1 1 Harapan

Dari kejauhan ukiran simbol kerajaan terlihat jelas di gerbang Istana, diapit panji-panji Merah yang kukuh ditegakkan.

Bunga beraneka warna tertata sepanjang jalan hingga melingkari taman Istana.

Duduk di ranjang seraya mengusap kantuk kemudian menatap gunung-gunung menjulang yang masih sedikit samar.

"Cahaya!".

Pagi Beku, perlahan angin berhembus membawa pergi kegelisahan semalam.

Kicau burung dan sahutan serangga mulai terdengar. Suara alam meyebar, menyeru harmoni, teduh, sebelum Gema suara prajurit memecah suasana.

"TOBARANI!".

Gagah Perkasa, Sang Raja sangat menawan. Sebanding dengan keanggunan dan paras cantik sang Ratu.

Di Podium, Menganakan Baju Zirah, pedang terikat di pinggang.

"TOBARANI!".-Ucap Raja Jack seraya mengepalkan tangan.

Sahut Serentak Prajurit "TOBARANI!".

"Terus berlatih!

Kekuatan, ketangguhan dalam bertarung adalah hal yang utama. Hanya dengan itu kita bisa menjaga perdamaian dan martabat Kerajaan ini. Satu hal yang kita perlu sadari, kekuatan dan ketangguhan yang kita miliki bukanlah digunakan untuk menidas yang lemah Atau bertarung hanya demi sebuah keakuan, Bukan. Tapi, semua itu dilakukan untuk menjaga Perdamaian, melindungi yang tertindas serta martabat manusia.

Hari ini, kehormatan dan masa depan kerajaan aku letakan dipundak kalian!

Aku percaya, hanya dengan bersatu kita bisa melakukannya. Diucapkan dalam Sumpah GALARA (Sumpah Prajurit) dan dibuktikan lewat tindakan, itulah hakikat GALARA Sejati!

Aku berharap, sumpah itu terus terpatri dalam hati kalian, dalam satu kesadaran. Satu kesamaan, satu penderitaan. Di bangun diatas dasar pesaudaraan!

TOBARANI! -Tutup Jack dengan lantang.

****

Di Balkon Istana, duduk berdua seraya memandangi Wilayah kuasa.

"Siang ini aku akan pergi melakukan pertemuan di Kerajaan TASISARO!

Pertemuan ini sangat mendadak dan sifatnya sangat rahasia.

Sebelum aku pergi, ajaklah anak-anak ke Sabana, melihat Kuda peliharaan kita!".

"Baiklah!

Kamu hati-hati, ya!".

"Baik, Kamu juga Hati-hati. Sesampai disana Istrahatlah, Jangan terlalu memaksakan diri!".

"Iya, aku tahu!".

Sebuah kecupan di kening Ratu ia berikan, kemudian pergi. "Aku barsiap dulu!".

Mereka dikaruniai Dua putra bernama Ribuyah dan Ribusah. Usia mereka pun tak terpaut jauh.

Di kamar Istana. Beralari menunggangi kuda-kudaan, sambil memegang pedang kayu buatan Ibu nya.

"Ibu dimana, ya?

Ibuuuu".

Tak ada jawab.

"Ibu dimana?".-Seru Ribusah dengan berteriak.

Pangeran Ribusah sangat manja pada ibunya, seluruh waktu ingin ia habiskan bersama. Hanya bersama Ibunda. Sampai detik ini, tak ada satu pun pelayan istana yang berhasil mengambil hatinya untuk menemaninya bermain.

Berbeda dengan Ribuyah, Di usianya yang masih belia Ribuyah telah menguasai berbagai teknik berpedang. Dalam setiap sesi latihan, ia juga selalu megalahkan prajuritnya dalam bertanding mengatur strategi perang.

Kemampuannya dalam mengusai berbagai hal adalah sebuah bukti kecerdasannya.

***

Di lapang tempat latihan.

Sebagai salah satu Prajurit terbaik, Kolo menunjukan kekuatan rahasianya pada Ribuyah.

"Perhatikan baik-baik!".-Ujar Kolo pada Ribuyah.

Tanpa suara, Kolo mengelurkan kekuatan Khususnya pada pedang (Energi berwarna merah menyelimuti pedangnya).

Ribuyah yang menyaksikannya pun terpukau, sehingga menambah kukuh tekadnya untuk menjadi petarung terbaik.

"Paman Kolo Benar-benar hebat. Aku harus giat berlatih, agar bisa hebat seperti paman".-Ucap Ribuyah dalam hati.

"Baiklah latihanya selesai.

Ayo istrahat!".

Duduk di bawah Rindangnya pepohonan, seketika Angin sepoi berhembus membasuh lelah.

"Ini. Minumlah!".-Ucap Kolo seraya menyerahkan botol minumannya kepada Ribuyah.

"Paman. Apakah aku juga bisa menguasai kekuatan seperti paman?".

Kolo pun tersenyum kemudian mengelus kepala Ribuayah. "Ya. Tentu!

Kau sama sepertiku. Darah TADULAKO juga mengalir didalam nadimu!".

