1 Ch. 1 - Pertemuan Takdir

"Cepatlah pergi!!" Laki-laki berbadan besar dan berjenggot menahan beberapa prajurit yang berusaha menangkap anak perempuannya.

"Ta-tapi Ayah....." Anaknya kebingungan dengan perintah Ayahnya. Kakinya ingin melangkah, tapi tidak tau harus kemana. Menuju ayahnya atau pergi menjauh.

"PERGILAH, KATHERINE!!!" Teriak ayahnya dengan nada tinggi, Katherine berbalik melangkah menuju hutan dekat desanya. Dia harus pergi, dia harus... tapi air mata telus mengalir di pipinya.

"KAU!!! Menghalangi kami berarti kematian." Prajurit tersebut menarik pedang dari sarungnya dan mencabut nyawa laki-laki malang ini.

Pergilah anakku, Jangan biarkan mereka menangkapmu. Hiduplah, meskipun terasa menyedihkan, meskipun terasa menyakitkan. Tetaplah...

"Kejar perempuan itu, keabadian Yang Mulia telah dekat. Dengan cara apapun, tangkap dia!!" Perintah prajurit yang berpangkat lebih tinggi dan dibalas seruan semua prajurit. Satu persatu memasuki hitan.

Kenapa menjadi seperti ini? Mengapa ini terjadi? Kenapa Ayah harus berkorban? Aku tinggal menyerahkan diriku. Aku abadi, apapun yang terjadi, aku tidak akan mati..... Tapi ayah....

Katherine menyesali kelemahannya, dia tidak mampu menyelamatkan ayahnya. Dia berharap dapat menggantikan posisi ayahnya. Tetapi dia mengingat pesan ayahnya.

"Karena kau abadi, anakku, kau mungkin akan lebih menderita dari semua orang. Kau mungkin akan di incar semua orang dan mengalami hal yang sangat mengerikan. Jadi, jangan biarkan dirimu ditangkap.

Katherine menghapus air matanya, ayahnya telah berpesan seperti itu. Apapun yang terjadi, dirinya harus hidup. demi dirinya dan demi ayahnya.

"Itu dia." Teriak seorang prajurit dan menarik busurnya. Anak panah tersebut melesat dan mengenai punggung Katherine.

Sakit!!

Langkah kakinya terhenti sebentar, tapi masih berlari. Dia melepaskan anak panah tersebut. Luka dan rasa sakit dengan perlahan menghilang.

"Tembak dia!!" Satu persatu mulai melepaskan anak panahnya. beberapa meleset, mengenai pohon dan beberapa mengenainya. Meskipun begitu, Katherine tidak menghentikan langkah kakinya dan berlari sekuat tenaga.

"Kejar dia!!" Para prajurit mengejarnya, tapi karena medannya yang sedikit terjal dan basah membuat beberapa prajurit kesulitan beradaptasi.

Tanpa memikirkan apapun dan hanya berlari sekuat tenaga, Katherine melewati pepohonan yang menjulang menuju langit yang memberi suasana mencekam. Suasana yang sepi membuat suara detak jantung dan nafas terdengar memasuki telinganya.

Katherine berhenti ketika menemukan sebuah gua yang agak besar dan gelap. Dirinya memutuskan bersembunyi hingga senja datang. Waktu terus berjalan, dari detik menuju menit, dan menuju jam. Dia hanya dapat bersembunyi sambil memeluk lututnya. Berharap prajurit itu sudah pergi.

Malam telah datang, suasana hutan terasa menyeramkan dan mencengkam. Angin berhembus membawa hawa dingin melewati leher Katherine. Perutnya juga keroncongan, dan tenggorokannya terasa haus. Dia memutuskan keluar dan menjadi sungai. terdekat.

Dirinya menyusuri hutan dengan penuh waspada. Suasana hutan sudah menyeramkan karena daun lebat yang menutupi cahaya bulan, Hal ini diperparah dengan hawa dingin dan suara gemerisik dedauanan.

Perut Katherine yang kelaparan sudah tidak memperdulikan hal tersebut dan berjalan tanpa arah. Setelah beberapa saat, dia mendengar suara air mengalir. Lantas dia mempercepat langkah kakinya ke sumber suara.

Dia menemukan aliran sungai yang tenang. Tanpa berpikir panjang dia langsung melepaskan dahaganya. Dia melihat ke langit malam yang di hiasi bulan sabit. "Apa seterusnya aku hidup dalam bayangan?"

Krak, terdengar suara ranting patah dan langkah kaki. Katherine langsung berbalik dan melihat seorang prajurit kerajaan yang menyeret kakinya yang terluka dan kemudian terjatuh.

Awalnya Katherine ingin pergi menjauh, tapi dirinya merasa tidak tega dan mendekati prajurit tersebut. Dilihat dari luka di kakinya, sepertinya dia di gigit hewan. Tapi dirinya tidak habis pikir bahwa seseorang akan diserang saat malam hari. Dirinya bimbang, dia ingin menyelamatkannya tapi takut di tangkap. Tapi, dia memutuskan mengikuti hati nuraninya. Dia berjalan menuju prajurit tersebut tanpa ragu.

"Mohon jangan bergerak!!" Perintah Katherine. Dia menyentuh luka tersebut, awalnya sakit tapi semakin lama perasaan hangat dirasakan oleh prajurit tersebut. Prajurit itu melihat lukanya mulai tertutup dengan perlahan.

