webnovel

BAB 7 - Menggendongnya

Kringgg~~~ Kringgg~~~

Bel pulang sekolah telah berbunyi, Diah mengemasi barang-barangnya dan memasukannya ke dalam tas, sebagian buku tidak muat di dalam tas karena seragam sebelumnya ia masukan ke sana hingga membuat tasnya terlihat penuh.

Memang sekarang Diah masih mengenakan kaos olahraganya selama pelajaran berlangsung karena tidak sempat mengganti seragamnya, untung saja gurunya bisa memakluminya.

Diah merasakan tasnya sangat berat apalagi di tambah dengan buku-buku di lengannya, ia bangkit dengan hati-hati agar tidak memperburuk kakinya tetapi tetap saja kakinya tidak bisa menopang dengan benar dan akhirnya buku-bukunya jatuh.

Maja yang melihat hal tersebut segera menghampirinya dan membantu mengambil buku-buku yang berserakan di lantai.

"Biarkan aku membawanya."

Diah tersenyum padanya. "Terima kasih."

"Jangan sungkan," katanya sambil meraih sebelah tangan Diah. "Ayo aku akan membantumu berjalan."

Diah tidak sungkan dan menggunakan lengan Maja untuk menompang tubuhnya dan berjalan dengan perlahan untuk meminimalisir penggunaan kakinya. Untung saja Maja teman sekamarnya bersedia membantunya untuk kembali ke asrama karena kalau tidak dia akan berjalan terpincang-pincang dan akan memperburuk lukanya.

oOo

Rifan membuka matanya ketika mendengar bel pulang berbunyi, ia merenggangkan tubuhnya sejenak kemudian bangkit dari ranjang UKS. Ia melihat UKS masih lenggang seperti ketika dia datang tadi dan tidak ada tanda-tanda orang yang masuk. Ia berjalan untuk keluar dari sana tetapi tanpa sengaja kakinya tersandung sesuatu, dia memnunduk dan melihat sepatu kecil berwarna putih, ia membungkuk dan mengambil sepatu tersebut.

"Sepertinya ini sepatu gadis kecil itu." Rifan memutar-mutar sepatu tersebut dan membandingkannya dengan miliknya. "Kecil sekali," gumannya.

Ia mengalihkan pandangannya ke arah jam dan menyeringai. "Sepertinya gadis kecil itu membutuhkanku untuk mengantarkannya."

Dia bersenandung pelan dan berjalan membuka pintu UKS, para murid sebagian besar telah kembali ke asrama atau masih di sekolah untuk mengerjakan suatu hal.

Dia menaiki tangga ke lantai dua dan berjalan melewati koridor untuk menuju kelasnya, di lantai dua sudah terlihat sepi dan hanya beberapa murid yang melakukan piket. Untung saja kelasnya tidak terlalu jauh dari tangga dan tidak butuh lama untuk dia mencapai di sana.

Rifan membuka pintu dan melihat kelas yang sudah sepi, ia tidak melihat keberadaan Diah dan hanya melihat teman sekelasnya yang bertugas membersihkan kelas, ia menghentikan salah satu dari mereka dan bertanya mengenai Diah.

"Lo liat cewek yang duduk sebanggu sama gue?" tanyanya sambil menunjuk bangkunya.

Pemuda yang mengenakan kacamata sedikit membenarkan kacamatanya kemudian menjawab pertanyaan Rifan. "Ah anak baru itu? Kurasa dia sudah kembali ke asrama."

"Kembali?" Rifan mengernyitkan dahinya mendengar Diah kembali padahal kakinya terkilir. "Sendiri?"

Pemuda itu menggelengkan kepalanya. "Tidak, dia bersama Maja yang membantunya berjalan."

Tanpa sadar Rifan menghela nafas lega mendengar Diah tidak pulang sendiri dan ada yang membantunya.

"Terima kasih," ucapnya singkat kemudian pergi meninggalkan kelas.

Pemuda berkacamata itu melihat kepergian Rifan kemudian mengeluarkan ponselnya dan memasuki subforum baru, ia tertawa hingga bahunya bergetar hebat dan membuatnya mendapatkan teguran dari teman piketnya.

