24 Bab 24

Adel sudah sampai di tempat kos nya, ada sebuah rindu yang sangat besar dalam hatinya saat melihat wajah dari pria yang pernah ada di dalam hatinya.

Egois yang tinggi di dalam hatinya masih sangat mempengaruhi semua keputusan yang dia ambil apalagi melihat wajah Yusuf yang melihatnya saat pertama kali tadi terlihat jelas jika pria itu sangat menyesal.

"Dia datang kemari apa tidak ya? Atau dia benar - benar berpikir kalau aku marah dengan dia? Bagaimana kalau dia tidak memberikan penjelasan apa-apa kepadaku? Bukannya dia juga termasuk pria yang egois jika melakukan hal itu?"

Adel terus berbicara sendiri sambil berdiri di depan jendela kamarnya, dia juga sepertinya sedang mengharapkan kedatangan Yusuf di tempat kosnya tetapi tidak ada tanda - tanda sama sekali dari pria yang dia harapkan itu untuk datang.

"Sebenarnya maunya apasih? Mau minta maaf atau memang hanya memberitahuku tanpa penjelasan apapun bahwa dia memiliki profesi yang sama dengan Dimas? Menyebalkan tidak sih kalau seperti ini?"

Adel terus menggerutu sambil berjalan menuju ranjangnya. Dia hempaskan tubuhnya dengan kuat di atas ranjang empuk miliknya, menatap langit - langit dengan pikiran kemana - mana.

"Kok tidak kelihatan menyusul kemari ya? Apa dia benar - benar tidak mau mengatakan apapun kepadaku? Sebuah penjelasan atau yang lainnya?"

Adel mengambil ponselnya, sejak tadi dia mengabaikan benda elektronik yang satu itu. Dia yang masih bingung antara menemui Yusuf yang datang atau pergi karena merasa dibohongi membuatnya tidak memikirkan ponselnya ataupun sahabatnya, Risa.

"Astaga, ponselku mati? Kenapa aku ceroboh sekali? Bagaimana kalau Risa menghubungiku?"

Adel langsung mencari charger ponsel miliknya dan menghubungkan pada stop kontak yang menghubungkan pada aliran listrik. Memilih untuk membiarkan sebentar ponselnya dan Adel kembali berjalan menuju ke arah jendela, mencoba melihat apa ada seseorang yang sedang datang dan menunggunya, hasilnya membuat Adel menghembuskan nafas kecewa. Tidak ada orang yang dimaksud oleh Adel atau mobil milik pria itu, Adel kecewa.

"Sebenarnya dia niat minta maaf nggak sih? Kenapa batang hidungnya belum nampak sama sekali? Kan aku semakin gelisah kalau seperti ini," Tambah Adel lagi sambil berjalan menuju ponselnya yang sedang mengisi daya.

Adel menghidupkan ponselnya yang sudah mulai terisi daya, beberapa pesan masuk ke dalam ponsel miliknya.

Adel melihat pesan dari Yusuf, dengan cepat dia membuka pesan yang dikirimkan Yusuf padanya, hembusan nafas berat terdengar dari Adel setelah dia membaca pesan dari Yusuf, air matanya juga ikut mengalir tanpa diminta.

"Sayang, aku akan membiarkan kamu berpikir dan tidak akan mengganggu apa yang akan kamu pikirkan tentang aku. Satu yang perlu kamu tahu, aku tidak akan memutuskan pertunangan kita sampai pernikahan terjadi. Tunggu aku dan aku akan menjelaskan semuanya kepada kamu nanti, bye... I love you Sayang."

Bukannya tenang, Adel malah semakin kesal. Pasalnya Yusuf tidak mau memberi penjelasan kepada Adel terlebih dahulu dan lebih memilih membiarkan Adel memikirkan apa yang sedang terjadi sendirian.

Kata - kata bernada paksaan yang dikirimkan Yusuf kepada Adel tidak membuat Adel senang melainkan semakin kesal. Pria itu sebenarnya mau apa dari Adel? Sudah membohongi Adel tentang pekerjaannya padahal Adel sudah mengatakan kalau Adel tidak menyukai profesi yang di lakukan oleh ayah dan juga kakaknya. Yusuf tahu semua itu, tapi kenapa pria itu tidak bilang dari awal kalau dia memiliki profesi yang sama dengan ayah dan juga kakak Adel?

