13 #13

Matahari bersinar cerah di langit kota yang dijuluki kota seribu industri itu. Secerah harapanku agar kegiatan hari ini dapat berjalan dengan lancar. Hari ini aku akan mendapatkan tanggung jawab dan pengalaman baru lagi dari kegiatan yang akan dilakukan. Kegiatan itu tak lain dan tak bukan adalah karyawisata. Menurut sahabatku, kegiatan ini adalah salah satu kegiatan rutin yang dilakukan di SD Mutiara setiap tahunnya.

Aku sudah dapat membayangkan bahwa kegiatan kali ini pasti akan lebih menantang dari pada mengajar di dalam kelas. Membawa anak kecil dalam jumlah banyak ke tempat wisata terbuka itu butuh kesabaran ekstra. Rasa penasaran mereka yang cukup tinggi membuat mereka jarang duduk diam selama perjalanan bahkan ketika di tempat wisata. Teledor sedikit bisa berakibat fatal. Apalagi wisata kali ini berhubungan dengan binatang - binatang yang tidak semuanya bersahabat baik dengan manusia. 

Pagi ini, SD Mutiara terlihat lebih ramai dari biasanya. Bus berwarna biru putih sudah terparkir rapi di sepanjang jalan, area parkir bahkan halaman sekolah. Selain itu banyak juga orangtua yang sengaja menitipkan mobilnya di sekolah agar ketika pulang dari tempat karyawisata tidak sulit mencari kendaraan untuk pulang.

Sejak subuh semua guru sudah sibuk menyiapkan segala kebutuhan yang kemungkinan besar akan dipakai selama perjalanan atau bahkan di lokasi karyawisata. Aku yang diberi tanggung jawab oleh kepala sekolah sebagai koordinator bus 3 mulai mengecek satu per satu kebutuhan di perjalanan mulai dari air mineral, snack, obat - obatan dan sebagainya.

Setelah memastikan semua perlengkapan tersedia, aku mulai mengambil pengeras suara. Menyambungkannya ke salah satu bagian bus yang tidak ku ketahui namanya. Setelah memastikan bahwa pengeras suara itu berfungsi, aku pun mulai berbicara.

"Selamat pagi semua. Maaf mengganggu sebentar. Saya akan mulai mendata siswa yang sudah hadir. Jadi, mohon kerjasamanya agar tertib sejenak !"

"Baik Miss." sahut mereka kompak.

"Amel..." Aku mulai mengabsen dengan suara lantang.

"Hadir Miss." Aku tersenyum menanggapi balasan wanita cantik yang merupakan ibu dari murid yang bernama lengkap Amelia Zahra.

"Elyn..."

"Ada Miss."

"Wah, mama sama papanya ikut toh." Aku tersenyum senang melihat sepasang suami isteri itu ikut menemani puteri mereka mengikuti kegiatan kali ini.

"Anto, Bryan, Feli, Rumi..."

Satu persatu aku menyebut nama muridku itu yang dijawab dengan jawaban yang sama. "Hadir Miss."

"Randy..."

Tak ada suara balasan.

"Randy..."

Lagi - lagi tidak ada yang menyahut. Aku mendongak lalu melemparkan pandanganku ke sepenjuru bus untuk mencari sosok bocah bertubuh gempal itu.

"Randy ada tidak ya?"

Satu.

Dua.

Tiga.

"Hadir Miss."

Pada hitungan ketiga akhirnya terdengar suara balasan. Mendengar hal itu sontak aku menoleh.

"Sory telat Miss." Pria itu mengulum senyum meski nafasnya masih tersengal dan terlihat kesulitan menenteng dua ransel berwarna hitam.

"Ya gak papa, Pak." Wajahku memang tersenyum ramah tetapi dalam hati aku kesal setengah mati. Kejadian kemarin siang masih meninggalkan rasa kesal di dalam hatiku. Rasa kesal itu jugalah yang membuatku enggan untuk membantunya meski terlihat kerepotan.

"Randy, langsung naik aja Nak !" Tanpa berlama - lama berurusan dengan pria tersebut aku langsung melirik bocah gempal yang berdiri di belakang pria itu.

"Baik, Miss."

"Saya, Miss ?"

Aku menarik nafas panjang. Sepertinya hari ini akan menjadi hari yang berat karena pagi ini saja pria itu sudah mulai menguji kesabaranmu.

"Silahkan Pak, anaknya jangan lupa diajak !"

Aku lalu menggeser tubuhku mempersilahkan Randy dan ayahnya masuk ke dalam bus.

"Terimakasih Ma...Mi."

