25 Bab 25

Adel melihat ponselnya dengan tatapan nanar, pria yang baru saja menghubunginya dan memberi ancaman kepadanya sudah menutup sambungan teleponnya, menyisakan Adel yang kebingungan dengan apa yang sudah baru saja dilakukan oleh pria itu kepadanya.

"Ada ya pria seperti ini? Dia ini sudah salah tapi masih saja bisa mengancam? Hah, lucu sekali dia?" Ucap Adel sambil melihat ke arah ponselnya.

"Memangnya siapa dia, berani menyuruh seorang Adel dan mengancam juga? Lucu sekali," Imbuh Adel sebelum dia menghempaskan ponselnya di atas ranjang karena kesal.

Mau membanting ponsel miliknya? Jelas, tapi Adel merasa sayang jika ponselnya harus rusak hanya gara - gara pria sialan yang berani mengancamnya.

Adel kesal, kepalanya terasa mendidih karena ulah Yusuf. Adel memilih untuk mandi agar otaknya kembali dingin dan juga tenang. Jika mengingat Yusuf, ingin rasanya Adel remas - remas wajahnya yang sok tampan itu dengan kedua tangannya sendiri.

Kesal, marah, benci semuanya berkumpul menjadi satu di kepala Adel saat ini. Semua yang terjadi karena satu pria yang membuatnya kesal dan marah. Pertengkarannya dengan Rania saja tidak sampai membuat Adel semarah ini tapi dengan Yusuf, tanpa pria itu melakukan apapun, Adel sudah sangat marah dengan pria tidak tahu diri seperti dia.

"Kepalaku rasanya berat sekali, pasti akan ada beberapa panggilan di ponselku sebentar lagi. Kenapa dia tidak bisa menjelaskan sendiri semuanya? Pengecut bukan?" Gerutu Adel sambil terus mengguyur kepalanya yang terasa berat.

Adel menyudahi mandinya setelah dia merasa kulit pada jari - jari tangannya mengkerut. semuanya terasa mati rasa setelah dia berada di dalam kamar mandi dengan terus mengguyur tubuhnya.

Ada rasa takut yang luar biasa masuk ke dalam relung hati Adel saat ini. Ketakutan akan kepergian Yusuf yang tidak kembali, sama dengan kakaknya yang sudah satu tahun terakhir pergi tanpa kabar sama sekali.

Adel melihat pantulan wajahnya di cermin, terlihat jelas kalau matanya baru saja mengeluarkan air mata yang tidak sedikit. Bengkak, mata cantiknya bengkak akibat dari dia yang tidak berhenti menangis.

Dering ponsel Adel terdengar di telinga Adel, dengan malas Adel melangkah mengambil ponselnya. Adel melihat siapa yang menghubungi dia dan nomor bundanya yang terpampang di layar ponselnya.

"Haduh, pasti Bunda mau ceramah ini! Pasti si Tuan sok tampan sudah bicara ke ayah atau bunda," Ucap Adel sambil terus menggerutu dan melihat layar ponselnya.

Adel galau, antara menjawab panggilan dari bundanya atau membiarkannya begitu saja. "Angkat tidak ini? Kalau dijawab, bunda pasti memberi ceramah. Bang Yusuf pasti sudah bicara soal permintaanku untuk memutuskan hubungan kami."

Dering ponsel Adel berhenti, Adel menghembuskan nafas lega saat melihat ponselnya tidak menunjukkan panggilan dari bunda tercintanya.

"Assalamualaikum, Bun. Ada apa Bun? Tumben Bunda telepon Adel sore begini?" Sapaan Adel langsung diikuti dengan rentetan pertanyaan dari Adel sendiri padahal seharusnya malah bundanya yang bertanya ini malah Adel karena Adel takut bunda tercintanya bertanya tentang Yusuf.

"Waalaikum salam, ternyata putri bunda masih tahu ya kalau masih punya bunda yang masih hidup?" Tanya Bunda Adel sarkas.

Adel meringis, dia tahu kalau bundanya sedang menyindir dirinya. Adel memang sudah lama tidak pulang ke rumahnya karena dia menghindari pertanyaan tentang Yusuf, Adel menghindari semuanya yang berhubungan dengan Yusuf maupun dengan kelanjutan hubungannya dengan Yusuf selama ini.

