3 It's over or not?

Promnight

Semua tamu undangan sibuk, ada yang foto-foto, ada juga yang ngobrol sambil tertawa, mereka terlihat sangat menikmati acaranya. Namun berbeda dengan Adit, siapa sangka jika dibalik tawanya ia menyimpan kecemasan, pasalnya sejak awal acara hingga saat ini dia sama sekali belum melihat Tiara.

Kini Aldi, Kelvin, Gian dan Adit sedang menikmati penampilan Band dari setiap kelas bahkan Band terkenal sekalipun. Mereka larut dalam acara itu sambil berbincang-bincang...

"Dit, Tiara nggak ngabarin loe man?" Adit mengangkat bahunya acuh saat ditanya oleh Aldi, ia menegak minuman ditangannya. Pura-pura tidak perduli....

"Yaila Di, kaya nggak tau Tiara aja dah loe. Dia mana mau datang ke acara ginian." Aldi mengangguk setuju, Tiara memang susah sekali untuk datang ke acara-acara yang diselenggarakan sekolah, entah apa alasan sebenarnya.

Tiba-tiba dari arah belakang ada yang menyentuh bahu Adit. Hampir saja Adit menyemburkan minumannya saat melihat sosok wanita cantik yang saat ini berdiri di hadapannya.

"Woy! Bawa Jacket Sweater nggak loe? Gua pinjem dong!"

"Tia---????"

"Ssttttt berisik loe!" Gian hampir saja berteriak kalau saja Tiara tidak lebih dulu melototinya. Teman-teman Adit terpana, mereka tidak percaya dengan yang mereka lihat saat ini. Sintia tersenyum melihat penampilan Tiara, karena malam ini Tiara benar-benar menunjukkan aura yang berbeda. Pesona dan kecantikkannya memancar.

"Dari mana aja loe jam segini baru datang?" Tiara berdecak, ia sudah duga Adit akan berkata seperti itu.

"Gua kan harus bantuin Rehan prepare Dit" Kelvin terbelalak.

"Lah Ra? Loe datang sama Rehan? Tumben!" Tiara mengibaskan tangannya

"Jadi kalian ke salon bareng Ra? sama Rehan? Rehan juga tumben mau ngajak cewek loh Ra, biasanya dari acara Promnight SMP dia paling males ngajak cewek ke acara-acara sekolah" Jelas Sintia. Sintia dan Rehan memang sudah kenal lama, mereka berteman sejak di Sekolah Dasar. Jadi Sintia sangat paham sikap Rehan, begitu juga dengan sebaliknya.

Adit melengos dan mengabaikan Tiara, ia membelakang Tiara dan teman-temannya, entahlah ia juga tidak mengerti. Tadi saat belum melihat Tiara ia akui, dirinya memang khawatir dan ingin melihat Tiara. Tapi saat wanita yang dicarinya sudah berdiri di hadapannya ia malah merasa badmood, bukan lebih tepatnya saat ia tahu kalau Tiara datang bersama Rehan, ditambah komentar-komentar teman-temannya yang semakin membuatnya. Kesal? Entahlah ia juga tidak mengerti.

"Dit! Woy Adit!!!" Adit berdecak, ia memfokuskan pandangannya pada Stage.

"Loe kenapa Ra?" Aldi melihat ketidak nyamanan Tiara.

"Punggung gua dingin banget nih! Lagian gua nggak biasa pake dress ginian, ngerasa aneh aja" keluh Tiara.

"Loe cantik kok Ra! cuma mungkin belum terbiasa aja" Kini giliran Sintia yang berkomentar. Tiara mengangguk. Tiara berdecak karena Adit mengabaikannya, dia memang terbiasa dijutekin Adit tapi kali ini ia benar-benar butuh bantuan Adit. Ah pokoknya siapapun itu.

"Kalian ada yang bawa Jacket atau apap--" Perkataan Tiara terpotong saat ia merasakan ada sebuah Jas yang tersampir di pundaknya.