Katherine tersenyum karena kemampuannya tidak menghilang. Selain abadi, dirinya juga mampu menyembuhkan seseorang. Penduduk desa selalu menganggapnya sebagai keturunan dewi. Tapi ayahnya yang merasa tidak senang akhirnya meminta anaknya hanya menyembuhkan orang-orang yang tidak bercukupan dan meminta warga desa menutup mulut karena takut dengan apa yang akan terjadi.

Sebelum prajurit itu mengucapkan terima kasih, dia mendengar langkah kaki mengarah kemari. Prajurit itu menatap Katherine dan bangkit. "Sebaiknya kau pergi." Saran Prajurit tersebut. Katherine mengangguk dan melangkahkan kakinya menjauhi lokasi. Dia terus berlari tanpa melihat melihat ke belakang. Prajurit itu tersenyum sedih.

"Malangnya perempuan itu. Hidup dalam bayangan seperti sekarang. Jika saja dia tidak abadi, mungkin aku akan datang mempersuntingnya." Ucap prajurit tersebut dengan nada sedih."

"Se-sepertinya sudah cukup." Katherine menarik nafas dan mengeluarkannya dengan perlahan. Dia ingin kembali ke gua tersebut, tapi karena tidak tau arah, Dia berjalan tanpa arah. "Aku harus menemukan tempat aman untuk tidur. Tubuhku sudah lelah." Keluh Katherine.

"Itu dia." Teriak seorang prajurit. Katherine yang kelelahan tidak sadar dengan cahaya di depannya dan terkejut dengan teriakan prajurit tersebut. Kakinya sudah menyerah dan tidak mampu berlari lagi.

A-aku...

Dua prajurit mendekat ke arahnya. Salah satunya membawa alat penerangan yang bernama rushlight. Rushlight terbuat dari tanaman liar sejenis ilalang yang diambil intinya lalu dikeringkan. Setelah kering dicelupkan ke dalam lemak binatang, minyak atau sejenisnya. Kualitas, kestabilan nyala api dan durasi tergantung dari bahan campurannya. Karena itulah, para prajurit ini memakainya hanya untuk mengecek kondisi sekitar.

Mereka berdua memegang tangan Katherine dengan kasar. Genggam itu menyebabkan rasa sakit dan dia meronta-ronta. Kedua prajurit itu sedikit kewalahan hingga salah satunya berkata "Panggil yang lain." Kemudian salah satunya mengangguk dan mulai berjalan menuju perkemahan.

Karena sedikit terburu-buru, prajurit itu menabrak seorang pemuda dan terjatuh. Tapi, anehnya prajurit itu tidak kunjung bangkit dan hanya terdiam.

"Ka-kau tak apa-apa? OI!" Teriak prajurit sambil mendekati temannya. Namun, nasibnya juga sama, prajurit itu terjatuh dan tidak bangkit kembali. Katherine dibuat terheran-heran. Kedua prajurit terjatuh ketika mendekati seorang pemuda? Hanya seorang pemuda disana yang tidak melakukan apa-apa.

Pemuda itu menghela nafas sambil berlangkah mundur, Katherina mengambil Rushlight dan melihat wajah pemuda tersebut. Wajahnya terlihat pucat dan sangat kurus. Rambutnya yang panjang tidak menutupi matanya yang memancarkan hawa yang tidak mengenakkan.

"Si-siapa kau?" Tanya Katherine. Pemuda itu tidak membuka mulutnya dan berbalik.

"He-hei..." Katherine mendekati pemuda tersebut, tapi pemuda itu menghentikannya. "Jangan mendekat, kau akan mati!!" Ancam pemuda tersebut. Tapi, suaranya tidak terdengar seperti ancaman, melainkan suara pemuda penuh kesedihan.

Katherine menjadi sedih, tanpa sadar dirinya berjalan mendekati pemuda tersebut yang berulang kali mengulangi ancamannya. Katherine meraih tangan pemuda tersebut dan berkata sambil tersenyum tulus "Lihat, aku tidak mati."

"TIdak, kau pasti akan mati." Itulah yang ingin dikatakan pemuda tersebut, tapi ia urungkan. Dia tidak dapat memberi tau.

"Namaku Katherine Lovina, namamu?"

"Shi."

"Nama yang indah." Puji Katherine.

"Dan, sampai kapan kau memegang tanganku?" Ucap Shi dingin. Katherine baru menyadarinya dan melepaskannya dengan terburu-buru. Meskipun dengan cahaya yang sedikit remang-remang, Shi mampu melihat wajah Katerine memerah.

"A-aku-----" Ketika Katherine ingin mengucapkan sesuatu, perutnya sudah berbicara duluan. Katherine menjadi sangat malu dan membuang wajahnya. Shi yang melihatnya menghela nafas. Entah karena dia lelah atau karena hal lainnya.

"Ikutlah denganku, rumahku tidak jauh dari sini." Ajak Shi. Katherine mengangguk dan mengikutinya.

Itulah pertemuan mereka berdua. Kedua manusia yang saling bertolak belakang. Keabadian dan kematian. Seorang gagak pembawa kematian bersama kupu-kupu penuh warna. Inilah awal dari perjalanan mereka dalam menghentikan kutukan atau berkah mereka.

avataravatar
Next chapter