"Haruskah aku memaafkan kamu setelah aku tahu kamu membohongi aku? Dari awal kamu tahu kenapa aku tidak suka dengan profesi ini, kenapa kamu tega menyakiti aku dengan kenyataan ini?" Tanya Adel masih dengan melihat isi pesan yang dikirimkan Yusuf kepada dirinya.

Air matanya mengalir saat mengingat kakaknya yang tidak ada kabar selama dua tahun terakhir karena tugas yang harus diembannya. Entah kakaknya itu masih sehat ataukah tinggal nama, Adel tidak pernah tahu dan kini pria yang tidak mau diputuskan pertunangannya itu juga memiliki profesi yang sama dengan kakak dan ayahnya? Apa yang harus Adel lakukan?

Adel meletakkan ponselnya, dia ingin menenangkan pikirannya yang terus memikirkan Yusuf. Apakah pria itu memilih pulang ke rumah orang tuanya atau pria itu kembali pergi lagi dan tidak ada kabar?

Nada dering pada ponsel Adel berdering, Adel melihat ponselnya sebentar dan dengan malas dia menjawab panggilan yang masuk ke ponselnya tanpa melihat siapa yang menghubunginya.

"Assalamualaikum," Jawab Adel dengan malas.

"Waalaikum salam, Sayang. Sayang, please dengarkan aku dulu dan jangan tutup teleponnya."

Adel menjauhkan ponselnya dan melihat nomor siapa yang menghubunginya.

"Sayang, dengarkan aku. Aku minta maaf karena pergi bertugas tanpa memberitahu kamu terlebih dahulu, aku harus kembali pergi karena aku tidak memiliki waktu yang banyak. Karena ayah kamu yang bisa meminta ijin untuk aku pulang dan sekarang aku sudah ada di bandara lagi." Adel diam dan tidak menjawab apapun yang dikatakan oleh Yusuf sebagai penjelasannya.

"Sayang, aku tahu kamu merasa dibohongi. Aku minta maaf, aku akan menjelaskan nanti setelah aku selesai dalam tugas karena masih tiga bulan lagi tugasku di sana. Selama di sana, aku tidak bisa mengaktifkan ponsel karena sudah aturan jadi aku minta maaf semua pesan kamu baru aku baca setelah aku ada di luar dinas. Sayang, aku benar - benar minta maaf. Tunggu aku dan aku akan menjelaskan semuanya termasuk tentang kakak kamu."

Adel tiba - tiba berdiri tegak setelah mendengar sesuatu tentang pria yang selalu ada di dalam hatinya, kakak kesayangannya.

"Kamu tahu tentang Kak Dimas? Apa yang terjadi dengan dia? Apakah dia baik - baik saja?" Tanya Adel dengan air mata yang berlinang membasahi wajahnya.

"Jangan menangis Sayang, aku akan mengatakan semuanya karena tidak mungkin aku menceritakannya saat ini. Setelah aku pulang, aku ingin pernikahan kita dipercepat," Ucap Yusuf dengan nada yang pasti.

"Pernikahan? Pernikahan apa? Aku sudah melepas cincin yang mengikatku, karena semuanya berdasarkan kebohongan."

"Tidak bisa! Keputusan itu harus disetujui kedua belah pihak dan aku menolak semua itu dengan tegas. Kamu tidak bisa melepaskan cincin itu, pakai lagi atau kamu akan tahu akibatnya nanti," Ancam Yusuf berapi - api.

Adel bukannya takut, dia malah tertawa garing mendengar ancaman yang dilontarkan Yusuf kepada dirinya. Ancaman yang terdengar angin lalu bagi Adel dan tidak berarti apa - apa.

"Kalau kamu masih ingin tahu apa yang terjadi dengan Dimas, pakai cincin itu sekarang juga dan jangan berani sekali - kali kamu melepasnya lagi. Tapi jika kamu sudah tidka mau tahu, ya sudah. Aku juga tidak akan keberatan menyimpan cerita ini untukku sendiri."

"Kamu tidak bisa begitu! Kamu harus mengatakan semuanya kepadaku!"

"Aku bisa! Aku bisa melakukan semua yang aku inginkan jika kamu ingin tahu semua itu."

avataravatar
Next chapter