20 Bab 20

Risa dan Adel memilih untuk pulang saja daripada harus mengelilingi Jakarta tanpa arah dan tujuan yang pasti. Adel juga masih belum benar – benar fit jadi dia ingin kembali untjk beristirahat.

"Ris, keadaan rumah kamu bagaimana? Apakah masih sama atau sudah damai seperti dulu?" Tanya Adel penasaran. Risa adalah anak sulung dari dua bersaudara, setiap hari kedua orang tuanya bertengkar sampai – sampai mereka berdua lupa jika ada anak g anak medeka yang membutuhkan perhatian.

Keluarga Risa sebenarnya tidak bisa dikatakan miskin, Risa berasal dari keluarga yang cukup terpandang. Lalu kenapa Risa kebingungan dengan masalah uang?

Kedua orang tua yang setiao hari terus bertengkar berakibat kepada kedua anak mereka, Risa dan adiknya. Kekesalan ayahnya membuat pria yang berstatus sebagai ayah Risa itu menghentikan semua yang diberikan untuk isteinya termasuk uang.

Biaya kuluah Risa juga tidak dibayar dan semua itu baru saja Risa ketahui setelah dia djpanggil oleh pihak administrasi kampus. Tunggakan semester Risa cukuo membuat gadis itu shock. Jumlahnya yang tidak sedikit membuat dia memutuskan untuk bekerja sebagai ojek online. Inilah salah satu alasan kenapa Risa selalu terlambat dan disaat dia befada di kampus, Risa lebih banyak tidur dadipada mendengarkan dosen menjelaskan.

"Tidak perlu aku jawab lagi bukan? Semua tetap seperti dulu, mama dan ayah mungkin saja berpisah. Aku hanya takut adikku depresi, apa aku ngekost aja ya ssperti kamu ini?" Tanya Adel meminta pertimbangan.

Adel menggelengkan kepalanya, tidak setuju dengan ide yang dilontarkan oleh Risa. "Pikirkan bagaimana adik kamu saat kamu memilih untuk meninggalkan rumah? Jangan sampai adikmu menaruh kebencian yang sangat dalam kepada kamu suatu saat nanti."

Risa terdiam, mereka yang sedang duduk di atas ranjang di dalam kamar kost Adel tanpak sedang berpikir. Risa membenarkan saran dari Adel, karena adiknya nanti juga tidak akan ada yang mengurus dan memperhatikan.

"Del, kamu kerja dimana sih? Bukannya kamu juga kerja ya?" Tanya Risa penasaran.

Adel memang masih diberi jatah bulanan oleh kedua orang tuanya meski dia tidak tinggal lagi bersama mereka. Adel memilih pergi setelah kakaknya, Dimas tidak ada kabar. Adel merasa marah kepada ayahnya yang sudah membiarkan kakaknya mengikuti jejak langkahnya di dunia militer. Adel tidak suka karena Adel merasa hidup seorang tentara memiliki ancaman yang sangat besar. Nyawa mereka menjadi taruhan dalam pengabdiannya dan itu yang selalu menjadi permasalahan bagi Adek selama ini dengan profesi seorang tentara.

"Kamu mau? Aku freelance, menjadi penulis di sebuah penerbit. Kalau kamu mau, aku bisa menanyakan di bagian HRD, masih ada lowongan atau tidak," Tawar Adel kepada Risa.

"Boleh, kalau tidak merepotkan. Aku ingin mendapat tambahan yang sedikit banyak, bukannya apa. Semuanya aku lakukan demi adik ku juga, kasihan kalau dia harus mendapat ledekan dari teman – temannya karena tidak bisa membayar biaya sekolah," Keluh Risa.

Membayangkan adiknya akan mendapat hinaan di sekolahnya membuat Risa merasa ngeri, Risa sendiri cukup bisa bertahan dari musibah yang terjadi ini tapi adiknya belum tentu bisa.

"Jangan khawatir, kalau kamu mau kamu bisa memakai uang yang selalu dikirimkan orang tuaku. Uang itu tidak pernah aku pakai, kamu bisa memakainya untuk membayar biaya sekolah adik kamu."