Tubuhku menegang. Bulu kudukku berdiri. Dengan seenaknya pria itu mengambil kesempatan berbisik di telingaku saat berjalan masuk ke dalam bus. Beruntung saat itu tidak ada yang memperhatikan apa yang dilakukannya. Kalau tidak aku yakin setelah ini kami berdua akan menjadi bahan perbincangan para orangtua yang ada di bus itu.

"Miss Vina, bus tiga udah komplit ?"

Suara itu kembali menarik kesadaranku yang sebelumnya tersita akan apa yang dilakukan oleh pria itu. Aku pun turun menghampiri wanita paruh baya itu karena tak sopan rasanya berbicara dengan orang lebih tua dengan posisiku kini.

"Sudah Miss Sari." jawabku dengan yakin. Ya...Semua siswa maupun orangtua yang ikut bergabung di dalam bus tiga memang sudah komplit karena satu - satunya yang belum hadir yaitu Randy kini sudah duduk di dalam bus.

"Total berapa, Miss ?"

"Enam puluh dua, Miss."

"Gurunya udah di dalam semua ?"

"Belum Miss. Tinggal..."

"Pagi Miss Sari, Pagi Miss Vina."

"Lengkap Miss." ujarku kemudian setelah melihat seorang pria datang membawa sekotak air mineral di tangannya.

"Wah, satu bus ya Sir sama Miss Vina." ujar Miss Sari dengan senyum menggoda yang dibalas dengan senyum malu - malu oleh pria itu. Sementara aku hanya menatap keduanya acuh karena tak paham apa yang sebenarnya mereka maksudkan dari pembicaraan itu.

"Oke. Langsung jalan aja, Miss!"

Aku menganggukkan kepalaku patuh.

"Sir Junsen, sambil menyelam minum air." Ujar Miss Sari sambil menepuk pundak Junsen.

Keduanya lalu tertawa lebar sementara aku hanya tersenyum simpul lalu kembali masuk ke dalam bus.

Setelah memanjatkan doa meminta pertolongan kepada yang maha kuasa agar melancarkan kegiatan ini, aku sebagai koordinator bus memberikan pengarahan kepada orangtua murid. Hal ini ditujukan agar orangtua murid paham garis besar kegiatan yang akan dilakukan selama di tempat wisata.

Tidak butuh waktu yang terlalu lama kini bus sudah meninggalkan kota Tangerang. Sekarang bus sudah tiba di tol Jagorawi. Jalanan memang sedang lengang jika hari kerja seperti ini. Itu sebabnya SD Mutiara lebih memilih mengadakan karyawisata di hari kerja dari pada di akhir pekan. Hal itu dimaksudkan untuk menghindari kemacetan panjang yang terjadi setiap akhir pekan.

Orang - orang yang sudah lelah bekerja selama enam hari banyak menghabiskan waktu untuk sekedar melepaskan penat dengan mencari hiburan. Salah satu caranya adalah dengan memanjakan mata menikmati beragam destinasi wisata. Diantaranya kawasan puncak. Selain jaraknya yang tidak jauh dari ibukota, hawanya yang sejuk serta banyaknya destinasi wisata di daerah ini membuat warga ibukota memilih daerah ini sebagai tujuan berlibur.

Sejak keluar dari area sekolah, bus berwarna biru putih itu beriringan sepanjang jalan. Setidaknya ada 20 bus yang digunakan oleh SD Mutiara dalam karyawisata kali ini.

Di sepanjang perjalanan terdengar suara celoteh anak - anak yang sedang bersenda gurau baik dengan teman atau pun dengan orangtua mereka. Memang dalam karyawisata kali ini pihak sekolah mengijinkan orangtua siswa kelas 1 sampai tiga untuk turut mendampingi. Mengingat jarak yang agak jauh dan usia mereka yang masih kecil membuat pihak sekolah mengijinkan siapa pun orangtua yang ingin mendampingi putra - putrinya dengan catatan membayar uang karyawisata sebesar biaya yang dibayarkan masing - masing anak. Oleh karena itu tidak mengherankan kalau di bus ini ada beberapa orangtua yang ikut.

Beberapa anak ada yang sibuk bermain gadget yang dibawa orangtuanya. Ada pula yang asik menikmati makanan ringan yang mereka bawa dari rumah masing - masing. Ada pula yang sedang tidur. Akan tetapi tidak sedikit pula yang asik menonton film animasi yang diputar oleh sang supir bus.

Ueekkkk...ueeeek

Aku yang sedari tadi asik ngobrol dengan Sir Junsen seketika bangkit berdiri mendengar suara yang begitu akrab terdengar di telingaku selama masih bekerja di rumah sakit dulu.

