9 Brengsek!

Tanpa disadari sudah banyak waktu yang berlalu. Masih seperti sebelumya, Raina dan Reyhan yang kini disibukan dengan ujiannya masing-masing. Reyhan yang kini sedang mempersiapkan dirinya dalam menghadapi Ujian Nasional serta Raina yang mempersiapkan diri untuk Ujian Kenaikan Kelasnya. Sementara Fero? semakin hari semakin tenggelam dalam pekerjaannya. Oh jangan lupakan Anna yang sepertinya begitu sibuk akhir-akhir ini.

Di sebuah café terlihat Anna yang begitu gelisah. Entah apa yang sedang ada di dalam pikirannya. Bahkan tanpa disadari seseorang sejak tadi memperhatikannya begitu dalam.

"Anna"

Tiba-tiba sebuah suara dan tepukkan di pundaknya mengagetkan wanita yang masih bertahan dengan kegelisahannya itu.

"Arsya?" ucapnya memastikan sambil menoleh.

"Sudah menunggu lama?"

"Ya, begitulah. Kamu benar-benar membuatku kaget. Setelah kamu mengabariku sebelumnya, aku langsung menuju kesini"

"Anna aku sudah bilang ke kamu, kan? Tidak perlu panik seperti ini"

"Bagaimana tidak panik, Ar? Aku sudah tidak sanggup lagi dengan semua ini. Aku sudah berusaha keras, tapi apa? Tidak ada yang berubah, kan? Justru segalanya semakin memburuk"ucap wanita itu.

Terlihat sekali guratan lelah diwajah wanita itu. Tidak pernah sebelumnya Arsya melihat Anna seperti ini. Biasanya wanita ini akan menunjukkan semangatnya dihadapannya. Tapi sekarang?

"Ann, percayalah. Kamu bisa melewatinya. Kita bisa melewatinya"

"Tidak Arsya. Kita tidak bisa. Aku tidak bisa"

"Kira hanya perlu berusaha sedikit lebih keras, An. Trust me"

"No. Aku akan memberitahu suamiku tentang segalanya. Aku tidak ingin terus di hantui oleh rasa bersalah, Arsya. Setidaknya, aku akan pergi dengan keadaan tenang jika ia tahu yang sebenarnya"

"Memberitahu apa? Tentang apa yang terjadi sekarang? Atau dulu?"

"Semuanya"

"Dan tentang apa yang terjadi antara kita? Kamu akan memberitahunya juga? Apa kamu yakin Anna? Akan terjadi kekacauan jika kamu melakukannya. Suamimu akan kembali terpuruk. Kamu juga akan semakin melemah. Dan bagaimana dengan anakku? Anak kamu? Apa kamu tidak memikirkannya? Come on, Ann. Ada banyak hal yang kita pertaruhkan. Kamu sendiri yang memilih jalan ini sejak awal. Lalu apa? Kamu sekarang menyesal melakukannya? Yang benar saja!"

"Tapi aku sudah benar-benar tidak tahan, Ar"

"Kamu pikir aku biasa saja dengan semua ini? Anna aku sangat membenci semua ini! Wanita yang aku cintai pergi meninggalkanku tanpa memberitahu bahwa dia mengandung anakku. Kamu pikir aku tidak sedih? Apa kamu pikir aku bahagia?" ucap Arsya dengan nada yang meninggi.

Sementara wanita itu kini tengah memandangi Arsya dengan tatapan nanarnya. Ia tahu. Sangat tahu betapa terpuruknya Arsya dengan semua ini. Tapi baru kali ini ia melihat Arsya benar-benar menunjukkan semuanya.

Setelah Arsya terlihat lebih tenang Anna mulai memberanikan dirinya mendekati Arsya kemudian mengelus lengan lelaki itu.

"Kamu tidak boleh seperti ini, Ar. Aku tidak akan mengatakan apapun. Kita akan melakukan semuanya sesuai dengan yang kita rencanakan, oke? Jangan seperti ini lagi"

Arsya kini mulai merasa tenang dan nyaman dengan perlakuan yang Anna berikan. Ia sangat beruntung memiliki Anna disampingnya. Anna selalu menjadi penenangnya.

Memilih untuk tidak berlama-lama denagn emosi di kepalanya, Arsya kemudian menarik Anna mendekat dan memeluknya. Nyaman. Hanya kata itu yang menjadi deskripsi dari pelukan ini. Arsya mendekap Anna lebih dalam lagi di pelukannya dan mencium kening Anna cukup lama sebelum-

Bugh bugh bugh

Brengsek!

avataravatar
Next chapter