"Woahhh prikitiwww" Aldi heboh. tak cuma Aldi. Gian dan Kelvin tak tinggal diam, mereka tertawa melihat pipi Tiara yang bersemu merah. Pemandangan langka!!!. Adit membalikan tubuhnya, dan pemandangan di depannya membuat tubuhnya kaku seketika, Hanya beberapa detik karena ia sudah bisa mengendalikan dirinya.

"Gua cariin ternyata disini loe. Pecicilan banget sih, jauh-jauhan sama gua terus nanti dikira gua datang sendirian!" Keluh Rehan, Tiara memaksakan senyumnya.

"Dingin tau! lagian gua dikacangin sama loe, eh disini juga sih" Tiara menyindir Adit halus, tapi dasar Adit, ia tidak peka.

"Loe nggak malu ngajak preman kaya Tiara?" Adit bertanya pada Rehan sambil melirik Tiara sekilas. Teman-temannya terbahak-bahak saat mendengar pertanyaan Adit.

"Awalnya malu Dit, tapi mau gimana lagi? Kasihan juga dia nggak ada Patner kesini" Tiara terbelalak. Sialan Ia dibully!!!!

Adit melihat jas Rehan tersampir dibahu mulus Tiara. Ada sesuatu yang menggelitik perasaannya, yang pasti perasaan tidak suka.

Adit menyerahkan gelas yang berada di tangannya pada Kelvin. Tiba-tiba saja ia narik Jas Rehan dan memberikannya pada sang empunya. Aldi, Gian, dan Kelvin hanya diam. Sintia dan Tiara terbelalak dengan tindakan Adit. Rehan dan Adit saling bertatapan, Tak lama Adit melihat jam ditangannya.

"Acaranya udah mau selesai. Ayo loe pulang, ntar loe masuk angin kelamaan disini!" Adit menyentuh pergelangan tangan Tiara.

"Loh terus aku sama siapa?" Sintia benar-benar tidak mengerti jalan pikiran kekasihnya ini. Adit menoleh ke arah Gian, Gian mengangguk.

"Pulang sama Gian dulu ya malam ini." Adit kembali memfokuskan dirinya pada Tiara, ia baru saja hendak menarik tangan Tiara namun Rehan menghalangi tubuhnya.

"Dia datang sama gua, pulang juga harus sama gua" Nada bicara Rehan memang terdengar biasa saja, tapi itu menjadi tidak biasa jika diucapkan pada situasi seperti sekarang ini.

"Aduhhhh! gua balik sendiri aja dah! Pusing gua disini!" Tiara benar-benar sudah bete, moodnya semakin rusak.

"Han, thanks yaaa. Janji gua udah gua tepatin kan? hahaha sekali lagi makasih ya" Baru saja Tiara hendak melangkah, Adit lebih dulu mencekal pergelangan tangan Tiara lalu berpindah merangkul pinggangnya. Semua itu tidak luput dari perhatian Rehan, Aldi, Gian, Kelvin dan Sintia. Diam-diam Rehan tersenyum tipis. One Mission was Complete...

****

Adit menikmati hembusan angin yang menerpa dirinya, kini ia sedang berada di sebuah Pantai, tempat Favoritenya dikala suntuk. Adit menggulung lengan kemejanya. Jasnya sudah ia lepas untuk menutupi bahu telanjang Tiara. Adit menoleh ke dalam mobil, tersenyum saat melihat Tiara terlelap begitu nyenyak.

Ponsel Adit berdering, bukan sekali dua kali. sejak ia meninggalkan Ballroom hotel tempat acara promnight itu, Tak henti-hentinya Sintia bahkan teman-temannya menghubungi Adit. Adit mengabaikannya dan hanya menghubungi Orang tuanya.

Bicara soal Tiara, Adit memang kenal tiara seudah lumayan lama, sejak Adit dan Tiara berdiri bersebelahan dilapangan saat Masa Orientasi baru saja akan dimulai, Tiara adalah orang pertama yang menjadi temannya.

*Adit POV*

Gua enggak pernah ngerti sama diri gua sendiri, gua selalu ngerasa apa yang gua lakuin ini udah bener dan tepat, tapi disatu sisi, hati kecil gua justru mengakui kalau ini semua salah, terutama perasaan gua sekarang.

