8 BAB 8

Adel berkali - kali melihat ponselnya yang mati layarnya, dia menunggu notif dari Yusuf yang beberapa hari ini tidak dia dapatkan. Yusuf seperti menghilang dan sama sekali tidak memberi kabar Adel.

Adel mendesah keras, ponsel yang ada di tangannya dia letakkan kembali tergeletak di atas meja. Kamar kos nya yang sunyi semakin menambah kerisauannya terhadap Yusuf.

Ting!

Bunyi notif pesan masuk ke ponsel Adel membuat Adel buru-buru melihat ponselnya. Tapi yang dilihatnya bukan pesan dari orang yang ditunggu Adel, pesan itu dari Risa yang mengajaknya pergi nonton di bioskop karena sejak mereka di kampus Rosa sudah meributkan film yang sudah dia tunggu-tunggu sejak lama mulai ditayangkan.

Adel kembali malas, tanpa membuka pesan yang dikirimkan Risa dia kembali melemparkan tubuhnya dan tidak menghiraukan ponselnya yang kembali memberi notif, bukan pesan melainkan panggilan.

Adel sangat tahu siapa yang sibuk menghubunginya saat ini, tebakan Adel adalah Risa karena Adel mengabaikan pesan yang dikirimkan Risa untuknya.

"Please deh! Kenapa sih Kamu? Aku mau istirahat!" Teriak Adel dengan cukup keras saat ponselnya tidak mau berhenti bergetar.

Adel menghembuskan nafas lega saat ponselnya berhenti bergetar, dia sudah sangat malas untuk melakukan apapun beberapa hari ini karena Yusuf yang tidak kabar.

"Sebenarnya apa sih salah aku ke dia? Kenapa tiba - tiba menghilang? Apa aku terlalu lama memberi jawaban? Sepertinya tidak deh, aku meminta waktu sampai dua minggu tapi dalam satu minggu aku sudah memberikan keputusanku." Adel bermonolog, dia yang semakin tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi kembali menerka-nerka.

Adel kembali membanting tubuhnya di atas ranjang setelah dia duduk dan melihat foto Yusuf di meja di kamarnya.

"Aaahhhh! Aku tidak tahu harus melakukan apa? Bunda juga mengatakan kalau nanti anaknya yang tiba - tiba menghilang itu akan kembali dengan sendiri. Yang aku tanyakan adalah, dimana anaknya saat ini? Di tempat istrinya?" Perkataan Adel semakin ngelantur kemana-mana, sampai dia merasakan pusing di kepalanya.

Tok! Tok! Tok!

Adel kembali kesal, pintu kamarnya di ketuk dari depan pertanda ada seseorang yang ingin bertemu dengan dia.

Adel menyeret kakinya dengan malas untuk membuka pintu dan melihat siapa yang ada di depan pintu kamarnya saat ini.

"ADEL!!! YUHUU....." Risa datang dengan pakaian yang sudah sangat rapi dan tas selempang yang melingkar di bahunya.

"Apa sih DEL! Kamu mengganggu tidur ku saja! Kamu ngapain sih datang kemari? Aku ingin tidur dengan nyenyak malam hari ini."

"Oh tidak bisa! Kita harus pergi nonton hari ini, kamu sudah pernah berjanji denganku kalau kamu akan menemani aku kemanapun." Adel mendesah lesu, dia tidak pernah berpikir jika Risa akan mengingatkan tentang janjinya dulu, yang saat itu terjadi adalah Risa yang sedang tertimpa musibah sehingga membuat Risa bersedih berhari-hari dan Adel mengatakan janjinya yang akan selau menemani Adel kemanapun dia pergi.

"Oke-oke! Aku ganti baju dulu, kenapa kamu menjengkelkan sekali sih hari ini?" Adel berbalik dan menuju almari miliknya untuk mengambil pakaian.

Risa tersenyum saat melihat Adel mau melakukan apa yang dia katakan, melihat Adel yang tidak bersemangat seminggu ini membuat Risa merasa bingung.

Risa ingin membuat Adel kembali ceria seperri sedia kala, seperti saat Adel belum mempunyai seseorang yang sekarang berstatus menjadi tunangan Adel.

"Kita mau kemana sih? Aku ingin istirahat saja di rumah, kepalaku terasa berat sekali." ucap Adel berusaha untuk menggagalkan rencana Risa.

Adel merasa malas sekali untuk keluar, di setiap tempat selalu mengingatkan Adel kepada Yusuf yang tidak ada kabarnya seminggu ini.

"Kamu tumben sekali malas? Biasanya kalau aku mengajak kamu ke mall selalu bersemangat," keluh Risa mendengar gerutuan Adel.

Adel merasa tidak enak hati karena sudah membuat Risa bersedih, meski temannya ini selalu mengganggunya Rosa tidak pernah menyakiti hati Adel.