"Jangan tertawa! Cepat bersihkan lantainya! Gue ingin segera kembali."

Pemuda berkacamata itu menghentikan tawanya dan memasukan ponselnya kembali ke saku celananya dan melanjutkan kegiatannya untuk membersihkan kelas.

oOo

Sekarang mereka telah sampai di depan asrama perempuan dan melihat tangga yang menjulang di depan mata mereka, Maja melihat pergelangan kaki Diah dan merasa khawatir jika akan memperburuk kakinya jika mereka naik tangga hingga lantai 5.

"Sekarang aku menyesal mendapatkan kamar di lantai 5," keluh Maja sambil mendudukan Diah di kursi di dekat tangga.

Diah mengikuti pandangan Maja dan melihat anak tangga yang sangat banyak. "Sekarang bagaimana?" katanya dengan suara pelan.

"Aku akan naik dulu dan meminta bantuan Siti atau Ines, kemungkinan besar mereka sudah ada di kamar," kata Maja menawarkan ide.

"Bukankah lebih baik menelpon mereka?" Siti dan Ines adalah teman sekamar Diah lainnnya tetapi mereka berbeda kelas.

"Maaf aku meninggalkan ponselku di kamar karena baterainya habis dan aku tidak hafal nomor telpon mereka," jawab Maja sambil meringis.

"Jika seperti itu, kamu naik dulu untuk memanggil mereka dan maaf merepotkan kalian." Diah merasa tidak enak membuat mereka menolongnya.

"Baiklah aku akan naik dulu." Maja mengambil alih tas dan buku-buku Diah kemudian membawa ke atas.

Diah menghela nafas dan menatap kakinya yang terbalut perban dan menggunakan sandal yang dia pinjam dari UKS, sepatu miliknya tertinggal di sana dan lupa ia ambil. Sepertinya besok dia harus mampir ke UKS untuk mengambil sepatunya kembali.

Di sisi lain Rifan melihat Diah tengah duduk di kursi dekat tangga sambil menghela nafas dan memainkan ponselnya, ia menyeringai dan melangkahkah kakinya untuk mendekatinya.

"Ini milikmu?" Rifan menyodorkan sepatunya di depan Diah hingga mengejutkannya.

Diah sangat terkejut melihat sesuatu di sodorkan padanya dan mendengar suara familiar yang mengganggu pikirannya, ia mendongakan kepalanya dan melihat Rifan berdiri di depannya sambil memegang sepatunya.

"Bagaimana bisa kamu di sini?" tanyanya sambil mengambil alih sepatunya dari tangan Rifan. "Terima kasih," ucapnya dengan pelan.

"Aku mencarimu ke kelas tetapi kamu tidak ada di sana, kata salah satu dari mereka kamu sudah kembali ke asrama bersama temanmu, jadi aku menyusul." Rifan melihat anak tangga yang menjulang dan menatap kaki Diah. "Lantai berapa?"

Diah ragu menjawab pertanyaannya tetapi dia dengan pelan mengatakannya. "Lantai 5."

Rifan mengernyitkan dahinya mendengar bahwa kamarnya berada di lantai 5, jika seperti ini akan membuat kaki Diah bertambah parah jika harus naik-turun setiap hari. Sepertinya dia harus mengorbankan tubuhnya untuk mengantarkan Diah ke kelas selama masa kesembuhannya.

"Naiklah!" Rifan berlutut didepan Diah dan menawarkan punggunya.

"Apa yang kau lakukan? Diah terkejut melihat Rifan.

"Apa lagi? Aku akan membantumu naik ke lantai lima," jawab Rifan santai.

"Tapi ini asrama perempuan dan kamu tidak bisa memasukinya," kata Diah memperingati.

Rifan memutar matanya tidak sabar dan berdiri dihadapan Diah. "Lagipula aku tidak akan melakukan apapun di asrama perempuan, aku hanya akan mengantarmu ke kamar."

"Kamu akan mendapatkan poin jika melanggar," katanya memperingati sekali lagi.

