print out buat loe nih!" Aldi menyerahkan sebuah Map pada Tiara. Adit hanya melirik sekilas. Tidak tertarik. Tiara membuka Stamp Map itu, matanya terbelalak dan refleks memukul kepala Aldi dengan gulungan Map itu.

"Aduhhh kok gua dipukul" Ringis Aldi sambil mengusap kepalanya.

"Biar loe pinter dikit" Tiara menaruh File itu lalu menyedot lagi minuman milik Adit hingga setebgah, sang empunya sedang fokus dengan Game Onlinenya.

"Tapi bener loh Ra kata Aldi, ini kesempatan bagus buat loe. Kapan lagi kan? Masuk jalur PTN susahnya minta ampun, Undangan juga susah, jalur mandiri? Tetep aja sih kecil kemungkinannya kalau bukan rejeki-rejeki amat" Kini Kelvin yang berbicara.

"Tuhkan Kelvin aja sependapat sama gua" Aldi merasa bangga. Tiara menyandarkan tubuhnya pada kursi.

"Gini ya para lelaki yang tingkat kejonesannya taraf maksimal, Pertama! Loe udah tau dong ini kampus apa? Yaps Kampus Elit bonafide! Duit dari mana guaaaaa?. Kedua! Baca ini Menerima batas mahasiswa beasiswa terbatas' yang artinya kesempatan gua lun kecil. Ketiga! Beasiswa sih, SPP dan segalanya, tapi biaya sehari-harinya? Berat!!! Kaya dosa-dosa yang kalian! . Nah yang terakhir, Kehidupan Sosialnya, nggak sanggup gua angkat tangan dah!! !" Jelas Tiara panjang lebar.

Aldi menoyor kepala Tiara, Tiara tertawa. Mereka memang sudah biasa bercanda seperti itu, Tiara tidak akan sakit hati.

"Di coba dulu Ra, jangan memprediksi masa depan, karena masa depan itu semu, cukup ikutin alur hidup aja. Mungkin ini jalan menuju kesuksesan loe. Who know kan?" Aldi, Kelvin, Tiara dan Adit serempak melongo mendengar tutur kata yang keluar dari mulut Gian

"Luar Biasa!!! Man! Loe udah berubah jadi Gian Teguh sekarang! Haha" Tutur Kelvin. Gian mnepuk dadanya bangga.

"Tapi bener sih gua juga setuju sama pemikiran Gian" Adit menimpali, walau matanya masih fokus pada Game ditangannya.

Susah membuat mereka mengerti. Tiara mengeluarkan sebuah kertas dari saku bajunya. "Nih yang harus gua kejar untuk hidup gua!"

'Resolusi Untuk Masa Depan'

1. Kerja

2. Ngumpulin uang yang banyak

3. Nyari rumah

4. Hidup bahagia

Aldi, Gian dan Kelvin membeo membaca tulisan di kertas itu. Lalu menghela nafas pelan. Sulit membujuk Tiara yang keras kepalanya melebihi kerasnya batu granit!

Tiara melipat kertas di tangannya lalu memasukkan kembali ke dalam saku seragamnya.

"Udah ngerti kan sekarang? Enggak ada Kuliah dalam daftar tujuan hidup gua. SMA udah cukup, walaupun udah nggak laku nyari kerja modal Ijazah SMA" Tiara tertawa, Ketiga orang itu meringis. Tidak ada yang lucuuu

Adit yang asik dengan Gamenya sejujurnya tidak benar-benar fokus. Kuping dan Otaknya mendengarkan teman-temannya dengan baik. Cuma ia sedng kesal sekarang, ia mencoba mengatur emosinya yang tidak kunjung reda. Sial

"Yaudah gua juga ngikutin loe dah, biar gua bisa langsung kebeli apapun yang gua mau" Ucap Aldi santai

'BUGHHH'

Lagi-Lagi Tiara memukul kepala Aldi. Gian dan Kelvin tertawa

"RAAAA! Sakittttt!!!" Kelvin dan Gian tertawa.

"Kalau gua nyari kerja karena otak gua pinter, lah loe? Otak? Bego. Keahlian? Nggak ada. Apa yang di banggain? Nilai aja diragukan. Apalagi cuma modal ijazah! Loe masih butuh belajar buat jadi Pinter"

"Sekate kate situ kalau ngomong ye! Enak bener tanpa dosa!" Tiara mengangkat bahunya acuh sambil tertawa. Mereka asik bercanda kecuali Adit yang entah kenapa hanya diam, Tiara melirik Adit, lalu tiba-tiba tangannya iseng menyentuh layar ponsel Adit dan langsung pergi dari sana dengan terbirit-birit.

'GAME OVER'

"TIARA!!!!" Adit bergegas mengejar Tiara yang sudah menghilang ke kelasnya.

"Sabarrrrr" Ketiga temannya serempak berkata demikian. Adit mendelik

"Diem loe!" Mereka tertawa diatas kekesalan Adit.

****

Kafe....

Sintia menghembuskan nafasnya pelan. Adit, kekasihnya sama sekali tidak bisa memberikan sedikit pendapat. Sintia sengaja meminta Adit yang memilih konsep warna kostum yang akan mereka kenakan di malam Promnight nanti, tapi Adit sama sekali tidak mau berkomentar, hanya kalimat 'Iya, Boleh, Terserah'.

