20 Kamar mandi

"Kau dari mana?!" Baru saja pulang. Nala dan yang lain telah terpampang nyata di pintu.

Yara menatap datar seolah tak terjadi apa-apa. "Gerah, jadi aku keluar sebentar," ujar Yara ingin melangkah masuk.

Sebelum Yara lolos, Nala menghadang lalu ditariknya seorang Yara dalam dekapan yang begitu menenangkan.

"Kita di sini, dek! Maafin kita yang harus buat lo bersabar ngadepin sifat kita. Jangan gini, Dek! Gue jadi berasa gak ada gunanya," bisik Nala tepat di telinga Yara.

Buliar air nata Yara berhasil lolos dengan begitu saja. Nila dan Runi yang melihat itu semua menjadi berkaca-kaca.

Nala membekap wajah Yara lalu diangkatnya. "Lo sayang kita?" Yara mengangguk. "Kita ini siapa?" Yara menunduk tetapi Nala dengan cepat kembali mengangkat wajahnya. Mata Yara mulai berkaca-kaca, dengan cepat Nala melepaskan tangannya dari pipi Yara dan membiarkan sang empunya memeluk.

"Maafin aku, Aku sudah tak kuat lagi, Kakak." ujar Yara lirih. Nila dan Arunika mulai meneteskan air mata.

"Aku lelah selama 10 tahun ini terus saja merasakan hal yang sama. Tubuhku sudah tidak kuat lagi, Kakak. Maafkan aku," ujar Yara

Nala melepas pelukan Yara lalu ia kembali membekap wajah Yara, diciumnya kening Adik angkatnya itu lama.

"Jangan pernah buat gue merasa gagal menjadi Kakak kalian!" Nala tersenyum memandangi ketiga Adik angkat sekaligus sahabatnya. Mereka semua mengangguk lalu menyeka air mata masing-masing.

Nala kembali melihat Yara. "Berapa jam tadi kau tidur?" Yara cengengesan.

"Lumayan lama, aku pergi tadi pukul 02.00," ujar Yara melihat Nala penuh arti.

"Kau sudah keluar rumah selama 4 jam Ayara!" ujar Nala berkacak pinggang

"Usir dia dari rumah ini! usir dia!!!" Arunika berlarian di dalam rumah seperti orang gila.

"Runi, lo mau gue bawa ke panti sosial?!" teriak Nila tak santai

"Jahat sekali anda Ibu Anila!" ujar Runi berkacak pinggang. Keadaan menjadi hening lalu mereka terkekeh garing bersama. "ha ha ha."

"Eh kalian kok bisa tau aku gak ada di rumah?" tanya Yara tiba-tiba

"Ya pas bangun kita liat gak ada e'lo," ujar Nila santai.

"Tunggu ...."

"Kita telat!!!" heboh Runi kembali berlarian. Bukannya langsung mandi, ia malah berlarian tak tentu arah.

"Dek, mandi!" perintah Nala pada Yara yang diangguki

"Nyonya Arunika berhentilah seperti monyet!" Arunika terhenti akibat perkataan Nila yang begitu kejam.

"Nyonya Anila berhentilah memiliki mulut pedas!" Runi dan Nila terkekeh bersama. Nila merangkul Runi menuju kamar menyiapkan perlengkapan sekolah. Sementara Nala telah berada di dapur untuk menyiapkan sarapan mereka berempat.

Di dalam kamar mandi Yara tengah kebingungan akan isi botol sabun yang tak keluar cairan bening wangi itu.

"Anala!!! Sabunnya habis!" teriak Yara dari kamar mandi

Nala yang telah selesai menyiapkan sarapanpun spontan memukul jidat meratapi kebodohannya.

"Gue beli dulu!" teriak Nala. Dengan langkah seribu Nala pergi ke warung yang untungnya cukup dekat dari kediaman mereka.

"Arg! Nala!!!" geram Yara dari dalam kamar mandi. Teriakan Yara berhasil membuat Nila dan Runi kaget dan langsung menghampirinya.

"Ada apa?" kata Runi cemas. Pikirannya telah melayang entah ke mana.

"Sabunnya habis!" ujar Yara dengan nada Sebal

"Bhakhakhak. Kasian banget sih lo," ucap Nila terbahak tak tertahan.

"Yara lo masih di dalam kan?" teriak Runi dengan botol sabun di tangan kanannya. Tadi setelah Yara menyatakan masalahnya Runi dengan cepat mengambil bahan yang diperlukan oleh sahabatnya itu.

"Iya! Kak Arunika tolong saya dong!" Mohon Yara dari dalam kamar mandi.

"Ini sabunnya, makanya lain kali jangan ceroboh!" nasehat Runi. Yara membuka sedikit pintu kamar mandi lalu mengeluarkan tangannya.

Runi memberikan sabun yang memang sudah ia stok dari kapan tahun pada Yara.

"Makasih!!!" teriak Yara. Runi dan Nila melenggang pergi kembali ke kamar, kini tinggal buku Yara yang belum siap. Mereka sekelas dan sudah pasti mata pelajarannya sama.

