4 Flashback

Matahari pagi ini telah menampakkan wujudnya dan menyebarkan sinar hangatnya. Burung-burung berkicauan dan ayam jantan mulai berkokok membangunkan setiap orang yang pagi itu masih terlelap dalam mimpi indahnya.

tok tok tok

"Rey bangun, udah pagi ini. Rey"

Suara seorang wanita paruh baya terdengar begitu nyaring di depan sebuah kamar di rumah itu.

"Iya, Ma. Ini Rey udah bangun"

"Langsung mandi abis itu siap-siap sekolah terus turun sarapan"

"Iya, Mama sayang"

Wanita paruh baya itu menuruni tangga dan menuju dapur. Terlihat disana ada seorang remaja perempuan yang sedang mencuci peralatan dapur. Sebut saja Rain, atau mamanya sering memanggilanya "Ren" yaa karena memang seperti itu cara bacanya bukan? Ah kenapa jadi tidak jelas begini? Baiklah lupakan saja.

"Ren, kamu ke atas gih siap-siap sisanya biar Mama aja yang lanjutin. Kamu kan harus sekolah. Makasih ya sayang udah bantuin Mama"

"Iya, Ma. Sama-sama. Kalo gitu Rain siap-siap dulu ya, Maa"

"Iya, Sayang" jawab sang mama sambil mengelus kepala putrinya itu.

Sarapan sedang berlangsung. Yaa kali ini tidak ada pembicaraan apapun dalam sarapan itu. Semua orang kali ini sibuk dengan pikirannya masing-masing. Entah apa yang mereka pikirkan. Tiba-tiba saja bunyi bangku berderit terdengar.

"Papa berangkat dulu" Ketiga orang lainnya langsung menoleh dan bergantian mencium tangan lelaki paruh baya itu.

"Hati-hati, Paa" ucap kedua remaja itu bersamaan setelah mencium tangan Papa nya yang dibalas senyum manis sang Papa.

"Hati-hati" ucap wanita itu. Namun hanya dibalas dengan deheman dan lelaki itu langsung saja pergi ke luar.

"Ayo lanjutin sarapannya" kedua anak itu hanya menuruti permintaan Mama nya.

Haha, miris bukan? Keluarga itu terlihat sekali tidak harmonis. Bahkan didepan umum sekalipun. Namun wanita itu tetap bersyukur, tidak pernah sedikitpun suaminya kasar padanya. Bahkan membentak pun tidak. Suaminya hanya akan diam selama berhari-hari jika marah. Tapi, bukankah itu lebih menyeramkan? Oh, ayolahh seandainya dia tidak pernah melakukan kesalahan itu pasti semuanya tidak akan seperti ini.

Flashback on

"APA YANG KAMU LAKUKAN DI DALAM SANA, HAHH? KENAPA TIBA-TIBA DOKTER BILANG DIA SUDAH TIADA? KENAPA? JAWAB AKU ANNA! JAWAB AKU! APA YANG KAMU LAKUKAN KEPADANYA DI DALAM SANA"

"Akuu.. hikks..aku tidak melakukan apa-apa Fer.. hikks.. kami hanya berbic..."

"BAGAIMANA MUNGKIN KAMU TIDAK MELAKUKAN APA-APA? BEBERAPA SAAT YANG LALU DIA MASIH BERBICARA PADAKU! DIA BAHKAN TERTAWA! DAN SEKARANG? SETELAH KAMU MENEMUINYA DIA PERGI? APA MAKSUDMU TIDAK MELAKUKAN APA-APA, HAH? Aku membencimu. Sungguh, aku begitu membencimu"

Lagi-lagi kata-kata kasar keluar dari mulut lelaki itu. Entahlah kenapa dia seperti itu. Sementara wanita yang dimarahinya? Oh ia hanya bisa menangis. Menangis karena tidak bisa mencegah istri dari lelaki itu pergi.

Ini semua salahnya. Tadi, ia di panggil karena Nessa-istri dari lelaki itu memanggilanya. Dia diberitahu bahwa wanita itu sekarat dan ingin menemuinya. Dan ketika mereka selesai berbicara, tiba-tiba saja wanita itu pergi setelah berbicara dengannya.

"Harusnya aku tidak mendengarnya. Harusnya aku pergi saja tadi. Mengapa aku justru membiarkan wanita itu pergi saat dia mengatakan hal tidak masuk akal seperti itu? Seharusnya aku tidak datang! SEHARUSNYA AKU TIDAK DATANG!!" Batin wanita itu berteriak.

Dan benar saja, setelah ia keluar dari ruangan itu tiba-tiba saja dokter datang sambil tergesa-gesa masuk ke dalam sana kemudian keluar dan mengatakan bahwa Nessa telah pergi. Dan saat itu juga, dunianya seakan runtuh. Ketika melihat lelaki yang dicintainya meneteskan air matanya dan meraung tidak rela atas wanita yang dicintainya itu.

Setelah mendengar perkataan terakhir suaminya, Anna pergi dari tempat itu sambil menahan air matanya.

"Ohh Tuhan apa lagi ini? Baru saja aku ingin membiarkan mereka bersama tapi mengapa semuanya begini? Aku tidak sanggup" batinnya berkata.

"Maa, aku sama Rey berangkat ya, Ma"

"Maaa, Maa. Mamaa" Rain berkata sambil mengguncang mamanya. Entahlah tiba-tiba saja mamanya melamun.

"Maa" sekali lagi Rain mengguncang mamanya sedikit keras.

"Hah kenapa? Rain ada apa, Sayang?"

"Mama kenapa? Dari tadi mama diem aja. Rain panggilin nggak nyaut"

"Ngghh enggak, Mama nggak papa"

"Beneran, Ma?" Ucap Rain sambil memicingkan matanya. Dia merasa mamanya berbohong dan menyembunyikan sesuatu.

"Iya bener" jawab wanita paruh baya itu sambil memasang wajah semeyakinkan mungkin.

"Yaudah kalo gitu Rain sama Rey berangkat dulu ya, Ma. Daah" memilih mengalah dengan mamanya, akhirnya Rain berangkat ke sekolahnya. Tentu saja bersama abang tercintanyaaa.

"Hubungin mama kalo pulang telat" jawab Anna sembari memberikan tangannya untuk di cium kedua anaknya.

"Iya" jawab kedua anak-anaknya serempak.

avataravatar
Next chapter