"Hmm, ternyata kalian di sini!".-Ujar Pawata yang sedang di dampingi Regita.

Dengan sontak Ribuyah berdiri. Ia terlihat sangat gembira dengan kehadiran mereka.

"Paman, Kak Regita!".

"Ribuyah!

Bagaimana kabarmu?".-Sapa Regita.

"Aku baik-baik saja, Kak!".

"Hmm, Syukurlah!".

"Pawata. Senang melihatmu. Apakah Anda baru saja tiba?".

"Ya!

Bagaimana Misimu?".

Sejenak Kolo menghela nafas panjang, kemudian berkata. "Hmm. Ternyata tak semudah yang ku bayangkan. Tak ada putusan dalam muktamar itu. Kerajaan BAKA, Dan TANTERE masih bersikeras dengan pendapatnya, mereka bahkan tak menyetujui keputusan yang ada di dokumen Perjanjian itu!

Sengat jelas terlihat, mereka masih berencana merebut Wilayah itu!".

"Hmm, begitu ya?

Terus awasi setiap gerak-gerik mereka!

Berhati-hatilah".-Ujar Pawata kemudian menepuk pundak Kolo.

Kemudian pawata bertekukndi hadapan Ribuyah. "Hmmm bagaimana latihanmu?Apakah kau sudah menguasai Jurusnya?".

"Ya!".

"Bagus. Teruslah berlatih!".

"Baiklah. Ayo Regita. Kita pergi!".-Titah Pawata.

***

-Kerajaan TASISARO-

BARUGA (Ruang Pertemuan).

Beberapa petinggi kerajaan lainnya terlihat sudah hadir.

"Apakah bisa kita mulai?".-Ucap tandas Sabo.

"Maaf. Tunggulah sebentar!

Sepertinya Babon dan Loba Sedang dalam perjalanan!".-Ucap Alex.

"Hmmm. Baikah!".-Jawab Sabo dengan wajah tak setuju.

Setelah beberapa waktu menunggu akhirnya Babon tiba di dampingi dua pengawalnya.

Kedatangannya disambut hangat oleh Alex.

"Selamat datang!".

Jawab Babon dengan Bergumam.

Menyeruak, dengan congkak Babon melangkah, kemudian memilih duduk di sisi kanan Jack.

"Loba takkan hadir!

Pertemuannya kita mulai!".-Tandas Babon.

"Baiklah. Ku ucapakan selamat untuk kalian sekalian.

Sebuah kehormatan bagi ku, karena muktamar ini kembali adakan di tempat kami.

Perbedaan pendapat mengakibatkan muktamar ini masih berlangsung, kami pun berharap berakhir tanpa kekacauan.

Baiklah. langsung saja kita mulai, Dalam Dokumen itu, wilayah semenajung selatan adalah milik bersama. Jadi aku tak setuju jika tahun ini kerajaan TASISARO yang kembali mengelola Wilayah iyu!".-Ucap Babon sembari memukul meja.

Melihat Sikap Babon, Alex Pun Tak terima kemudian Bangkit dari tempat duduknya.

"Apa kau tahu tentang Sejarah Wilayah semenanjung selatan itu, Babon?".

"Semua tenanglah!".-Ucap Jack dengan tenang.

"Maafkan Aku!".-Ucap Alex Kembali Duduk.

"Selama ini, kita semua telah bersama berupaya mewujudkan perdamaian ini!

Segala tantangan telah kita lewati.

Aku yakin, hanya dengan bekerjasama semua tantangan itu bisa kita lewati!

Sesuai dengan Dokumen PETAAMO. Tanah itu adalah milik bersama!

Pendahulu kita telah menyetujuinya, wilayah ini dikelolah berdasarkan Giliran yang telah di tetapkan.

Semua itu dilakukan untuk menghindari perselisihan antara kita!

Tugas kita saat ini hanyalah menjaga keputusan ini, Jika kita tetap menjaga amanat itu, aku yakin satu saat nanti semua akan menyadari bahwah hidup dengan Nilai-nilai kemanusiaan merupakan pencapaian terbesar dalam kehidupan!".

"Ya. Aku tahu itu Jack, tetapi kami juga Berhak untuk mengelola Wilayah itu!".-Sanggah Babon dengan penuh Emosi.

"Kalian dengarkan Aku baik-baik!

Berbicara tentang Hak, Secara historis wilayah semenanjung selatan adalah wilayah kekuasaan Kami!

Semua itu terbukti pada Peta wilayah kuasa yang tersebar disetiap Kerajaan!

Peperangan dimasa silam membuat kita banyak belajar dan mengerti bahwa perselisihan adalah sebuah kesalahan!

Saat ini sikap kami tetap sama!

Demi perdamaian dan  kesejahteraan seluruh Rakyat kita. Tak ada pilihan selain Kembali memberlakukan Dokumen PETAAMO!".-Tutup Raja Jack Seraya Pergi.

***

Tanah terhampar, panji-panji terpatri di wilayah kuasa meliputi daratan dan lautan.

Sungguh kerajaan yang besar.

