10 Kantin

"Hallo, bik jumb. Kangen gak sama A'a Tara yang ganteng ini?" sapa Tara pada Bik jum sembari menaik turunkan alisnya.

"Nak Tara ada-ada saja," ucap Bik jum terkekeh.

"Kalian kok bisa ada di sekolah ini lagi?" tanya Bik jum.

"Kita sekolah di sini lagi dong, Bik. Ya nggak Bang," ujar Tara menyenggol Wara yang baru saja sampai di tempat pesanan warung Bik jum.

"Iya," kata Wara malas, habisnya Tara bukan menunggunya malah meninggalkan, kan jadinya sad boy.

"Bik, biasa yah," kata Wara memesan. Yaitu mie ayam 4 dan es teh.

"Ok, tunggu sebentar," ujar Bik Jum yang mereka angguki sebagai balasan.

"Lo kenapa ninggalin gue curut!" Wara memukul pelan lengan Tara yang dibalas dengan cengiran.

"Halah, baperan lo!"

"Bodoamat! tungguin tuh makanan, gue mau duduk!" kata Wara pergi meninggalkan Tara menuju Bagas dan Buma yang sedang duduk dengan kegiatan masing-masing. Bagas yang sedang mengganggu si adik bontot, sedangkan si adik bontot tak menanggapi sedikitpun malah memandangi handphone.

"Cie yang lagi pacaran," kata Wara duduk di depan Bagas dan Buma.

"Urusin noh Abang lo, Bang. Kek ulet, gatel!" sinis Buma.

"Is, kok bilang Abang gitu," cemberut Bagas. "kata pak Ustadz hina Abang dosa loh."

"Kata pak Ustadz bawa nama orang dosa," tajam Buma yang dapat membuat Bagas kehabisan kata-kata.

"Makanan datang," kata Tara dengan membawa nampan diikuti Bik jum membawa nampan yang berisikan minuman. Kemarin Tara membawanya satu persatu.

"Asik! makan!!!" seru Wara memukul-mukul meja.

"Makan! makan! makan!"

"Apasih lo, Bang! kayak monyet tau gak?!" sergah Tara.

"Dia emang monyet!" tajam Bagas.

"Kalian masih sama yah, gak ada yang berubah!" kata Bik Jum sembari meletakan minum di hadapan mereka satu persatu.

"Iya, Bik. Bik Jum apa kabar? pasti kangen sama kita-kita kan!" kata Bagas tersenyum, ia menyalimi Bik Jum sebentar diikuti yang lain.

Bik Jum mengusap kepala mereka satu persatu, mereka memang sangat menghormati orang yang lebih tua. Namun, tak pernah menghormati Abang sendiri.

"Bik Jum kangen sekali sama kalian berempat," ujar Bik Jum tersenyum. "kalau gitu Bik Jum pamit dulu, sudah mau bel istirahat," pamit Bik Jum.

"Iya, dada Bik Jum, jumpe lagi," kata Tara dengan menirukan logat Upin Ipin.

"Dada, Bik," kata mereka bertiga.

Kring!!!

Bel istirahat berbunyi. Namun, gank Bara masih tampak santai dengan beberapa macam makanan ringan di atas meja mereka. Sehabis memakan mie ayam, mereka kembali memesan makanan ringan.

"Oh my god ini apaan, anugrah dari manakah ini!!!" jerit seorang gadis ketiga melihat mereka berempat (gank Bara).

"Gans banget ya Tuhan!!!" jeris gadis lain.

"Oh tidak, kembaran suga hyung ada di sini!!! oh my god!!!"

"Titisan Mas ganteng ada di sini!!!"

"Gue jadi pengen nikah liat ginian ya Tuhan,"

"Pangeran sepatu kacanya mana?!"

"Ada Cogan ke sasar woy!"

Mungkin seperti itulah teriakan para gadis yang baru saja memasuki surga makanan dan langsung di suguhi pemandangan untuk mencuci mata. Sungguh surga dunia.

"Bang, kita banyak fans," ujar Tara terkekeh.

"Halah, mana ada yang suka Curut," tajam Buma.

"Hai, kenalan dong, kalian ngapain ke sini lagi," kata Fanandra memberikan tangannya untuk berkenalan di hadapan Bagas. Mereka yang tadinya ingin menjawab perkataan Buma kini diundurkan karna datangnya seorang gadis di tempat mereka makan.

"Murahan!" tajam Wara.

"Sana lo! jauh-jauh. jijik gue liatnya," ujar Bagas mengibaskan tangannya.

"Jangan gitu dong, sini sama Abang!" ujar Tara yang membuat Bagas dan Wara melotot sedangkan Buma diam tak berminat untuk ikut-ikutan. Sementara Fanandra telah sumringah dan menatap semua orang percaya diri.

"Liat!!! gue digodain dong," ucap Fanandra pada mereka semua dengan pedenya sedangkan Bagas dan Wara semakin memandang Tara tak suka.

Tara bergeser sedikit ke ujung kursi, kursi yang mereka duduki sekarang bentuknya memanjang, bukan bangku yang terpisah.