Risa menggeleng, dia sudah terlalu banyak merepotkan Adel selama ini. Risa sudah memakai uang Adel untuk membayar biaya kuliahnya yang tidak sedikit, dan sekarang dia harus memakai uang Adel lagi untuk biaya sekolah adiknya? Tidak. Risa bukan teman yang memanfaatkan sahabatnya, Risa tidak mau.

"Kamu sudah terlalu baik kepadaku, kamu sendiri juga sedang dalam masalah tapi masih saja bisa memikirkan semua masalahku. Terima kasih Del." Risa memeluk Adel dengan sangat erat.

Adel tahu kalau sahabatnya ini sedang tidak baik – baik saja, karena Adel mengetahui semua yang sedang dialami dia.

Ting...

Ponsel Risa berdenting, ada notifikasi dari aplikasi ojek online yang dia pakai untuk bekerja. "Del, ada yang order makanan ini, diterima atau tidak ya? Sudah malam ini," Tanya Risa meminta pertimbangan.

Adel melihat jam di dinding, masih pukul sepuluh malam. "Terima saja, aku temani mengambil dan mengantarkan orderan itu."

Risa menekan setuju dan akhirnya mereka berdua kembali bersiap untuk mengambil orderan yang diinginkan. Adel senang saat bisa membantu Risa selama dia bisa. Masih pukul sepuluh malam, jalanan masih sangat ramai karena Jakarta bisa dibilang kota yang tidak pernah tidur. Selaluramai dua puluh empat jam.

Sepertinya memang Adel harus melakukan kegiatan yang lebih dari ini biar dia bisa melupakan Yusuf. Setiap Sari menanyakan tentang kesedihannya, Adel berusaha untuk menutupi semua yang dia rasakan dan membahas hal yang lainnya.

"Ris, ternyata senang ya seperti ini terus? Menyenangkan bisa membantu orang lain," Ucap Adel senang.

"Tapi ya capek juga, apalagi kalau orderan fiktif. Banyak teman – temanku sesama ojek online yang sering mendapatkan orderan fiktif."

"Benarkah? Ada yang seperti itu? Kurang ajar sekali yang melakukan semua itu! Mereka apa tidak berpikir ketika melakukan itu?" Gerutu Adel kesal.

"Aku juga sama kesalnya dengan kamu apalagi kamu bukan pengendara Ojol seperti kami. Banyak diantara teman – teman itu sampai menaruh ktp mereka sebagai jaminan di restoran karena tidak punya uang untuk mengambil pesanan. Kalau aku tahu siapa orang – orang yang sudah berani melakukan semua itu, pasti aku sudah menghajarnya sampai penyok sana – sini."

Adel setuju dengan yang dikatakan oleh Risa, pekerjaan itu semua sama dan perlu di hargai. Tidak perlu seperti itu karena apa yang dilakukan oleh orang – orang yang tidak bertanggung jawab itu adalah sebuah penghinaan.

Motor Risa memasuki halaman restoran tempat pelanggannya melakukan pemesanan. Adelmemilih untuk menunggu Risa di luar sambil melihat keadaan di luar restoran.

"Bunda Anita?" Tanya Adel memastikan penglihatannya sendiri.

Adel langsung membalikkan tubuhnya sebelum wanita yang dia panggil dengan sebutan Bunda itu menoleh ke arahnya. Adel belum siap untuk bertemu dengan bunda dari Yusuf itu, baginya belum saatnya dia mengatakan semua keputusannya. Urusannya dengan Yusuf dan bukan dengan bundanya.

"Ayo Del!" Ajak Risa saat dia sudah berada di dekat Adel.

Adel tersentak, dia terkejut dengan ajakan Risa yang tiba – tiba terdengar di telinganya. Tanpa berpikir panjang lagi, Adel segera memakai helm yang sempat dia lepas tadi dan saat Risa sudah siap dengan posisinya, Adel segera naik dan duduk di belakang Risa. Menyembunyikan wajahnya dari wanita setengah baya yang melihat ke arahnya sejak Risa memanggil namanya.

"Kamu ini kenapa sih? Seperti orang yang sedang dikejar setan saja."

 

avataravatar
Next chapter