Gua termasuk orang yang nggak percaya dengan istilah "Nggak ada yang namanya Sahabat antara Cewek dan Cowok" karena selama ini gua bisa, gua punya temen yang sekarang udah jadi sahabat gua, Tiara.

Tapi akhir-akhir ini gua justru bingung sama perasaan gua. Selalu nggak suka setiap kali ada laki-laki yang deket atau berusaha deket sama Tiaranya Gua, Ya Tiara cuma punya gua. Posessive, memang. karena dari dulu gua nggak pernah mau Tiara nyaman sama yang lain lalu ninggalin gua gitu aja, terserah kalau kalian nganggep gua egois. Karena kalian juga pasti ngerasain seandainya kalian ada di posisi gua. Ditinggalin dan kehilangan, adalah 2 hal yang paling menakutkan di dunia ini!

Contohnya, kejadian spele tadi di Ballroom, Arrrghhh! Gua males ngungkit itu, tapi yang pasti, gua kesel, lebih tepatnya marah. mungkin ditafsirkan sebagai Cemburu, Cemburu? Ya, cemburu sebagai Sahabat....mungkin.

"Ngelamunin apaan sih loe?"

Tiara, cewek satu-satunya yang selalu bikin gua emosi dan seneng disaat bersamaan, dia Beda. Cuma sama dia gua bebas, bebas ngelakuin apa aja, bebas betingkah sesuka gua, bebas berkata apa aja. Anehnya dia nggak pernah marah atau baper, Cewek aneh emang!

"Sampe mana mimpinya Non?" Tiara duduk disamping gua, dia ternyata pakai Jacket yang gua simpen di jok belakang, entah kapan tiba-tiba aja dia udah ganti dress sialan itu dengan Skinny Jeansnya.

"Sampe ada Bapak tua mau ngasih duit segepok tapi Bapak tuanya ilang begitu aja setelah denger botol air meneral jatoh dari dashboard."

"Hahahaha, tenang Ra, lain kali mimpinya yang banyak, loe mimpi duit segepok doang, sedikit amat!"

"Terserah loe!" Tiara tertawa.

Ngeliat dia yang kaya gini tuh langka, karena apa? Dia kebanyakan pasang muka galak dari pada ketawa, jangankan ketawa, senyum aja jarang. Kecuali di depan Aldi, Gian, dan Kelvin.

Sebenernya Tiara cantik, gua akui itu. Tapi sikapnya yang urakan ini yang menutupi pesona dia dari kaum Adam, eh tapi itu keuntungan juga sih buat gua. Jadi cuma gua yang sadar dan menikmati Hahahaha.

*Author PoV*

"Ra..."

"Hmmm"

"Ra..."

"Hmmm?"

"Ra-"

"Sekali loe cuma manggil nama gua, gua tendang loe ke Laut!"

"Jangan dandan kaya gini lagi ya" Tiara terdiam, menaikan alisnya minta penjelasan

"Jangan make up lagi, jangan pakai-pakai dress lagi apalagi ke tempat umum"

Adit terus memandang Tiara, tanpa Adit sadari, pipi Tiara memanas, Tiara tersipu. Kalau di drama biasanya kalau si cowok ngelarang-ngelarang si cewek gini, artinya si cowok cemburu. Eh wait?? Cemburu?

"Loe aneh, keliatan kaya badut ancol, apalagi blush on loe yang ketebelan. Belum lagi Dress yang kekurangan bahan gitu. Nggak cocok! HAHAHAHAHA" Tiara meleberkan matanya, Adit sudah lebih dulu berlari, ia sudah memancing singa ngamuk

"ADITTTTTT! SINI LOE!!!!" Tiara menggulung celana dan lengan jacketnya. Adit tertawa terpingkal-pingkal.

Jika orang awam yang melihatnya mungkin akan mengira kalau mereka berdua adalah sepasang kekasih. Jangan jauh-jauh orang lain. Bahkan Orang tua Adit sendiri sempat mengira kalau Tiara adalah kekasih Adit, bukan Sintia...

