15 Tanpa Sengaja

"Sampai kapan kamu murung? Yang kamu bunuh itu omegra, bukan serigala betulan." Linx bicara sambil meregangkan badannya. Sesekali dia menggigit-gigit lengannya sendiri yang ditutupi bulu-bulu tipis.

Persis seperti kucing kutuan.

"Pffttt ..." Kimansu menahan tawa.

Linx langsung melotot.

"Aku tahu kamu belum pernah lihat ras beastman. Berhenti mentertawakan kebiasaan kami! Tidak sopan!"

Kimansu langsung diam. Dia tidak berani membalas komentarnya karena ada yang mencurigakan dari si kucing itu.

Kimansu mengintip statusnya lagi untuk memastikannya.

PIP!

[Linx, Divine Blue Linx, rank-S+++ Adventure, Hallaval Adventure Guildmaster, xxx, xxx]

[Level: xx, exp to next level xxxx]

[HP: xxx/xxx, MP: xxxxx/xxxxx]

[Element: Lumo, Aero, Pyro]

[Passive Skill: xxx]

[Active Skill: xxx]

[Current status: Single]

[Strength: xx, Speed: xx, Intelligence: xxx]

[Attack : xxx, Defense : xxx, Agility: xxxx, spirit: xxxxxx]

[Current status: Single]

[Current status: Single]

[Current status: SINGLE!]

Keringat dingin mengucur. Si loli itu ternyata benar-benar si monster biru. Kimansu jadi segan berkata-kata karena status Linx memuat banyak rahasia.

"Kenapa?" Gadis itu bertanya.

Kimansu salah tingkah. Dia basa-basi sebisanya demi membuang gelagat mencurigakan.

"Aku cuma heran, kenapa rank-S sepertimu mau satu party dengn rank-G sepertiku?"

"Rank-S? Tahu dari mana?"

"Eh ..." Kimansu mengumpat dalam hati. Dia mencari alasan supaya tidak ketahuan suka mengintip status orang. "Ehem ... Setahuku guildmaster selalu rank-S."

"Oohh ... aku kira kamu punya kemampuan aneh sampai tahu nama asliku."

Kimansu mengelus dada. Si kucing kecil itu ternyata percaya kata-katanya. Tapi dia panik lagi ketika Linx menghentikan langkahnya dan menatapnya tajam-tajam.

"Ingat baik-baik. Hanya kamu satu-satunya manusia di dunia ini yang tahu nama asliku." Linx menegadah dengan mata mengancam. "Aku memaafkanmu karena kamu belum tahu budaya kaum beastman. Tapi jangan sebut namaku lagi. Apalagi mengatakannya ke orang lain. Ingat itu!"

Kimansu mengangguk takut. Tapi ancaman itu juga mengusik rasa penasarannya.

"Memangnya segawat apa kalau aku tahu namamu? Maaf aku tidak tahu. Nama itu muncul begitu saja di pikiranku."

Wajah Linx spontan memerah sebelum tiba-tiba jutek.

"Karena aku belum banyak mengenalmu!"

Kimansu bingung. Dia semakin keheranan karena si loli itu sekilas senyum-senyum sendiri. Dia melupakan rasa penasarannya dan menanyakan hal lain.

"Kenapa kamu tertarik padaku?"

Wajah Linx semakin memerah sampai-sampai dia menutup wajahnya sendiri.

"Siapa yang tertarik sama kamu! Jangan salah paham!" Dia semakin jutek.

Kimansu mulai merasa bahwa gadis itu lah yang sedang salah paham.

"Mak-maksudku, kenapa kamu tertarik satu party denganku? Rank kita beda jauh."

"Oh, aku kira apa." Linx menjawab ketus entah karena apa. Dia melanjutkan kata-katanya sambil buang muka. "Karena aku merasakan ada yang aneh darimu. Kamu juga satu-satunya orang di guild yang tidak terpengaruh aura intimidasiku."

"Ohhh..." Kimansu semakin paham alasan di balik wajah ketakutan para penghuni guild. "Terus, kenapa kamu menyuruhku melawan Canix Luprax sendirian?"

"Supaya kamu tahu apa kelemahanmu. Begini-begini aku ini guildmaster. Aku juga bersaing dengan guild petualang lain."

"Ohh .. jadi kamu mau ngetes kekuatanku?"

"Iya!" Linx mengangguk bangga. "Guild butuh orang hebat. Besok datang lebih pagi. Aku yang urus kenaikan rank-mu dan akan melatihmu secara pribadi."

***

Malam harinya.

Ada koin hampir satu gold di kantung Kimansu. Linx cukup baik hati untuk menyerahkan seluruh upah quest dan hasil penjualan omegra tadi. Tapi Kimansu masih numpang tidur di rumah kumuh seorang Om-om beastman.

"Njink."

"Iya, ada apa?" Jawab si anjink yang tiduran di sebelahnya.

"Memangnya segawat apa kalau aku menyebut nama asli kaum beastman?"

Ekspresi si anjinx langsung berubah. Dia menoleh Kimansu dengan wajah serius.

"Kamu jatuh cinta sama gadis beastman?"

Kimansu tidak langsung menjawab pertanyaannya. Dia merasa aneh dengan wajah tidak percaya yang si anjink tunjukan.

"Memangnya kenapa, Njink?"

"Aku tahu kamu manusia baik. Tapi langka sekali ada manusia yang naksir ras beastman. Kamu tahu? Manusia menganggap kaum beastman itu binatang. Di Kerajaan Gardhas-pun tidak ada manusia yang menjalin hubungan khusus dengan beastman. Bagi mereka, itu sama saja seperti manusia naksir binatang."

Kimansu mengangguk. Tapi dia langsung meluruskan si Om-om itu yang jelas-jelas salah paham.

"Aku tidak sedang naksir kaum beastman. Aku cuma penasaran karena rekan party-ku dari ras manusia kucing."

"Ooo, aku kira." Si anjinx mendadak kecewa. "Di budaya beastman, seorang ibu akan membisikkan nama asli anak perempuan. Sedangkan Ayah mereka memberikan nama palsu yang akan dikenal banyak orang. Kamu tahu kenapa?"

Kimansu menggeleng.

"Itu karena kami percaya bahwa jodoh kami adalah orang yang tahu nama asli. Jadi ketika kamu menyebut nama asli perempuan beastman, artinya kamu melamar dia jadi istrinya."

Wajah Kimansu langsung pucat. Dia tidak percaya telah kena karma seorang dewa yang dia hina pedopil.

'Pantas saja Linx malu-malu sendiri.'

Mengingat respon gadis itu, Kimansu baru sadar bahwa dia baru saja menggali kuburnya sendiri.

"Mampus! Aku bukan pedopiiillll!!!"

"Huh? Apa itu pedopil?"

Kimansu langsung beralasan.

"Ehem ... Pedopil itu gelar kebangsawanan di kampung halamanku."

"Woaaa! Keren! Apa kamu pedopil?"

"Bukan. Sudahlah, ayo tidur."

Kimansu pura-pura terpejam. Pikirannya berkecamuk karena dia tidak tahu harus berkata apa pada kucing loli yang sedang naksir dirinya.

Dia putuskan, besok pagi dia harus ...

avataravatar
Next chapter