Suasana yang awalnya riuh dengan canda tawa para orangtua dan juga anak - anak mendadak hening.

"Siapa Miss ?" Aku menoleh ke arah Junsen yang masih duduk di kursinya lalu menggedikkan bahuku.

Ueekk...Ueekkk

Aku segera mengambil kotak obat yang telah kusiapkan dari dalam tas lalu melangkah cepat ke arah belakang. Benar saja di salah satu bangku di bagian belakang seorang siswa tak hentinya memuntahkan makanan dari mulutnya.

"Sini saya aja, Miss !" Seruku melihat Miss Dina keteteran mengurusi seorang bocah laki - laki yang terlihat berantakan. Sisa - sisa makanan yang sepertinya sempat ia makan pagi tadi berserakan di baju, kursi bahkan lantai bus.

"Tolong ya, Miss ! Saya gak kuat lihat orang muntah." Aku mengangguk cepat lalu mengambil alih tugas Miss Dina yang sudah pucat menahan mual.

"Duduk di bangku saya saja, Miss." Wanita itu pun mengangguk lalu dengan segera beranjak.

"Kevin pusing ?" Bocah laki - laki itu mengangguk lemah.

"Kevin bawa baju ganti ?" Lagi - lagi ia mengangguk. Aku begitu kasihan pada anak ini. Diantara anak - anak yang ikut karyawisata hari ini, Kevin adalah salah satu anak yang tidak di dampingi orangtua. Kedua orangtuanya sibuk mencari nafkah dengan bekerja di salah satu perkantoran di Jakarta

Ueeek.....ueeekk

Lagi - lagi ia memuntahkan isi perutnya. Namun, berbeda dari sebelumnya, kali ini hanya cairan saja yang keluar dari mulut bocah itu.

"Sini saya bantu, Miss !"

Entah kapan pria itu datang menghampiriku. Sekarang ia sedang berdiri di belakangku  dengan kepala menunduk.

"Makasih Sir. Tolong ambilin baju dari dalam tasnya Kevin sama air mineral aja ! Biar Kevin saya yang urus." Pria itu mengangguk lalu berjalan menuju ke arah depan untuk mengambil air mineral setelah terlebih dahulu mengeluarkan baju kaos dengan gambar superhero di bagian dada dari dalam tas.

Tanpa ada rasa jijik sedikit pun aku mulai membersihkan bekas - bekas muntah yang menempel di tangan bahkan pakaian Kevin. Setelah itu aku membantunya mengganti pakaiannya yang sudah basah agar tidak kedinginan. Bekerja sebagai seorang dokter membuatku terbiasa menangani hal seperti ini.

"Ayo Nak, kamu duduk di tempat Miss Vina aja ya !" Aku pun langsung menuntun Randy menuju tempat dudukku.

"Sir, tolong bersihin kursinya Kevin ya !" Seruku pada pria yang baru saja menyerahkan sebotol air mineral.

Setibanya di tempat duduk, aku meminta Kevin duduk di samping Miss Dina yang sudah terlebih dahulu duduk di kursi yang ditempati oleh Junsen sebelumnya. Wanita itu bersandar tak berdaya di sandaran kursi dengan muka pucat.

"Masih pusing, Nak ?"

"Ia Miss." Jawab Kevin lemah.

Aku kembali ke kursi yang ditempati Kevin sebelumnya. Mengambil kotak obat lalu mengambil minyak kayu putih dari dalamnya.

"Miss Vina pijat ya ?"

Tanpa menunggu persetujuan dari Kevin, aku mulai menuang minyak kayu putih ke telapak tanganku lalu menggosokkannya ke ke perut dan dan bagian tengkuk Kevin. Memberikan pijatan lembut di area kepala dan juga tengkuknya.

Setelah kondisinya sedikit membaik aku meminta Kevin meminum air mineral dan memakan roti yang kubawa dari rumah untuk bekal sarapan. Namun, berhubung karena banyaknya hal yang harus disiapkan sejak pagi akhirnya aku belum sempat memakannya. Setelah Kevin menghabiskan makanannya aku memintanya untuk meminum obat anti mual yang sudah aku persiapkan sejak kemarin. Aku tahu hal - hal seperti ini akan terjadi. Untuk itu kemarin setelah pulang sekolah, aku mampir ke apotik dekat sekolah membeli beberapa obat yang kemungkinan dibutuhkan. Aku tersenyum lega setelah beberapa waktu Kevin akhirnya tertidur pulas di sampingku.

***

avataravatar
Next chapter