"Tidak apa-apa, lagipula aku tidak peduli." Rifan memiliki banyak poin kontribusi dari lomba yang dia menangkan dan tidak akan habis bahkan jika dia lulus.

Diah menggigit bibirnya dan menguntuk Rifan dalam hati, berandalan tetap berandalan, dia tidak peduli dengan peraturan dan malah menganggapnya bahwa aturan itu dibuat untuk dilanggar. Orang seperti ini memang pantas dijauhi dan Diah tidak boleh terlibat olehnya.

"Tidak perlu, temanku akan datang membantuku," kata Diah menolaknya.

"Terlalu lama!"

Dengan tidak sabar Rifan menyentuh pinggang Diah dan membawanya ke gendongan, ia menahan kakinya dengan lengan dan perlahan menaiki tangga. Sebenarnya dalam posisi ini dia merasa lebih kelelahan, tetapi Diah tetap keras kepala dan tidak membiarkannya membantunya.

"Apa yang kau lakukan?" Diah sangat terkejut melihat perbuatan Rifan dan mencoba memberontak agar turun.

"Diam lah jangan banyak bergerak, aku akan membantumu naik ke lantai 5." Rifan menyesuaikan Diah dalam gendongannya agar tidak jatuh.

Diah mencoba sekali lagi untuk membujuk Rifan. "Tapi jangan menggendongku di depan, bukankah tadi kau menggendongku di belakang punggung, apakah tubuhmu tidak sakit karena memar?."

Rifan dengan cepat mengubah ekspresinya seolah kelelahan. "Punggungku lelah setelah menggendongmu dan tubuhku sudah tidak sakit lagi setelah mengoleskan obatnya," elaknya dengan omong kosong.

Wajah Diah memerah karena mendengar perkataannya yang tersirat, bukankah itu seperti dia mengejeknya karena berat?

"Aku tidak berat! Tubuhmu lah yang terlalu lemah!" dengan berani Diah melototkan matanya.

"Lemah? Kau mengatakan aku lemah?" Wajah Rifan tidak percaya mendengar perkataan Diah.

Diah mengangguk dengan kuat. "Bukankah aku lari lebih cepat darimu saat di lapangan tadi, bahkan saat menggendongku kau terlihat kelelahan padahal berat badanku hanya 40kg!"

Rifan sangat canggung setelah mendengar perkataan Diah, ia memang jarang berolahraga dan lebih sering berkutat di depan laptopnya, dia sadar fisiknya sedikit lemah tetapi dia tidak mau mengakuinya. Jika bukan karena desakan Pak Eko selama ini dia tidak akan pernah berolahraga.

"Kenapa diam? Sadar ya?" dengan kesal Diah memarahi Rifan.

Wajah Rifan tidak enak di pandang dan merasa malu setelah mendengar perkataannya. "Diamlah!"

Diah menutup mulutnya dan tersadar dengan apa yang baru saja dia lakukan, berani sekali dirinya mengejek Rifan lemah, setan apa yang merasukinya hingga berani mengatakan hal tersebut. Diah meruntuki dirinya sendiri dan berfikir bagaimana nasibnya nanti, padahal dia telah berniat menjauhi Rifan tetapi mengapa dia selalu terlibat dan tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri.

Di ujung tangga lantai lima, tiga orang perempuan tengah berdiri dengan tatapan tidak percaya melihat dua orang yang tengah bertengkar selama perjalanan dan tidak memperhatikan keadaan sekitar. Tidak ada satupun yang berani memecah atmosfer dan menyadarkan mereka berdua.

Diah merasa canggung dan mengalihkan pandangannya dari Rifan, tanpa sengaja tatapannya jatuh pada ketiga temannya yang tengah melihatnya dalam diam tanpa bergerak. Diah sangat terkejut sekaligus malu karena terpergoki, tanpa sadar dia cegukan dan membuat Rifan melihatnya.

"Hikkk…. Hikkk…. Hikkk…."

Rifan menurunkan pandangannya dan melihat Diah cegukan sambil menatap ke depan dengan mata melebar, ia bingung dan mengikuti arah pandangannya dan melihat tiga orang gadis tengah menatapnya.