Karena jumlah dan ketangguhan prajuritnya, ditambah dengan kemampuan Raja dalam berbagai hal membuat kerajaan Vonggi sangat di Segani di dataran KALEDO.

Setiap Musim Panen Raja Jack memberikan gandum pada seluruh Rakyatnya.

Rakyat sangat mencintai mereka, karena tak satu pun hasil penen di ambil atas nama upeti.

-Di Ruang Kerajaan-

"Sayang. Besok pagi aku akan mengahdiri pertemuan di Ke kerajaan NUNUMBUKU.

Aku akan membawah Ribuyah!".

"Hmm. Apakah pertemuan itu tak bisa di wakili?".-Ucap Ratu.

"Pertemuan ini sangat penting!

Selain itu aku juga ingimemastikan Sikap Sabo!".

"Hmmm. Baiklah!".

Kereta dan kuda-kuda prajurit telah terparkir di halaman kerajaan.

"Selamat berpisah sayang.

Semoga harimu menyenagkan!.-Ucap Raja seraya mengecup Kening Ratu dan Ribusah.

"Sampai bertemu ibu, Ribusah!"-Ucap Ribuyah seraya melambaikan tangannya.

Kereta pun berlalu. Doa, harapan pada lambaian tangan menyertai kepergian mereka.

Sudah tiga hari Raja dan pangeran Ribuyah pergi meninggalkan mereka.

Selain menemani Ribusah bermain Pedang-pedang. Ratu memanfaatkan kesempatan Waktu luangnya untuk melakukan kewajibannya sebagai seorang ibu.

Di Ruang kerajaan. Suara tangis terdengar dari balik tirai, cemas Ratu berjalan menuju kearah suara. Ratu menememukan Ribusah yang sedang menangis terisak-isak. 

"Kamu kenapa nak?"

Ratu pun memeluk Ribusah penuh Cinta.

"Kenapa haa?".-Ucap Ratu seraya mengusap kepala Ribusah.

"Ibu, pedang-pedangku patah!".

"Ohh. Sudah, jangan menangis! Laki-laki tak boleh cengeng loh.

Nanti ibu buatkan lagi untukmu". -Ucap Ratu sambil mengusap air mata Ribusah.

Setelah beberapa waktu menangis, Ribusah terlihat sedikit tenang.

Ratu pun tersenyum kemudian merayunya.

"Apakah saat ini kamu mau makan Tabaro Dange?".

"Ya".-Jawab Ribusah dengan sebuah Anggukan.

"Duduklah!

Tunggu ibu ambilkan untukmu!".

"Makan yang banyak ya!".

Ratu pun tersenyum menatapnya.

Kemudian menekan hidung Ribusah dengan jari telunjuknya.

"Sekarang, usap air matamu! jangan menangis lagi ya!

Nanti hidungmu makin pesek loh!".

Cinta terpatri, setiap harinya semua berakhir dengan senyuman.

Hari berlalu.

Di balkon, berdua habiskan malam.

Duduk sambil memandang langit kelam yang dihiasi bintang-bintang benderang.

Saat ini mereka sedang menikmati syahdunya Rindu setelah beberapa waktu berpisah.

Genggaman mengerat sambil menatap wajah Sang Ratu.

"Bagaimana hari-harimu Ratu ku?".

"Sempurna, berkat kau Raja ku!".

Raja pun mengecup kening Ratu, kemudian berkata.

"Dimana anak-anakku?".

"Di kamar. tadi kutinggalkan mereka sedang bermain".

Melangkah bergandeng tangan.

Mereka menemukan Ribuyah dan Ribusah telah terlelap.

Menatap wajah Lucu pangeran, senyum mereka pun merekah.

"Lihatlah, Tak terasa mereka telah bertumbuh!"

mendengar ucapan itu, Raja mengusap pundak Ratu, seraya berkata.

"Terima kasih sudah menjadi yang terbaik buat aku dan anak-anak!

Aku tak sempurna!

Namun aku akan selalu berusaha menjadi yang terbaik buat kalian!".

"Akupun tak sempurna, Berjuanglah!".

Ratu menatap wajah Sang Raja sambil tersenyum. Senyuman yang mengisyaratkan sisa kekuatannya.

"Emm. Apakah kau masih ingat saat pertama kita bertemu?

Kita berjanji di bawah langit senja. Disaksikan kelamnya dunia.

Ingatlah, Kau tak sendiri!

Saat jarak membentang, doaku selalu menyertaimu".

Mendengar ungkapan itu, Raja semakim mengeratkan genggamannya menatap mata Ratu yang sedang berbinar.

Menghela nafas dalam, mereka pun berjanji.

"Kita akan berjuang bersama!".

Malam itu, Ratu memperlihatkan senyuman terbaiknya. senyum yang mengisyaratkan kekuatannya.

"Baiklah, sudah waktunya istrahat!".-Ucap Raja.

"Tidurlah sayang, kalian adalah harapan, Kelak akan memimpin kerajaan ini menuju kejayaan abadi".-Ucap Ratu seraya mengecup kening kedua pangeran.

avataravatar
Next chapter