23 Bab 23

"Hai, apa kabar?"

Suara itu terngiang - ngiang di telinga Adel saat dia melihat sosok yang selama ini dia tunggu dan tidak kunjung datang.

Pria itu duduk di atas sofa, menatap ke arahnya dengan senyuman yang selalu membuat wanita yang memandangnya terpana.

Adel terkejut, ini pertama kalinya dia melihat pria itu memakai seragam loreng, sama dengan seragam yang selalu dibanggakan oleh Dimas, kakaknya. Adel tidak menyukainya, Adel tidak mau memiliki pasangan seorang yang memiliki profesi sama dengan kakak dan juga ayahnya. Seseorang yang bisa meninggalkan sewaktu - waktu dengan alasan bertugas dan tidak memberi kabar.

"Sayang... tunggu!" Teriak Yusuf saay melihat Adel melangkahkan kakinya mundur dan langsung berbalik menjauhi Yusuf.

Adel mengabaikan teriakan Yusuf dan terus berlari, dia hanya ingin menjauhi orang yang sudah membohonginya sejak awal. Kenapa Yusuf tidak mengatakan dengan sejujurnya kalau pria itu adalah seorang tentara? Banyak sekali pertanyaan di dalam pikiran Adel saat ini, dia masih belum siap untuk menerima penjelasan apapun dari Yusuf ataupun orang lain termasuk ayah dan bunda dari Yusuf.

Adel terus berjalan menyusuri trotoar kampus dengan Yusuf yang terus mengejarnya, apa yang dilakukan kedua orang ini menjadi perhatian seluruh kampus tapi Adel tidak peduli. Adel hanya ingin menjauh dari Yusuf saat ini juga, hatinya terasa sangat sakit karena dibohongi oleh Yusuf dan orang - orang disekitarnya.

Teriakan Yusuf yang memanggil namanya terus diabaikan oleh Adel, Adel merasa semuanya sudah membohongi dirinya. Adel merasa telah ditipu oleh Yusuf sehingga dia tidak mau mendengarkan panggilan Yusuf yang terus bergema meneriakkan namanya.

Melihat Adel tidak mau mendengarkan teriakannya, Yusuf melihat ada celah untuk mengejar Adel agar lebih cepat. Yusuf ingin mengatakan semuanya kepada Adel termasuk profesinya dan darimana dia mengenal Adel.

Yusuf berlari dengan melewati beberapa rintangan yang menghalanginya agar bisa mengejar Adel dengan cepat. Apa yang dikatakan oleh Dimas ada benarnya, Adel tidak akan pernah mau mendengarkan penjelasan dari siapapun jika dia sudah merasa dibohongi.

"Adel! Sayang!" Teriak Yusuf saay melihat Adel naik ke dalam taksi.

Tok... Tok... Tok...

Yusuf mengetuk kaca jendela pada mobil taksi yang sudah dinaiki oleh Adel, tapi sayang mobil itu tetap melaju meski hanya pelan dan lama kelamaan melaju dengan cepat.

"Adel...! Dengarkan dulu penjelasanku!" Teriak Yusuf di tengah jalan.

Apa yang dilakukan Yusuf membuat semua pengguna jalan melihat ke arahnya. Tidak sedikit yang memiliki pemikiran yang aneh - aneh karena melihat seseorang memakai pakaian dinas sedang meneriaki mobil taksi, apalagi wajah Yusuf yang tampan menambah rasa penasaran orang yang berlalu lalang semakin tinggi.

Yusuf menendang kaleng yang ada di dekatnya karena kesal. Kesal dengan usahanya yang tidak dilihat oleh Adel dan terlebih kesal saat mendengar celetukan orang yang menyuruhnya untuk mencari wanita lain. Memangnya ada wanita yang seperti Adel? Cantik, pintar, mandiri dan yang pasti keras kepala yang sangat sulit ditakhlukkan?

Yusuf memilih untuk kembali ke dalam kampus dan mengambil barang - barang miliknya yang dia tinggalkan di dalam ruangan ayahnya. Yusuf tidak bisa berlama - lama karena sebenarnya dia belum bisa pulang, hanya karena campur tangan calon mertuanya Yusuf baru bisa meminta ijin untuk kembali dan menjelaskan semuanya kepada Adel. Melihat reaksi Adel yang seperti itu, Yusuf pikir semua penjelasannya akan sia - sia.

Dengan langkah kaki yang lemas dan perlahan, Yusuf menuju parkiran dan masuk ke dalam mobilnya. Yusuf tidak akan pulang ke rumah orang tuanya, karena jadwal perbangannya juga sudah sangat mepet.

