5 Pertemuan

"Abang!!!" Cira dengan ceria menghampiri para Abangnya yang sedang duduk anteng di kantin.

"Sini!" kata Tara memberi kode untuk Cira.

"Abang kok masih disini?" heran Cira.

"Sini duduk sama Abang!" kata Bagas menepuk bangku sebelah kirinya. Cira mengiyakan saja.

"Abang kok masih di sini?" ulang Cira.

"Yah, Abang laper, jadi makan dulu," jawab Bagas seadanya. Cira mengangguk.

"Oh iya. kok Abang bebas banget masuk ke sekolah Cira? setau Cira sekolah ini penjagaannya ketat lo." Cira menatap para Abangnya satu perasatu. Cira memang tidak mengetahui kalau para Abangnya adalah bekas murid di sekolah itu. Saat SMP, Cira bersekolah di Paris dan memutuskan untuk melanjutkan SMA-nya di Indonesia.

"Abang udah izin sama kepala sekolah," jawab Bagas berbohong.

"Oh," Cira mengangguk.

Wara menyikut Bagas, mengkode agar Bagas segera menanyakan tentang gank itu pada Cira, seperti yang telah mereka rencanakan.

"Dek?" panggil Bagas.

"Ya?" Cira menghadap ke kanan agar lebih melihat kakaknya.

"Kamu tau soal gank padmarini?" tanya Bagas.

"Padmarini?" gumam Cira, ia nampak berfikir sebentar. Namun, tiba-tiba seseorang menggebrak meja.

Brak!!!

"Udah gue bilang! kecil-kecil udah jadih bitch yah lo!!!" kata seorang gadis, ia menjambak rambuk Cira.

"Lepasin!" Cira mengerang. Sebelum para Abangturun tangan, seorang gadis lain menjambak rambut gadis yang menjambak Cira, lalu dia dorong sampai gadis yang menjambak Cira itu tersengkur.

"Lo!" tunjuk gadis itu pada gadis yang sekarang telah terduduk lemas di lantai kantin. Tidak ada murid selain mereka, dan dengan beraninya gadis itu datang sendirian lalu menjambak Cira di hadapan para Abangnya. Entah untuk mencari perhatian atau apa.

"Jangan ganggu dia! atau nyawa lo, hilang!" kata gadis itu lalu membawa Cira pergi dari kantin. Keempat Abang Cira melongo.

"Kakak?" panggil Cira pada gadis yang sekarang tengah menariknya pelan.

"Tenang!" kata Gadis itu menatap Cira teduh.

Para Abang mengikuti gadis yang menarik Cira, hingga mereka sampai di sebuah bangunan tua terpencil. Tidak ada yang mengetahuinya, bahkan ruangan itu masih di lingkungan sekolah.

"Dia siapa, Bang?" bisik Tara pada Bagas disela acara mereka yang sedang mengikuti Cira dan seorang gadis lain.

"Gak tau bego! kan dari tadi gue sama e'lo," sentak Bagas. "ikutin aja!" Mereka berempat terus mengikuti sampai masuk ke ruangan.

Megah, indah, bersih. Itulah kondisi ruangan yang bahkan terlihat angker dari luar. Namun, begitu sampai di dalam, sangat indah dan nyaman.

"Kau tidak papa?" tanya gadis lain. Setelah Cira masuk, ia bisa melihat 3 orang gadis. Yang satu tengah menatapnya, satu lagi tengah memainkan jari kukunya dan yang terakhir sedang bermain handphone dengan hairphone yang menaut di telinganya.

"Tidak, bukankah kalian yang menolongku kemarin?" kata Cira mengingat bahwa 4 orang gadis telah menyelamatkannya. Cira melihat pakaian 4 gadis itu.

"Kalian kakak kelasku?" tanyanya.

"Iya, sayang," ujar gadis yang tadi menarik Cira.

"Nama kakak siapa?" tanya Cira pada gadis yang menariknya.

"Yara!" kata gadis yang bernama Yara dan menyerahkan tangannya untuk berjabat tangan.

"Cira, kak! kakak cantik banget," ujar Cira terpanah dengan kecantikan Yara, ia tidak bisa melihat jelas wajah mereka kemarin.

"Makasih!" kata Yara.

"Dan mereka?" tanya Cira pada Yara.

"Mereka adalah sahabatku, ayok ke sana!" kata Yara. Mereka berdua menghampiri ketiga sahabat Yara.

"Runi," kata gadis yang memakai jaket hitam yang menutupi sedikit seragamnya.

"Cira kak!" kata Cira menerima salaman Runi.

"Nila," kata gadis berambut coklat.

"Cira, kak." Cira terus tersenyum.

"Kakak?" tanya Cira pada gadis yang sedang fokus pada handphonenya dan terus mengunyah permen karet.

Gadis itu mendongak, lalu ia kembali melihat ponselnya.

"Jangan di bawa hati yah, dia memang seperti itu, panggil saja dia Nala," kata Runi mengusap punggung Cira.

"Gak papa kok kak." Cira tersenyum. "Oh iya. Makasih udah nolongin Cira kemarin," ujar Cira melihat mereka berempat

"Sans," kata Nila. Cira mengangguk.

