webnovel

CALON KORBAN SELANJUTNYA

Disebuah siang Pak Boy menunggu seorang sembari membuka sebuah map hijau yang didalamnya berisi Surat Lamaran, CV, Ijazah, KTP hingga sebuah Pas Poto. Tentu saja yang menjadi fokus utamanya adalah sebuah pas poto berukuran 4 x 6 dengan latar belakang merah, disana terlihat wajah lengkap dengan riasan bedak dan lipstik yang relatif rumit karena bisa menghasilkan sebuah wajahnya terlihat cantik dengan natural. Ya, Pevita Pearce di sebuah konten youtube pernah bilang kalo make up yang terlihat natural itu adalah make up tersulit karena kita harus membuat seseorang tetap terlihat cantik tanpa terlihat menor. Rambut wanita di poto itu panjang sebahu dan sedikit di-curly pada ujungnya. Kemeja putih dengan Blazzer hitam yang membuatnya semakin bertambah elegan.

"Tok Tok Tok" tiba-tiba suara ketokan pintu di ruang kerjanya mengagetkannya dan menghentikan Pak Boy yang mulai terpesona dengan sosok pada pas poto itu.

"Siapa?" tanya lelaki itu pada seseorang dibalik pintu. Lalu, pandangan Pak Boy seketika terpaku melihat seseorang yang berada dibalik pintu itu masuk, mungkin sempat beberapa detik dia menatap orang itu tanpa berkedip hingga...

"Permisi, Pak. Saya Zenata Ariawulan. Saya kesini mau interview." ucapnya. Ternyata dialah wanita yang sedari tadi pas potonya dipandangi oleh Pak Boy. Wanita itu memiliki tubuh yang proporsional dengan tinggi 165 cm terbilang cukup tinggi untuk seorang wanita. Kulitnya putih bersih dengan mata sayu dan gigi gingsul yang menambah kesempurnaan pada wanita itu. Dia mengenakan pakaian yang sama seperti di pas poto dan ternyata dia tampak lebih cantik dari pas poto. Di zaman sekarang sangat sulit menemui orang yang paras nyata nya lebih indah di banding poto, karena teknologi filter instagram yang sudah teramat berkembang pesat.

"I... i... iya, silahkan duduk." timpal Pak Boy setengah terbata karena masih shock dengan keindahan apa yang sekarang ada didepannya. Lalu wanita itu pun mengikuti perintah Pak Boy. Dia duduk di sebuah kursi yang ada di depan meja kerja Pak Boy. Proses Interview pun berjalan sangat lancar. Pak Boy menanyakan berbagai macam hal mulai dari yang berhubungan dengan pekerjaan sampai pertanyaan-pertanyaan yang sedikit tak pantas, seperti dia menanyakan sudah berapa kali pacaran? , film kesukaannya apa? , hingga yang terparah lelaki itu menanyakan apakah dia masih perawan atau tidak?. Sontak saja pertanyaan-pertanyaan aneh itu membuat Zena agak sedikit risih ditambah dengan tatapan Pak Boy yang tajam penuh nafsu memandangnya. Akhirnya setelah kurang lebih 45 menit interview yang sebenarnya hanya formalitas saja itu selesai. Zena diterima bekerja sebagai Sekertaris pribadi Pak Boy. Padahal posisi yang ia lamar adalah Customer Service. Ini memang akal-akalan Pak Boy agar bisa mendekati Zena.

"Baiklah, mulai besok kamu sudah bisa masuk kerja." ucap Pak Boy. "Baik, Pak. Terima kasih banyak." balas Zena. Lalu gadis itu pun beranjak pergi dari ruangan yang menurutnya pada saat itu sangat kental dengan hawa cabul. Baru berdiri dari kursinya Zena langsung dipanggil kembali oleh Pak Boy.

"Oh iya saya lupa memberitahukan kalo aturan di kantor ini ada 2. Pertama kamu harus patuh sama saya dan juga disini setiap hari sabtu semua karyawati harus menggunakan 'pakaian dinas' untuk lebih jelasnya kamu tanyakan nanti sama Friska. Dia di bagian Personalia." jelas Pak Boy. "Baik, Pak" jawab Zena sembari langsung buru-buru meninggalkan ruangan itu. Saat sudah keluar dari ruangan Pak Boy, Zena langsung mencari Friska.

"Halo, Mbak. Saya Zena, karyawati baru di kantor ini. Tadi Pak Boy pesan saya disuruh menemui Mbak Friska buat menanyakan perihal 'pakaian dinas' pada hari sabtu." jelas Zena di depan sebuah meja kaca yang di depannya bertuliskan 'Friska - Personalia'. Lalu setelah perkenalan dan basa basi khas dari Indonesia. Friska pun menjelaskan bahwa setiap hari sabtu karyawan harus menggunakan Pakaian Ketat dan Rok Mini. Zena langsung kaget setengah tidak percaya karena menurutnya aturan semacam itu sangatlah tidak masuk akal. Dia mulai berpikir bahwa ada yang ga beres sama Pak Boy dan Kantor ini. Namun Zena hanya menyimpannya dari pikirannya sendiri karena di saat sekarang dia sangat membutuhkan pekerjaan ini apalagi Gajih yang ditawarkan Pak Boy sangatlah tinggi untuk seorang anak berusia 18 tahun dengan hanya lulusan SMK Jurusan Akuntansi yang tidak berpengalaman sepertinya. Dia juga perlu uang untuk biaya sekolah adik-adiknya, karena orang tua Zena sudah menelatarkan mereka. Zena hanya tinggal bertiga bersama kedua adiknya. Orang tuanya memutuskan bercerai saat Zena berusia 15 tahun dan akhirnya mereka menikah lagi lalu pergi seperti amnesia dengannya dan kedua adiknya.

Setelah mendengar semua penjelasan dari Friska, Zena pun pamit pulang. Jam sudah menunjukkan pukul 11.50, di teringat harus menjemput Bagas, adik bungsunya yang bersekolah di SD Anak Bangsa. Zena takut jika adiknya menunggu terlalu lama. Lalu, ia pun menaikin motor Honda Beat Tahun 2010 yang ketika di hidupkan harus dengan usaha yang keras. Setelah motor menyala, dia pun langsung tancap gas menuju SD Anak Bangsa.

Di lain tempat Pak Boy yang sekarang tengah senyum-senyum sendiri karena mulai besok dia akan selalu bersama bahkan satu ruangan dengan Zena. Pak Boy sudah mulai menyukai wanita itu, Pak Boy memang tipikal orang yang sangat mudah jatuh hati namun ia juga sangat mudah bosan.

Di luar ruangan Pak Boy. Friska langsung berlari menghampiri meja kerja Dinda ...

"Calon Korban Selanjutnya..." ucap Friska sambil menatap tajam ke arah dinda. Dinda dengan matanya yang sayu hanya dapat menganggukkan kepala tanda setuju dengan apa yang baru saja Friska katakan.