Adit dan Tiara duduk bersebelahan sambil menatap langit malam.

"Loe tahu nggak, kenapa Pantai ini jadi tempat Favorite gua?" Tiara tetap diam

"Karena Pantai ini, tempat dimana gua sama Loe bolos dihari pertama masuk sekolah sebagai Siswa Baru" Adit tersenyum lebar mengingat moment itu

"Di sini juga loe marah-marah sama gua dan caci maki gua karena gua bandel. Padahal sendirinya juga mau Bolos, Heuuuh!" Keluh Tiara. Adit mengacak-ngacak rambut Tiara

*Adit POV*

Eitsss tapi jangan salah paham dulu, gua gini-gini dulunya anak baik-baik nan polos haha, iyalah jaman gua masuk sekolah dulu tuh masih pada culun, perubahan dari SMP ke SMA belum terlalu menojol. Gua mulai bandel sejak ketemu sama Aldi, Gian dan Kelvin. Temen-temen gua yang otaknya di bawah Standar Ketentuan Siswa! Pertemuan gua dengan Temen-temen gua juga karena Tiara.

*Flashback*

SMA Nusa Bangsa, 2010

Hari itu, seluruh Siswa Baru berkumpul di lapangan, mendengarkan sambutan dan pembukaan Masa Orientasi Siswa (MOS). Semua sangat antusias dengan acara tersebut, namun berbeda dengan seorang wanita yang berdiri di barisan paling belakang, dia amat sangat tidak tertarik dengan acara ini. Ya siapa lagi kalau bukan Tiara...

"Duhhhh pegel, panasnya bikin pusing juga!" Peluh sudah keluar dari dahinya. Wajahnya penuh dengan keringat akibat terik matahari.

Tapapan Tiara tertuju pada seorang laki-laki yang berdiri di sampingnya, sangat serius mendengarkan namun

"Sstttt" desis Tiara berharap orang yang dikode menoleh padanya. Tiara tahu usahanya akan sia-sia, akhirnya ia menarik baju sang empunya dan hampir membuat orang tersebut terjengkang.

"Apaan sih!!! Berisik sendiri terus dari tadi!" Tiara melengos.

"Siapa nama loe?" Laki-laki itu menunjuk baju seragam SMPnya Aditia Haqata. Mulut Tiara membentuk huruf O. Tiba-tiba saja sebuah Ide melintas di kepalanya...

"Aduhhhh!" Tiara menumpukan tubuhnya pada lengan Adit. Adit terbelalak. Seorang petugas UKS tiba-tiba berlari ke arah Tiara dan Adit

"Ada apa ini?" Adit gelagapan, Wanita di sampingnya ini benar-benar menjengkelkan!!!

"Ka, kepala aku pusing banget, kayanya aku butuh istirahat deh" Tiara akting!

"Sebentar, Kakak panggil yang lain dulu ya-"

"Nggak usah Kak, aku diantar Adit aja, nggak apa-apa kan Kak?" Adit hendak mengelak, tapi mulutnya tertahan saat ia merasakan Tiara menginjak Kakinya.

Kakak kelas itu menyetujuinya. Tiara bertatapan dengan Adit dan Adit menghembuskan nafasnya dengan berat.

"Makasih Kak. Yuk Dit"

Sampai di depan UKS, Tiara celingak celinguk memantau situasi, setelah dirasa aman. Ia menatap Adit tersenyum

"Thanks ya!!!" Baru saja Tiara hendak meninggalkan Tiara, Adit lebih dulu mencekal pergelangan tangannya

"Mau kemana Neng?" Adit menaikan sebelah alisnya, ia tidak mengerti jalan pikiran wanita ini.

"Nang Neng, Nama gua Tiara! Tiara Anindya! Gua mau balik, bosen gua disini, acara nggak penting! Udah ah, bye!" Lagi-lagi Adit menahan Tiara. Tiara berdecak malas

"Aduuuh mau ngapain lagin sih?"

"Loe pergi gitu aja setelah gua bantuin? Kalau ada yang liat gua disini sendirian dan demi apapun gua akan beberin kalau tadi Loe-" mulut Adit dibekap oleh Tiara.

