5 Ch. 5 - Obat ajaib dan Bandit

"Kenapa aku melakukan ini?" itulah pertanyaan yang di pikirkan Shi ketika ia menyelesaikan kuburan ayahnya Katherine. Ia tidak mengerti apa yang ia lakukan.

Ia duduk di depan rumah Katherine sambil mengembalikan nafasnya. "Padahal, dulu kami....." Ia langsung menghentikan pikirannya.

Kemudian, ia bangkit dan masuk ke rumah Katherine. Disana, Katherine duduk terdiam, di tangannya ada rushlight dan sebuah gelas. Ia segera berdiri ketika melihat Shi masuk ke rumahnya.

"Sini...." Ucap Katherine. Suaranya begitu lemah, Shi mengikutinya dan menemukan pintu bawah tanah. Katherine membukannya dan masuk ke dalam sana, bersama Shi. Di dalam sana, ada sebuah ruangan sempit berisi barel bir berukuran kecil, dan memiliki tinggi 20 Cm.

"Ini, bir?" Tanya Shi. Katherine mengelengkan kepalanya.

"Memang, tapi juga bukan." Katherine memutar keran, dan mengisi gelas yang ia bawa. Shi sedikit terkejut karena airnya bening namun berkilau.

"Apa ini?"

"Ini adalah obat yang ku maksud." Setelah mendengar itu. Tanpa ragu, Shi mengambil dari tangannya Katherine dan langsung meminumnya.

"A-apa yang kau lakukan?"

"Mencobanya." Balas Shi. Ia tidak merasakan perubahan apa pun, seperti meminum air biasa baginya. Tapi, ia tidak akan mengambil kesimpulan yang gegabah. Ia harus mencobanya apakah obat ini bermanfaat atau tidak.

Shi pergi meninggalkan Katherine. "Akan ku coba." Pikir Shi. Ia keluar dari rumah Katherine dan melihat sebuah pohon didekatnya. Ia pergi menuju pohon tersebut. Ia menyentuh pohon tersebut dan menarik nafas. Tak ada yang tau kutukannya selain dirinya. Kutukannya merespon emosinya. Karena....

Ia kembali mengelengkan kepalanya, semakin ia ingat, perasaan marah, sedih, kecewa bercampur menjadi satu dan mengacaukan pikirannya. Semakin ia berusaha melupakannya, malah semakin muncul.

Sebuah ingatan yang ingin ia lupakan.

"BERISIK!!!" Teriaknya. Ia terengah-engah dan melihat pohon tersebut. Pohon itu tidak layu dan mati. Ia tidak bisa berhenti kagum dan melupakan kenangan itu. "Wow, bekerja." Tapi, kesenangannya tidak bertahan lama setelah....

"SIAPA DISANA??" Teriak seseorang. Shi terkejut mendengarnya. Ia langsung masuk ke rumah terdekat. Ia menutup pintu dan mengintip lewat jendela

2 laki-laki berbadan besar dan berotot datang, pakaian mereka compang-camping dan membawa pisau belati di tangan mereka. Dilihat dari arah datangnya, mereka datang dari pintu masuk desa.

"Bandit? Sepertinya mereka baru masuk." Pikir Shi. "Jika aku ketahuan, ada kemungkinan ku terbunuh. Jadi...," ia memilih untuk menghindari masalah, namun Katherine keluar dari rumahnya.

Setelah Shi meninggalkannya, ia juga keluar tapi tidak mengikutinya. Ia memilih untuk duduk kursi sambil mengingat kenangannya bersama ayahnya. Hari-hari bersama ayahnya yang ia pikir akan terus berlangsung telah hancur berkeping-keping. Tanpa sadar, air mata kembali menetes membasahi pipinya. Namun, ia dibuat terkejut dengan teriakan Shi. Katherine menghapus air matanya sebelum berlari keluar untuk melihat apa yang terjadi.

Naas, ketika ia keluar. Ia malah bertatap mata dengan kedua bandit tersebut. Dengan cepat dan tergesa-gesa, ia kembali ke rumahnya dan menutup pintu.

Kedua laki-laki itu berlari menuju rumah Katherine dan mendobrak masuk. Dengan wajah penuh ketakutan, ia melempar semua barang yang ia pegang, dan berlari menuju pintu belakang.