"Sini duduk," Tara menepuk kursi yang masih tersambung dengan tempatnya duduk tak menghiraukan tatapan menghunus dari Bagas dan Wara.

Fanandra duduk. Namun, penglihatannya ia tujukan pada padra gadis yang sedang berteriak histerir ingin berada diposisinya.

"Halo, nama kamu siapa?" kata Tara dengan nada manis.

"Huek, pengen muntah," ujar Wara semakin melototkan matanya.

"Astaga si Nandra beruntung banget!!!" pekik gadis yang masih menonton mereka.

"Iya, gue pengen. Nan beruntung banget lo," pekik gadis lain.

"Iya dong," kata Fanandra mengibaskan rambunya. Namun tiba- tiba ia disiram menggunakan minuman Tara.

"Cira!!!" kaget Bagas Wara dan Buma, bahkan semua yang tengah memerhatikan mereka menutup mulut tak percaya akan kelakuan Cira. Bisik-bisik mulai terdengar.

"Ih, si Cira berani banget,"

"Iya, habis pasti sama Nandra,"

Bisik-bisik itu sama sekali tak mengganggu Cira sedikitpun, ia malah semakin mempererat kepalan tangannya.

"Bitch? pergi!" kata Cira remeh.

"Lo!" tunjuk Nandra pada Cira.

Plak!!!

Nandra menampar Cira yeng membuat kepala Cira miring. Cira menyungging senyum.

Plak!!!

Cira balik menampar Nandra sedangkan orang yang melihat sibuk menyoraki, ada yang mendukung Cira juga Nandra.

"Lawan, Nan. kalau gue yah, gua gampar balik!" kata seorang cowok memanasi Nanadra.

"Jangan dengerin! lawan terus Cira. Bitch kayak gitu emang harus di gusur!!!"

Para Abang Cira ingin melawan. Namun, Cira telah memberi kode bahwa mereka harus diam di tempat.

Cira mencengkram kerak baju Nandra. "Jadi cewek jangan terlalu murah, jadinya gak berguna! paham!" kata Cira begitu dingin.

"Fanandra!!!" teriak seorang gadis mendekati Nandra. Ia adalah sahabat Nandra.

Cira melihat singkat gadis yang meneriaki nama Nandra lalu ia lepaskan cengkramannya pada kerak baju Nandra.

"Ck. murahan, gak guna!" ujar Cira lalu pergi meninggalkan kantin yang keadaannya sudah seperti pasar.

"Cir, jangan main-main sama gue!" kata Fanandra. Sorak tawa menyelimuti, ia benar-benar telah dipermalukan.

"Kamu gak papa?" tanya seorang gadis tadi pada Fanandra.

"Lo ke mana aja? lo tu gak ada gunanya tau gak?!" bentak Fanandra lalu ia pergi dari kantin menutupi mukanya dan dalam keadaan baju yang basah kuyup.

"Nan tungguin aku!!!" gadis itu ikut pergi meninggalkan mereka semua.

"Huh gak seru!!! masa adegan jambakannya gak ada sih!" ujar seorang tak puas dengan tontonan gratisnya.

"Lo tuh! kalau mau yang seru, sonoh nonton bioskop, gak modal," kata temannya.

"Bodoamat, kuy makan. Sisa waktu istirahat tinggal 10 menit lagi, kasihan cacing peliharaan gue." keadaan kantin kembali tak karuan akibat antrian dari para siswa-siswi yang ingin memberi makan cacing mereka.

"Gila, itu ade gue?!" ujar Bagas tak percaya.

"Dia berani banget, dapat pencahayaan di mana dia?! gue gak nyangka sampai segitunya loh, gue kira dia hanya bakal marahin aja," timpal Tara.

"Jadi lo sengaja manggil Cira?" tanya Wara.

"Iya, setau gue kalau cewek lagi pms itu mudah marah, dan pasti pedes kalau ngoming, gue sempet kirim vn saat tu cewek ngegoda Bang Bagas ke Cira," ujar Tara menjelaskan. Kini pertanyaan di benak mereka bertiga terjawab mengapa Cira bisa datang di waktu yang sangat tepat.

"Drama!" kata Buma yang sedari tadi diam saja.

"Cewek emang gitu, tapi gue masih gak percaya kalau tadi itu ade gue," ujar Bagas.

"Iya, ade gue emang best!" ucap Tara menepuk dadanya bangga, padahal dia hanya kakak angkat saja.

"Ye, ade gue tuh!" ujar Bagas.

"Ade gue," timpal Wara.

"Pokoknya adek gue!" mereka bertiga malah merebutkan Cira.

"Diam! dia waras dan gue waras, berarti dia ade gue!" kata Buma lalu memasang hairphone berjalan keluar kantin dengan memasukan tangan ke saku celananya.

"Adek kita!!!" seru mereka bersamaan lalu berjalan beriringan. Tak ada lagi sorakan karna mereka semua tengah fokus makan, apalagi bel masuk akan segera berbunyi.

*TBC*

avataravatar
Next chapter