"Kalian siapa? mengapa kalian bisa di ruangan seperti ini?" tanya Cira.

"Ini markas kami, dan kau adalah orang asing pertama yang kami bawa ke sini," kata Runi.

"Benarkah? kalian mempunyai gank?" tanya Cira antusias.

"Padmarini!" jawab Nala yang sedari tadi diam, ia telah mematikan lagunya sedari Cira datang, ia hanya berpura-pura mendengarkan lagu lewat hairphone.

Sementara Bagas, Wara, Tara dan Buma terkejud dengan penuturan Nala.

"Bang, ternyata anggotanya cewek. Gimana dong?" tanya Tara pada Wara, sekarang mereka tengah menguping dari balik tembok.

"Gak tau, gak mungkin kita lawan mereka," jelas Wara memandang Tara bingung.

"Keluar!" tanpa mereka sadari, Nala telah tepat dihadapan mereka berempat dengan keadaan yang tengah berkacak pinggang menatap mereka berempat datar sambil terus mengunyah permen karet.

"Abang?" kaget Cira setelah mengikuti arah pandangan Nala. Yara dan yang lain tersenyum sinis melihat 4 sosok pria yang tengah gelagapan mencari alasan.

Selepas memberitau nama gank mereka. Nala spontan berdiri lalu pergi ke arah pintu. Cira awalnya hanya memperhatikan saja, tetapi saat melihat mereka semua mengikuti Nala, ia mau tak mau harus melakukan hal serupa. Nala dan yang lain telah tau jika mereka kedatangan tamu tak diundang. Hawanya sangat berbeda

"Hehehe," cingir mereka bertiga, sedangan Buma menatap datar, padahal ia juga cukup syok. Tetap stay cool.

"Sekarang kalian telah tau kan?" tanya Nala, ia tersenyum sinis.

"Pengecut!" kata Nila.

Cira menatap mereka bergantian. "Sebenarnya ada apa?" Batin Cira.

"Siapa yang lo bilang pengecut!" sentak Wara.

"Udah! jangan!" cegat Bagas.

"Ha ha ha, kenapa? takut?" Nala memiringkan kepalanya.

"Siapa yang takut?!" songong Bagas.

"Bocah!" kata Nala lalu meletuskan permen karetnya, setelah itu ia pergi begitu saja.

"Lambat! lo nyari informasi tentang kita selama ini? 1 menit gue udah tau siapa kalian!" kata Nila ikut pergi bersama Nala.

"Maaf, tapi kalian memang lambat!" kata Runi.

"Maafkan sahabatku, mereka memang seperti itu. Jika memang kalian menyari tau tentang kami dan bagaimana kami bisa di sekolah ini, kalian bisa tanyakan pada Cira," kata Yara. Yara dan Runi ikut pergi.

"Aku?" tunjuk Cira pada dirinya. Mengapa dia disangkut pautkan? dia juga tak tau dengan keadaan sekarang."Hei kak, aku tak tau apa-apa!" kata Cira pada Yara yang belum terlalu jauh. Kepala Cira semakin pusing untuk memahami ini semua

"Kau tau, sayang. bertopeng!" satu kata yang membuat pikiran Cira melayang.

"Bertopeng?" kata Cira merusaha mengingat.

"Apa saat pertempuran itu?" gumam Cira yang tidak bisa didengar Abangnya.

"Kau tau siapa mereka?" tanya Bagas.

"Gak tau, Bang. Nantu Cira pikirin, kayaknya pernah terjadi sesuatu deh!" kata Cira yang membuat para Abang bertambah penasaran. Ditambah gank Padmarini mengetahui jika mereka tengah menyelidiki tentang gank itu.

"Yaudah, kita pulang. kamu gak ada mata pelajaran hari ini?" kata Bagas. Sekarang memang belum waktunya pulang. Namun sedari tadi Cira juga tak ada masuk ke dalam kelas.

"Astaga!" Cira menepuk dahinya.

"Si pak bambang hari ini masuk!" kata Cira menatap Bagas dengan cengirnya.

"Bolas aja!" saran Tara.

"Yey, Abang Tara the best!" Cira dan Tara bertos. Sedangkan Bagas dan yang lain geleng kepala.

"Sini, Dek. kamu gak boleh ketularan virus gilanya, Bang Tara. Nanti Abang izinin biar gak masuk dulu!" kata Buma menarik Cira, Cira mengangguk lalu mereka berdua pergi.

"Kita di bilang virus, Bang!" kata Tara tak percaya pada perlakuan adik bontotnya itu.

"Kita? LO AJA KALIK," sentak Bagas dan Wara bersamaan, lalu mereka berdua pergi meninggalkan Tara sendirian di depan bangunan tua.

"Sabar-sabar," kata Tara mengusap dadanya.

"Woy,Bang! jangan ditinggalin napah!"

Saat sampai di kediaman keluarga Bagas. Mereka mendiskusikan kembali tentang mengapa gank padmarini bisa mengetahui jika Bagas dan yang lain sedang menyelidiki mereka. Ini semua sangat membingungkan.

Siapa mereka sebenarnya?

♧♧♧

avataravatar
Next chapter