"Berani ngadu awas loe! Sshhhh ribet banget sih loe! Yaudah mending loe ikut gua dah!!!" Tiara menarik Tas Adit

****

Pantai

Tiara melepas Helm-nya. Ya, Tiara mengajak Adit pergi ke Pantai.

Tiara duduk sambil mengeluarkan kotak makan yang berisi Nasi goreng buatannya tadi pagi. Adit mengikuti Tiara duduk, dan terus memperhatikan apapun yang dilakukan Tiara. Sampai Tiara selesai dengan aktivitasnya, Adit melengos. Cewek Aneh.

"Nahhhh disini kan enak! Coba tadi? Sumpek!!!" Tiara meletakan Tasnya sebagai bantalan kepalanya.

"Engga nyangka loe keliatannya doang alim, ternyata kelakuannya suka Bolos" Adit berdecih, Tiara menoleh tidak suka dengan perkataan Adit.

"Baru tadi doang kok gua gitu. Gua ini anak baik-baik asal loe tau!" Adit mencibir tidak percaya. Wanita memang paling jago kalau berbicara.

"Trus tadi kenapa loe kabur?" Tiara bangkit duduk, ia menyentuh bahu Adit

"Gua paling males sama acara itu! Cukup SMP dan gua bener-bener kapok. Males!"

"Alasannya?"

"Orientasi Siswa nggak dengan cara nyiksa Siswanya kan? Iya emang sih tau kalau itu buat mendisiplinkan siswanya, tapi apa nggak ada cara lain? Ini era modern, di sekolah-sekolah lain bahkan Orientasi cuma sehari, pengenalan sekolah, bukan nyiksa gitu, mereka nggak mikirin fisik pesertanya? Gimana kalau ada yang sakit? Gimana kalau ada yang lemah? Apa pihak mereka ada yang mau tanggung jawab? Niatnya mungkin bagus, tapi caranya yang salah. Eh bukan salah sih, tapi kurang tepat" Jelas Tiara panjang lebar.

"Gua nanya satu pertanyaan doang, Jawaban loe kaya orang lagi pidato, menggebu-gebu juga. Segitu emosinya? Kalem aja, santai dikit. Kasihan otot loe kebuang sia-sia" Kini giliran Adit yang merebahkan tubuhnya.

Tiara menatap sinis Adit sebentar, namun tiba-tiba saja ia menatap Adit sambil mengulurkan tangannya. Adit mengernyitkan dahinya tidak mengerti.

"Loe kayanya anak baik-baik. Kayanya kita cocok buat jadi temen. Loe harus jadi temen gua ya!"

"Sok tahu, ketemu aja baru beberapa jam yang lalu." Adit mengabaikan Tiara, Tiara menyentuh tangan Adit lalu menyatukannya dengan miliknya

"Deal!!! Okeee! Mulai saat ini loe sama gua temenan!" Tiara tersenyum, Adit berdesis sinis namun tak lama ia pun tersenyum. Keduanya menatap langit senja.

*Falshback End*

Gua bener-bener nggak bisa bayangin masa SMA gua akan sesuram apa seandainya nggak ada Tiara yang bikin hari-hari gua berlalu begitu mudah.

Engga bisa dipungkiri, kehadiran Tiara lebih berarti daripada Sintia. Mereka punya posisi tersendiri di hati gua. Entah siapa yang merajai, gua juga engga tau.

Mengingat sebentar lagi masa SMA gua berakhir, ada rasa nggak rela, sangat nggak rela! Apalagi nggak bisa setiap hari bakal ketemu Tiara, Aldi, Gian dan Kelvin. Bye masa-masa seru!

"Dit, loe harus kuliah" Tiba-tiba aja Tiara menyentuh bahu gua, dan bahasan ini yang bikin gua males. Kuliah!

"Gua kuliah tapi nanti" gua menyentuh tangan Tiara yang dingin, baru kali ini gua bener-bener bisa menggenggam tangannya tanpa ada berontakan dari Tiara.

"Nantinya kapan?"