"Ya masih dong, Bun. Adel masih ingat kalau bunda dan ayahnya Adel ini masih sehat wal afiat, Bun."

"Ternyata ingatan kamu masih normal, bunda kira kamu sudah lupa ingatan. Syukur kalau kamu masih ingat," Balas bunda Adel sarkas.

"Ya tentu dong Bun, masa Adel lupa dengan bundanya Adel yang cantik ini."

"Kalau kamu masih ingat dengan Bunda, pulang ke rumah sekarang juga. Ada yang ingin bunda dan ayah bicarakan kepada kamu."

"Sekarang, Bun? Sepertinya sih tidak bisa, Bun. Adel ada kerja kelompok yang tidak bisa ditinggalkan, nanti kalau teman Adel menuntut bagaimana? Adel tidak bisa hari ini Bun," Jawab Adel mencari alasan.

Adel sangat tahu apa yang akan dikatakan oleh bundanya kali ini, Adel bisa menebaknya karena kiriman pesan yang dikirimkan oleh Yusuf kepadanya.

Pria itu sudah tidak bisa dihubungi lagi setelah dia menelepon Adel dan mengatakan semua ancaman yang diperuntukkan untuk Adel bahwa Adel tidak ada hak untuk mengembalikan pertunangan mereka berdua.

"Kalau sekarang tidak bisa, besok bunda tunggu di rumah dan kamu harua datang. Awas saja kalau kamu mengarang alasan lagi!"

Suara bunda Adel menghentakkan Adel kembali ke dunia setelah tidak sengaja Adel mengingat apa yang dilakukan oleh Yusuf kepadanya.

"Iya Bun, besok Adel usahakan."

"Jangan hanya diusahakan tapi kamu harus datang tanpa bantahan apapun."

Adel meringis, bunda dan perintahnya tidak bisa diabaikan oleh Adel kalau Adel tidak mau menghirup bau neraka karena sudah membuat bundanya marah.

"InsyaAllah, Bun."

"Bunda tunggu besok di rumah, tidak ada tapi - tapian dan alasan apapun lagi. Assalamualaikum,"

"Waalaikum salam," Adel menjawab salam dari bundanya sambil memejamkan matanya erat. Adel akan menghadapi perdebatan yang hebat sepertinya besok, dia harus mempersiapkan semuanya dengan sebaik-baiknya hari ini sebelum telinganya terasa panas karena mendengar omelan wanita tercintanya esok hari.

"Yang pasti besok bunda akan membahas pertunangan Adel, jadi apa yang harus Adel lakukan besok ini? Alasan apa lagi agar Adel tidak pulang? Haduh, kenapa jadi rumit seperti ini sih? Bukannya putus semua hubungan setelah mengatakannya pada orangnya, tapi ini malah ribet seribet - ribetnya." Keluh Adel sambil terus memukul - mukul kepalanya dengan perlahan.

Semua rencana Adel hilang dan berantakan karena panggilan dari bunda tercintanya. Adel tidak bisa melakukan apa - apa jika sudah berhubungan dengan sang bunda, wanita yang menentukan surga bagi Adel saat di akhirat nanti.

Ish... Adel ngomong apa sih? Kenapa malah nglantur sampai akhirat segala? Sekarang yang harus Adel pikirkan, bagaimana menghadapi bunda dan ayahnya besok? Apa yang akan Adel jelaskan jika kedua orang tuanya bertanya tentang keputusan Adel yang memutuskan pertunangan dengan sepihak sedangkan ayah Adel sudah jelas tahu apa yang sedang dipermasalahkan oleh Adel selama pertunangan mereka berdua.

"Ah... Aku pusing! Kepalaku rasanya berkunang - kunang membayangkan masalah yang akan aku hadapi besok," Teriak Adel sambil menenggelamkan wajahnya di bantal agar suaranya tidak terdengar sampai keluar kamar.

"Aku bisa gila kalau seperti ini, ini tidak boleh terjadi karena aku tidak ingin apa yang aku inginkan gagal hanya gara - gara si pria tidak bertanggung jawab itu mengadu pada ayah dan bunda. Aku harus bisa menjawab semuanya besok karena aku tidak mau terperosok untuk kedua kalinya."

avataravatar
Next chapter