"Yaudah, nanti aku yang urus semuanya, kamu oke oke aja kan kalau aku yang nentuin warnanya?" Adit tersenyum, sambil mengacak-ngacak rambut Sintia

"Iya bawel, ribet banget sih kaya Mamah. Aku tuh nggak ngerti ginian, kamu atur aja aku setuju-setuju aja kok" Sintia mengangguk

'DRTTTTT'

'DRTTTTT'

Adit merasakan ada getaran dari saku celananya. 3 Chat dari Gian.

'Gua kira yang mau temenan sama Tiara kita doang bro! Ternyata dia temennya banyak juga, hahaha! Moment langka ini harus diabadikan, ye gak? =D'

Adit mengabaikannya, ia tidak berminat membahas hal nggak penting seperti itu.

"Yang, kamu bisa pulang sendiri?" Sintia mengerutkan keningnya.

"Kenapa? Kamu mau pergi?"

"Gian ngehubungin aku, aku harus kesana sekarang" Adit meringis dalam hati 'Maaf aku bohong'

"Loh kok? Aku ikut ya?" Adit menggeleng

"Kamu hati-hati pulangnya, kalau udah sampai rumah hubungin aku ya. See you" Adit mengecup kening Sintia.

Ia bergegeas meninggalkan Kafe. Adit mengetik pesan singkat kepada Gian

To : Gian

'Jangan kemana-mana, gua kesana. Now!'

****

Starbucks...

Tiara menggenggam bolpoin, menimang-nimang untuk membubuhkan tanda tangan atau tidak.

"Ton, tapi loe yakin mau melibatkan gua? Gua amatiran Ton, malu lah"

Anton, laki-laki yang saat ini duduk di hadapan Tiara. Laki-laki ini sengaja ingin bertemu Tiara karena ada beberapa Bisnis usaha yang akan ia garap sendiri, nah Anton, butuh Tiara sebagai Model dari Produknya ini. Berawal dari Bisnis kecil-kecilan yang kini sudah lumayan terkenal dikalangan anak Hits.

"Yakin lah, soal bayaran loe tenang aja. Bonus akan gua bayar di setiap akhir bulan. Gua emang nggak bisa menjanjikan bayaran gede sih, tapi lumayan kan buat uang jajan loe? Sambil nyari kerjaan yang lain, jadi waktu loe juga nggak kebuang sia-sia." Tiara mengangguk, apa yang dikatakan Anton memang ada benarnya juga.

"Oke done!" Tiara menutup map itu lalu menyerahkan kembali kepada Anton setelah ditanda tangani.

"Untuk waktunya nanti gua hubungin loe lagi ya. Dan sebagai bonus awalnya, nih buat loe" Anton menyerahkan sebuah Papper Bag untuk Tiara.

"Nggak nggak! Gua nggak mau nerima apapun sebelum gua ngelakuin tugas gua" Anton berdecak

"Anggap sebagai tanda terimakasih gua karena loe mau gua ajak kerja sama" Tiara menggigit bibiw bawahnya, dan akhirnya ia pun mau menerima itu.

"Thanks ya"

Tanpa tiara ketahui. Di pojok ruangan sudah ada beberapa pasang mata yang mengawasi keduanya. Kelvin yang notabene teman sekelas Anton ia sudah tahu lebih dulu tujuan Anton bertemu Tiara

"Kayanya Anton berhasil, baguslah. Gua juga prefer ke Tiara dari pada cewek yang lain. Cocok lah" Perkataan ambigu Kelvin mengundang reaksi yang tidak biasa dari teman-temannya, terutama Adit yang luar biasa menyelidiknya

"Haduuu biasa aja dong, gua tahu gua ganteng" Kelvin berdehem karena temannya sama sekali tidak bisa diajak bercanda

"Maksud gua, cocok dalam artian-" perkataan Kelvin terputus

"Lah loe pada disini juga? Ngintilin gua ya?" ke 3 pasang Mata langsung mengalihkan tatapannya ke arah suara tersebut.

"Najisss amit-amit, kurang kerjaan ngintilin loe. Gua di suruh Gian dateng kesini" Gian melotot, Adit benar-benar!

"Loh Dit, sejak kap-"

"AWWWW!! Dasar 'semut' bangsat!!!!" Adit menendang tulang kering Gian.

Tiara membelalakan matanya binar saat melihat ada notifikasi masuk yang berupa Voucher Promo minuman dari Kopi Shop itu.

"Dit dompet!!!" Adit mengernyit saat Tiara menadahkan tangannya

"Mau ngapain loe?"

"Gece ah lama loe!!!" Tiara merebut dompet Adit yang tergeletak di atas meja.

"Gua pinjem Credit Cardnya ya, ntar gua ganti kalau gua punya duit kapan-kapan Hahaha" Tiara berlari ke arah antrean.

"Tiara doang yang berani nyopet dompet si Adit" ujar Kelvin

"Dan cuma sama Tiara doang Adit pasrah. Hahaha" Kelvin dan Gian high five, Adit tak menanggapi. Pikirannya sedang berkelana kemana-mana. Entahlah

"Beberapa hari lagi gua pasti ngerasa kehilangan banget nih, nggak bisa ketemu orang seasik Tiara. Dan gua udah ngebayangin suasana di kampus yang super ngebosenin" Keluh Gian yang disetujui Kelvin dan Adit.

"Itusih kalian doang, gua masih tetep bisa sama dia terus haha, dimana disitu ada Tiara, disitu juga ada Adit." Kelvin dan Gian melengos

****

Next chapter