Suasana sangat canggung dan Rifan melirik Diah di gendongannya, tangannya menahan punggung dan lutunya dalam gendongan dan Diah mengulurkan sebelah tangannya untuk merangkul lehernya, sedangkan tangan satunya ia gunakan untuk memegang sepatu. Sungguh sangat canggung apalagi di tatap oleh orang lain.

"Teman sekamarmu?"

Suara Rifan memecah suasana dan menyadarkan semua orang, dengan kaku Diah menganggukan kepalanya dan tidak berani mengeluarkan suaranya.

Rifan menghela nafas dan melangkahkan kakinya untuk mendekati mereka bertiga. "Dimana kamar kalian?"

Dengan suara sedikit gemetar Maja menunjukan pada Rifan. "Di sana, aku akan menunjukkan jalan," tunjuknya sambil menunjukan arah kamar mereka.

Rifan mengikuti Maja dan meninggalkan dua orang gadis yang masih terdiam sambil melihat kepergian Rifan dan Diah, mereka masih tidak percaya melihat pemandangan di depan mereka. Rifan sangat terkenal sejak memasuki sekolah ini, kejeniusannya sudah menyebar dan sering memenangkan berbagai lomba, tentu saja banyak yang menyukainya terutama perempuan dan dia sering mendapatkan surat cinta atau pengakuan dari mereka.

Tetapi dia menolak mereka semua dengan tegas dan mengatakan agar mereka tidak mengganggunya lagi dengan hal tidak berguna seperti itu. Ia bahkan mengatakannya di depan semua murid bahwa dia hanya akan menjalin hubungan dengan gadis yang dia kejar dan berharap mereka tidak menyebabkan masalah di masa depan. Perilakunya yang tegas dan berani membuat semua orang mengaguminya dan berhenti mengganggunya lagi, sejak saat itu tidak ada yang mengutarakan perasaan pada Rifan atau meletakan surat cinta yang memenuhi laci mejanya.

Mereka malah akan mendukung gadis beruntung yang akan menarik perhatian Rifan dan tidak keberatan jika dia berhubungan dengannya. Mereka sudah tahu watak Rifan yang keras dan tidak bisa mengubah keputusannya, oleh sebab itu mereka tidak akan menghalangi kebahagiaannya.

Kedua gadis itu dengan serentak mengeluarkan ponsel mereka dan memasuki subforum baru untuk membahas apa yang baru saja terjadi.

-TBC-

~Forum Sekolah~

Sub Forum : RIFAN GET OUT!!!

Pengirim : @pejalankaki

Topik : Rifan mengejar cewek

Mungkin kalian sudah tahu bahwa Rifan menyebabkan cewek terkilir dan dia menggendongnya ke UKS. Tadi gue melihat Rifan kembali ke kelas untuk menanyai cewek itu dengan wajah khawatir, apa sekarang dia mulai mengejar cewek?

Komentar :

@TapTapLove benarkah? sekarang dia tertarik sama cewek?

@dilandakesunyian apa dia sengaja menabrak gadis itu dengan modus menggendongnya?

@butuhkehangatan cara mengejarnya sungguh unik dan langsung tancap gas! gak perlu basa-basi langsung tabrak aja untuk menggendongnya *wajah iri*

@toohandsome gue merasa minder dengan teknik mengejar cewek Rifan

@rosebukanmawar tebak apa yang baru saja gue lihat!?!?!? *wajah memerah*

@gilagame cihhhh jangan main tebak-tebakan dan katakan saja dengan jelas, awas saja menyimpang dari topik

@bungakecil kyaaaaaa gue dan @rosebukanmawar melihat Rifan menggendong cewek itu hingga mengantarkannya ke lantai 5

@LeaderToFeature pffftttt ayam lemah itu kuat menggendongnya hingga lantai 5? *tertawa setan*

@toohandsome sialan gue ingin melihatnya hahahahaha *tertawa setan*

Jika kalian memiliki pertanyaan, kalian bisa DM IG destiyana_cindy94 saya lebih sering aktif disana sehingga dapat membalas pesan lebih cepat.

Destiyana_Cindycreators' thoughts
Next chapter