"Yara!!!" teriak seorang gadis di amban pintu kamar mandi

"Iya?!"

"Ini sabunnya!" Itu adalah Anala yang baru saja pulang dari warung selepas membeli sabun

"Udah ada! Runi yang kasih!" Nala menatap datar. Kalimat Yara membuatnya mengusap dada sabar.

"Ruguiin duit saya saja anda!" Nala memukul pintu lalu kembali pergi ke dapur dengan amarah menggebu.

Di tengah acara mandinya, kini pintu kamar mandi terus diketuk tak ada henti.

"Nyonya Ayara anda sangat lama! gue juga mau mandi! ntar kita telah ah elah!" teriak Nila dengan terus menggedor pintu

"Bentar! aku gak lama lagi!" teriak Yara. Padahal ia masih keramas.

Dor! Dor! Dor!

"Cepetan! udah mau setengah tujuh, Ayara!" teriak Runi ikut menggebrak pintu

"Iya!"

Nila dan Runi mendengus kesal meratapi bahwa di kediaman mereka hanya mempunyai satu kamar mandi.

Nila mendengus akan Yara yang tak kunjung keluar. Sementara Runi yang tengah melipat tangan di dada dengan kaki yang terus dimainkan.

Dor!

"Cepetan!" teriak Nila sekali lagi. Kini Yara telah menyelesaikan aktivitasnya dan menampilkan cengiran memandang kedua Kakaknya yang tengah memberikan tatapan menghunus.

Nila dengan sigap memasuki kamar mandi sebelum Runi menyalip.

"Nil, cepetan!" Baru saja masuk sudah disuruh cepat keluat. Dasar Arunika.

"Yang sabar," ucap Yara memegang bahu Runi menyemangati. Runi melihat Yara datar.

Yara melenggang pergi dari hadapan Runi dengan baju mandi yang mebalut tubuh.

"Cepetan!" Runi kembali berteriak. Terus meneror Nila dengan cara menggedor pintu.

"Ah elah! berisik banget sih lo!" ujar Nila judes setelah selesai dengan mandi bebeknya. Runi tak membalas itu semua dan langsung masuk ke dalam kamar mandi.

"Ye! Dasar Adik biadap!" umpat Nila kesal

☆☆☆☆☆

"Kalian ini kenapa?" tanya Nala melihat Yara dan Nila yang kini ingin sarapan.

"Yara lama banget mandinya! mana si Runi gedor pintu mulu. Bikin gue gak fokus mandi aja," adu Nila melirik Yara sinis

"Emang mandi harus fokus yah?" tanya Yara memiringkan kepalanya melihat Nila.

"Yaiyalah, bukannya gigi nanti malah yang gue sikat mata!" ujar Nila melotot

Yara menggaruk tengkuk yang tak gatal kembali menampilkan cengiran. Nila memutar mata malas itu semua. Sementara Nala mengambilkan nasi untuk mereka berdua yang telah ia ubah menjadi nasi goreng.

"Makasih," ujar Yara menampilkan senyumnya

"Makasih," ujar Nila. Nala mengangguk lalu mengambil satu lagu piring dan menyendoki nasi ke atasnya.

"Lo gak mandi dulu?" tanya Nila yang bingung dengan perbuatan Nala

"Ini buat Runi, bentar lagi dia pasti ke sini," ujar Nala yang mereka berdua angguki

"Hay semua," ujar Runi sambil melompat-lompat kecil kegirangan seperti anak kecil. Sangat pas dengan Nala yang telah selesai menyendoki nasi.

"Ini, gue mandi dulu," ujar Nala memberikan piring yang telah terisi nasi goreng

"Gak makan, Nal?" tanya Runi

"Gue mau mandi dulu, makannya gampang," ucap Nala lalu melenggang pergi. Ketiga Adiknya menatap iba. Setelah Nala sudah tidak terlihat lagi, tatapan menghunus Nila dan Runi di tujukan pada seorang Ayara yang telah habis melahap nasi.

Yara yang tengah minum, merasa sedang diperhatikanpun menengok. Susah payah ia meneguk air yang kini telah habis akibat tatapan dari kedua Kakaknya.

"Nanti gue buatin kue," ujar Yara mengambil dua helai kue dan mengolesinya dengan coklat.

Nila dan Runi geleng kepala dibuatnya.

"Kenapa sabunnya udah habis!!!" teriak Nala dari arah kamar mandi yang membuat mereka menutup kuping. Nila melihat ke arah Yara dengan tangan masih menutup kuping. Yara menggeleng kuat. Kini Nila dan Yara kompak melihat Runi yang dibalas dengan jari yang berbentuk "V".

"Pis, habisnya lucu sabun bisa ngeluarin gelembung, jadi gue permainin deh, hehehe." Nila dan Yara kompak membulatkan mata.

"Salahin Runi, Nal!!!" teriak mereka berdua.

"Maafkan saya Bundahara!!!" teriak Runi

Nala yang mendengar itu semuapun mengetatkan rahang. Baru saja sekali pencet sabunnya sudah tidak keluar. Terpaksa harus mandi dengan sisa sabun yang tersisa.

avataravatar
Next chapter