Yusuf memilih untuk membiarkan Adel untuk menenangkan dirinya terlebih dahulu karena tugasnya masih satu bukan lagi di daerah konflik. Sebagai seorang komandan, Yusuf tidak bisa melakukan semua yang dia inginkan begitu saja. Dia harus memberikan contoh kepada semua bawahannya sikap dan tingkah yang baik, tidak seenak dirinya sendiri tetapi meminta hasil yang sempurna.

Yusuf mengambil ponselnya yang ada di dalam saku celananya, ponsel yang mengirimkan ratusan pesan dari Adel setelah dia bisa mendapatkan signal. Ada rasa kangen yang luar biasa tapi pesan terakhir yang masuk ke dalam ponsel Yusuf membuat Yusuf merasa takut. Adel meminta memutuskan pertunangan mereka padahal rencana Yusuf adalah menikahi Adel setelah tugasnya di daerah konflik selesai.

"Sayang, aku akan membiarkan kamu berpikir dan tidak akan mengganggu apa yang akan kamu pikirkan tentang aku. Satu yang perlu kamu tahu, aku tidak akan memutuskan pertunangan kita sampai pernikahan terjadi. Tunggu aku dan aku akan menjelaskan semuanya kepada kamu nanti, bye... I love you Sayang."

Isi pesan Yusuf yang berkali-kali dia baca sebelum menekan tombol kirim. Yusuf melihat notifikasi dari ponselnya yang tidak menunjukkan pesan yang dia kirimkan kepada Adel sudah diterima, Yusuf hanya takut nomor ponselnya diblokir oleh Adel, dan jika semua itu terjadi terpaksa Yusuf harus menunggu sampai tugasnya selesai. Saat ini dia harus mengejar waktu menuju bandara sebelum dia mendapatkan sanksi dan juga nama calon mertuanya akan ikut tercoreng jika Yusuf membuat ulah.

Sudah beberapa menit berlalu, pesan yang dikirimkan oleh Yusuf belum juga di sampaikan ke ponsel Adel. Inilah hal yang paling ditakuti oleh Yusuf sejak dia pergi tanpa berpamitan. Bukan keinginannya, panggilan tugas yang datang sewaktu - waktu membuat Yusuf terpaksa tidak memberitahu Adel tentang kepergiannya.

Yusuf sangat ingin memberi kabar tapi sebagai seorang prajurit dia harus menjalankan perintah dan juga larangan. Larangan menghidupkan ponsel saat bertugas adalah salah satu yang harus dia patuhi.

"Please dong Del, jangan blokir nomor ponselku! Semoga hanya karena ponsel kamu yang mati saja dan bukan karena kamu blokir," Ucap Yusuf dalam doanya.

Yusuf meletakkan ponselnya kembali ke dalam saku celananya dan menghidupkan mobil yang sudah dia naiki. Pikirannya kalut, antara tugas dan cintanya yang tidak bisa dia pilih. Keduanya sama-sama sangat berarti bagi dia, keduanya sama-sama tujuan dalam hidupnya.

Yusuf melihat jam di pergelangan tangannya, waktunya sudah sangat mepet dan dia tidak bisa menemui Adel di tempat kos nya. Yusuf harus segera pergi ke bandara jika tidak dia pasti akan mendapat sanksi dari perbuatannya ini, ijinnya hanya sebentar dan dia tidak bisa memanfaatkan ijinnya ini dengan sebaik - baiknya. Inilah kebodohan Yusuf yang sangat dia sesali.

Yusuf ingat kepada ayahnya, dia mengambil ponselnya kembali di saku celananya dan menghubungi ayahnya sambil mengemudi.

"Assalamualaikum, Yah. Yusuf berangkat lagi Yah, tapi tujuan utama Yusuf pulang belum bisa Yusuf selesaikan. Adel langsung pergi saat melihat Yusuf datang dengan seragam Yusuf, akibatnya semua penjelasan yang ingin Yusuf sampaikan tidak terlaksana," Ucap Yusuf saat panggilannya di jawab oleh ayahnya.

"Waalaikum salam, hati - hati dalam bertugas Nak. Biar nanti ayah yang coba menjelaskan kepada Adel kalau kamu mau," Jawab pak Burhan setelah mendengar semua keluhan anak semata wayangnya.

"Tidak perlu Yah, biarkan nanti semua urusan Adel dengan Yusuf saja. Yusuf tahu bagaimana sifat dia, kekeraskepalaannya pasti sulit diluluhkan. Dimas yang memberitahu semuanya kepada Yusuf."

"Baiklah kalau begitu, hati - hati di jalan."

avataravatar
Next chapter