"Baiklah, ayo kita pergi! Aku ambil tas dulu." Senyum Rosa kembali mengembang. Risa kembali ceria dalam waktu yang cepat setelah merasa sedih karena penolakan Adel.

"Del, sebenarnya kamu sedang masalah ya? Kenapa beberapa hari ini kamu terlihat murung? Apa karena kak Yusuf?"

Adel tidak jadi mengambil tas selempang miliknya, pertanyaan Risa membuat Adel kembali mengingatkan Adel kepada Yusuf.

Adel duduk termangu di sofa, Yusuf pergi tanpa ada pesan. Apakah Adel pernah membuat suatu kesalahan? Adel tidak pernah tahu.

Adel memejamkan matanya, mulai menetralisir gundah di hatinya. Menghembuskan nafas panjang lalu mengubah wajahnya dengan tersenyum.

"Ayo kita berangkat!"

Adel menarik tangan Risa untuk segera keluar dari kamar kos nya, Adel tidak ingin Risa menilai Yusuf buruk jika Adel menceritakan semua yang dilakukan Yusuf kepadanya.

Risa sudah mengetahui apa yang terjadi antar Adel dengan Yusuf, meski awalnya Risa marah kepada Adel karena merasa ditikung Adel.

Pertunangan Adel dan Yusuf sudah resmi setelah dua hari Adel menjawab lamaran Yusuf di rumah Yusuf. Kedua orang tua Adel sangat bahagia terutama bunda Adel.

Adel cukup bahagia saat melihat wajah yang selalu dihiasi dengan kerutan kesedihan di wajahnya bisa tersenyum bahagia.

Ya. Bunda Adel juga merasakan kesedihan yang dirasakan Adel akibat kehilangan seorang anak laki-lakinya, kakak Adel yang mendapat tugas di luar negeri sebagai seorang angkatan bersenjata sampai detik ini tidak ada kabar. Semua sudah berusaha untuk mengetahui dimana Dimas, kakak Adel berada.

Adel ingin melihat bundanya bahagia setelah air mata bundanya mengalir di setiap malam.

Adel tahu apa yang selalu disembunyikan oleh wanita paruh baya itu, setiap malam Adel selalu mendengar suara tangisan di sela tahajut wanita yang selalu dipanggil Aluna dengan sebutan Bunda itu.

Dan sekarang Yusuf menghilang seperti di telan bumi, Adel sudah berkali - kali menghubungi Bunda Nita tapi jawaban yang diharapkan Adel sama sekali tidak didapatkan.

"Kamu bertengkar ya sama bang Yusuf?" tanya Risa menghentikan Adel yang akan membuka pintu.

"Tidak, memangnya kenapa?"

"Kamu terlihat sangat murung akhir - akhir ini, aku pikir kamu sedang ada masalah dengan bang Yusuf?" Adel tidak jadi membuka pintu dan menyandarkan tubuhnya pada daun pintu yang tepat ada di belakangnya.

"Pria yang kamu tanyakan itu menghilang dan aku sama sekali tidak bisa menghubungi dia. Bundanya juga tidak tahu, bukan, aku kira memang tidak mau memberitahu." jawab Adel dengan suara yang lemah.

Risa memeluk Adel dan berusaha untuk menenangkan Adel. Tangisan yang sejak tadi ditahan oleh Adel akhirnya pecah di dalam pelukan Risa. Entahlah, saat ini Adel merasa sangat bersyukur ada Risa di sampingnya.

"Jangan berpikiran buruk dulu, mungkin ada sesuatu yang sangat mendesak sehingga membuat bang Yusuf tidak menghubungi kamu."

"Memangnya dia pergi ke planet mana sampai - sampai dia dama sekali tidak bisa menghubungi aku hanya untuk memberiku kabar?" tanya Adel dengan nada sedikit meninggi. Risa tidak marah saat Adel membentaknya, yang ada Risa semakin memeluk Adel erat.

"Kita tunggu saja dulu, kamu kembali fokus kuliah. Kamu masih ingat bukan kalau sebentar lagi kita ujian semester?" Adel melepaskan pelukannya dan melihat Rosa dengan tatapan yang tidak percaya.

"Kamu ini benar Risa? Risa temanku yang tidak pernah belajar itukan? Risa yang selalu main game saat besok ujian?"

"Sialan kamu!" Umpat Risa lalu membuka pintu meninggalkan Adel yang masih ada di dalam kamar.

"Hei! Tunggu!" Teriak Adel sambil berjalan cepat mengikuti Rosa yang sudah berada di luar pagar kosannya.

"Pakai ini!" Perintah Risa sambil menyodorkan helm untuk Adel. Adel memakai helm yang diberikan Risa dan duduk di belakang Risa dengan tenang.

"Siap?"

"Let's GO!!!"

avataravatar
Next chapter