23 Mungkinkah?

Kaino menatap Taera dan Ardilo yang sedang bercanda dan makan berdua. Hatinya terasa tak karuan. Dia sudah memendam rasa yang lama untuk Taera. Tapi karena nama persahabatan, dia belum berani mengungkapkan perasaannya hingga dia keduluan oleh Ardilo.

Saat Kaino hendak berbalik pergi, Ardilo melihatnya. Dia sudah terlalu hafal Kaino bahkan dengan melihat punggungnya saja dia bisa tahu bahwa dia adalah adik tingkatnya yang selalu baik kepadanya.

"Kai!" panggil Ardilo. Taera yang sedang makan pun langsung melihat ke arah Kaino.

Mau tak mau Kaino menghampiri mereka dengan perasaan campur aduk. "Eh bang Ardi sama Taera. Lagi makan nih? Gue nggak lihat tadi," kata Kaino ngeles. Dia berusaha untuk tersenyum di depan mereka berdua. Sayangnya Ardilo terlalu peka kalau Kaino seperti menyembunyikan perasaannya.

"Masa sih nggak lihat? Kan lo barusan dari sini," tanya Ardilo.

"Gue... gue tadi lihat-lihat aja dulu. Nggak tahu kalau ternyata ada kalian. Karena gue nggak jadi beli makanya gue mau pergi," jawab Kaino.

"Oh gitu. Lo udah makan belum?" tanya Ardilo ramah.

"Belum nih, bang," jawab Kaino. Dia memang lapar karena belum makan dari tadi. Dia mau bilang enggak tapi capek bohong mulu dari tadi.

"Ya udah makan aja dulu. Mau gabung nggak?" tanya Taera menawarkan Kaino untuk bergabung dengan mereka.

Dalam hati Kaino merutuki sikap Taera yang sangat polos. Ya kali Kaino ikut makan bareng mereka berdua dan melihat ke-uwu-an mereka. Dia tidak akan sanggup. Melihat mereka duduk berdua saja Kaino udah cemburu. Apalagi ikut makan bareng. Rasanya Kaino ingin mengelus dadanya dan berkata sabar.

"Nggak usah deh. Gue mau jalan-jalan dulu. Cari jajanan lain," kata Kaino.

"Lo nggak ganggu kok. Tenang aja," kata Taera.

Gue yang keberatan kalau dia makan berdua bareng kita sayang. Kapan kita pacarannya, batin Ardilo. Walaupun dia juga agak gemes dengan sikap Taera, tapi dia berusaha mengerti bahwa Kaino adalah sahabat Taera. Dia tidak boleh cemburu.

"Nggak. Nggak usah. Gue duluan ya. Nikmati makan berduanya. Bye," kata Kaino berpamitan.

Ardilo tampak sedikit lega sementara Taera sedikit kecewa.

"Yah.. kasihan Kaino makan sendirian," gumam Taera.

"Ya mau gimana lagi, dia nggak mau gabung sama kita. Ya udah lanjutin makannya yuk," kata Ardilo kemudian tersenyum manis pada Taera.

"Ah..iya kak," kata Taera kemudian makan kembali.

Sebenarnya apa mereka cuma sahabatan aja ya? Apa mungkin Kaino nggak ada perasaan apapun ke Taera? batin Ardilo.

***

Kaino melanjutkan perjalanannya menyusuri jalan samping kampus yang menjual berbagai makanan. Dia kemudian berhenti di sebuah kedai mie ayam yang biasanya digunakan nongkrong oleh dia dan Taera. Dia kesana, sendirian. Setelah memesan mie ayam premium dan es jeruk, dia duduk di salah satu meja.

"Seandainya gue duluan yang bilang kalau gue suka sama lo, apa lo akan nerima gue ya, Tae?" gumam Kaino.

***

Sepulang dari kampus, Ardilo langsung mencari Kaino. Anak-anak pada nongkrong di ruang tengah sambil nonton TV. Tapi karena nggak menemukan Kaino disana, Ardilo langsung masuk ke kamarnya tanpa ngobrol-ngobrol dahulu.

Dia langsung menaruh tasnya, cuci tangan dan kaki, serta ganti baju. Setelah itu Ardilo pergi ke kamar Kaino kali aja dia udah pulang.

Saat itu, Kaino baru saja pulang ketika Ardilo mau mengetuk pintu kamarnya.

"Kenapa, bang?" tanya Kaino.

"Oh.. lo baru pulang?" tanya Ardilo balik.

"Iya. Kenapa? Tumben mau ke kamar gue?" tanya Kaino sambil mencari kunci kamarnya di tas.

"Gapapa. Ada yang pengen gue obrolin sama lo," jawab Ardilo.

Kaino akhirnya menemukan kunci kamarnya dan membuka pintu kamarnya.

"Masuk dulu, bang," ajak Kaino.

Ardilo pun masuk ke kamar Kaino yang tertata rapi. Baru kali ini Ardilo masuk ke kamar Kaino. Kaino memang anak yang sederhana dan minimalis. Ardilo sangat kaget saat menemukan sebuah foto dalam bingkai kayu yang terletak di meja nakas dekat tempat tidur Kaino. Foto Kaino dan Taera yang sedang berpose ketika makan bareng.

Kaino dapat melihat Ardilo yang kaget saat melihat foto itu. Dia pun segera memberikan penjelasan.

"Itu foto waktu gue sama Taera baru jadi maba. Mungkin sebelum lo kenal dia bang. Gue kenal Taera sejak ospek. Dia yang nolong gue waktu gue mau pingsan. Dia yang kasih minum ke gue. Sejak saat itu gue sahabatan sama dia," jelas Kaino.

Ardilo manggut-manggut aja. Kaino merasa kalau Ardilo sebenarnya cemburu karena Kaino menyimpan foto Taera.

"Sorry gue nggak bermaksud nyimpen foto dia. Tapi itu kado ulang tahun dari Taera. Makanya tetep gue simpen sebagai tanda persahabatan gue dengan Taera. Sorry bang," kata Kaino.

"Gapapa kok. Gue paham. Taera juga berhak punya sahabat walaupun cowok. Sama kayak gue dan Serry yang sahabatan juga. Gue minta maaf sempet curiga. Gue cuma kebawa perasaan cemburu karena gue terlalu sayang sama Taera," jelas Ardilo.

"Iya gue paham bang. Ya... Taera emang sedikit aneh sih. Masa lagi ngedate sama lo malah ngajak gue biar ikutan makan," kata Kaino kemudian tertawa kecil untuk mencairkan suasana.

"Ya.. dia emang polos. Tapi gue bisa merasakam kalau dia kasihan sama lo karena makan sendirian," jelas Ardilo mengingat kejadian tadi.

Kaino hanya tersenyum.

"Ya udah gue balik ke kamar dulu ya. Sorry udah ganggu," kata Ardilo berpamitan.

"Iya gapapa bang," kata Kaino.

Ardilo pun kemudian kembali ke kamarnya dengan perasaan sedikit lega. Ternyata mereka cuma sahabat. Ardilo yakin, Kaino tak mungkin merebut Taera darinya.

***

Saat perjalanan pulang, Taera kepikiran dengan sikap Kaino tadi. Tidak biasanya Kaino terlihat sedih dan menyembunyikan sesuatu. Mendadak Taera sedikit curiga. Apakah mungkin Kaino sedang menyembunyikan sesuatu darinya?

avataravatar
Next chapter