Kedua laki-laki itu berlari dan menangkap tangannya. "Tak apa nona." Ucap mereka bersamaan. Tanpa perlawanan yang berarti, mereka mengikat tangan dan kakinya, kemudian mengangkatnya seperti membawa barang.

Shi yang melihatnya tidak bisa melakukan apapun. Karena, ia tau ini kesalahannya. Teriakannya membuat Katherine dan orang asing itu bertemu, jadi.....

Katherine terus memberontak meski ia tau itu percuma. Bahkan, mereka berdua tidak terlalu terganggu dengan gerakan Katherine. Ia dibawa menuju keluar desa.

"Ka-kalian mau bawa ku mana?" Ucap Katherine penuh ketakutan. Ia mengatakan itu karena melihat sebuah gerobak kuda. Kedua laki-laki itu berbalik ke Katherine.

"Ti-tidak...." Mata dan mulut Katherine ditutupi tali kain dan dinaikan secara paksa. Setelah itu mereka pergi.

"...Sial, telat." Ucap Shi ketika melihat mereka telah pergi. Ia menaikan sabit yang ia pegang menghadap langit. Awalnya, ia bermaksud untuk menyergap mereka berdua sebelum keluar dari desa. Tapi, mereka berada diluar desa. Jika ia menyerang mereka, pasti ketahuan dan menjadi dua lawan satu.

"Bakal sulit." Keluh Shi. Ia tidak tau seberapa kuat lawannya, ditambah tubuhnya sudah terlalu kaku untuk bertanding. Ia menghela nafas dan menurunkan tangannya. Dengan perlahan, ia mengikuti para bandit.

Beruntung, para bandit itu tidak terburu-butuàyf. Jadi ia mampu mengikutinya meski harus sedikit berlari.

Katherine mampu merasakan perjalanan mereka berjalan mulus tanpa halangan. Karena matanya tertutup, indra lainnya malah menajam.

Tubuhnya menjadi lebih sensitif dan peka terhadap perubajan arah ataupun tanjakkan. Telinganya juga mampu mendengarkan bisikan kedua bandit.

Kebanyakan mereka berbisik tentang keluhan ataupun rasa syukur. Namun, ada beberapa hal yang menarik perhatiannya, seperti....

"Ini akan menjadi terakhir kalinya kita ke sana."

"Benar, bos bilang jika kita pulang kosong, maka kita tak akan kembali."

"Dan kembali ke latihan penuh neraka, hahaha...."

"Hahahah...." Mereka berdua tertawa pelan.

"BOS??!! Orang dengan posisi tertinggi. Orang sekuat apa yang bisa mengalahkan kedua manusia berotot ini?" Pikir Katherine. Tubuhnya keringat dingin dan mengigil ketakutan. Pikirannya dipenuhi dengan manusia sangar dan buas yang sangat menakutkan.

Pikirannya menjadi kacau ketika memikirkan tentang apa yang akan mereka lakukan kepadanya.

Setelah beberapa menit, kami berhenti. Katherine mendengar seseoramg berkata "Selamat datang." dan dibalas "Kami kembali."

Hanya itu suara terakhir yang ia dengar. Setelah itu, ia diangkat menuju suatu tempat. Seperti biasa, ia tidak bisa melawan.

Sesampainya di suatu tempat, ikatannya dilepas. Katherine melihat pemimpin bandit dan ekspetasinya yang tadi hancur. Ia melihat seorang perempuan duduk dikursi kayu.

Perlahan perempuan itu berdiri dan menatap Katherine dengan seksama. Mata mereka saling bertemu dan membuat Katherine terpesona.

Perempuan berambut pendek pirang bergelombang, hidung pesek demgan mata biru besar, pipi kanan memiliki luka garis naik ke pilipisnya.

Tubuhnya yang tidak terlalu pendek, berkulit cokelat mengkilap, ramping dengan bahu kecil. Pakaiannya berupa tank-top dengan rok mini berbahan kulit. Tidak lupa sarung tangan yang tidak menutupi jari-jarinya.

"Lucu, imut dan kecil. Di-dia seperti adik kecil." Itulah kesan pertamanya dan melupakan bahwa perempuan yang dihadapannya ini adalah bos dari bandit yang menculiknya.

"Aku adalah bos bandit ini, Luna." Luna memperkenalkan dirinya. Wajahnya berseri-seri dihiasi senyum percaya diri.

avataravatar