Tangan Tiara bener-bener kasar, beda sama tangan Sintia, asal kalian tahu, saat gua genggam tangan Sintia gua nggak bisa bedain mana telapak tangan dan punggung tangannya hahaha, semua teksturnya sama, Halus.

"Kuliah itu bukan hal gampang Ra. Kalau dipaksa resikonya ya Berhenti ditengah jalan, gua nggak mau kuliah karena terpaksa" Tiara menarik tangannya dari genggaman Adit, ia melipat tangannya di dada.

"Don't waste your time. Waktu adalah uang. Pernah denger kata-kata itu kan? Nah coba loe renungin lagi deh Dit"

"Semakin loe nunda pendidikan loe, maka akan semakin lama juga loe mencapai kesuksesan! Emang loe nggak mau banggain orang tua loe? Nggak mau jadi Arsitek hebat diusia muda?"

"Iya iya iya iya gua kuliah ntar" Sumpah ya gua paling males nih kalau denger Tiara yang gini, bukan karena kata-katanya. Tapi tampangnya ituloh, selalu berhasil bikin gua luluh.

"Kalau kepaksa nggak usah, Ntar loe mandet ditengah jalan, kasihan orang tua loe yang capek-capek nyari duot buat nyekolahin loe tapi anaknya nggak sungguh-sungguh, mubadzir." Nah kan!!!! Tiara emang bener-bener bikin gua bingung, SELALU!

"Trus gua harus gimana? Loe nyuruh gua kuliah tapi loe sendiri nggak pernah mau kuliah, curang" Tiara tersenyum, tapi gua tahu, itu bukan senyuman yang tulus, ada kesedihan disana.

"Gua bukan nggak mau, tapi gua nggak bisa Dit. Kalau seandainya posisi kita tukeran, gua ogah deh buang-buang waktu kaya loe gini. Rugi!"

"Apa bedanya? Intinya sama kan? Nggak kuliah" Tiara menggeleng, Tau ah Tiara belibet banget, entah dia yang terlalu pinter atau gua yang kelewat bego.

"Nggak mau dan nggak bisa itu beda! Nggak mau timbul karena hati tapi kalau Nggak bisa timbul karena kondisi. 2 alasan yang berbeda kan?" Iyain aja daripada loe bonyok Dit.

*Author PoV*

"Yaudah balik yuk" Tiara baru saja hendak berbalik ke mobil, tangannya dicekal dan tiba-tiba saja tubuhnya ditarik ke arah Adit. Adit mendekat erat tubuh Tiara, Tiara terdiam.

"Seandainya gua bisa minta sama Tuhan untuk mengulang awal pertemuan kita gua nggak mau seharipun sia-siain waktu kebersamaan kita Ra. Terlalu banyak kenangan yang rasanya baru kemarin, gua nggak siap, dan nggak akan pernah siap biat jauhan sama Loe." Tiara mengelus pungguh tegap Adit.

"Kok loe jadi lebay sih? Kita masih tetap di negara yang sama, bedanya loe kuliah dan gua nggak. Dit, loe cuma butuh waktu buat terbiasa. Anggap aja ini perpisahan SMP, loe akan menemukan temen yang lebih seru dikampus loe nanti." Adit menggeleng kencang, Jujur Tiara baru kali ini liat sikap Adit yang ternyata bisa semelow ini.

"Janji sama gua buat terus Keep in Touch? Harus tetep sama, dan jangan ada yang berubah, SEDIKITPUN. Loe Tiaranya gua! Sampai kapanpun!" Adit merengek, Taira jadi gemas sendiri melibat Adit yang seperti ini, bulir Air mata Tiara menetes begitu saja, dan Tiarapun merasakan hawa panas dan basah dari balik Jacketnya, Adit menangis...

"It's over for the New Journey. Kita cuma membuka lembaran baru, Ayo kita buat kedepannya lebih seru. Oke???" Adit semakin menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Tiara.

Sejak saat itulah, tanpa mereka sadari, sudah ada yang berubah dari keduanya, perasaan yang tidak lagi sama. Sebuah perasaan semu....

avataravatar
Next chapter