40 Buat kamu

Setiap kisah pasti memiliki sisi positif dan negatif, mohon maaf kalau ada hal-hal yang tidak berkenan. Gue tau kisah ini jauh dari kata sempurna, tapi semoga menghibur. Karna dengan membuat kalian senyum aja udah salah satu kebaikan yang gue buat. :) Buat kalian yang sudah mengukuti kisah ini sejak awal Buat kalian yang setia kasih bintang Buat kalian yang sudah follow Buat kalian yang sudah mau mengintip kisah Tria dan Gean.

I laf you. 💚

.

.

.

.

.

Filosofi berkomitmen dalam hubungan adalah seiya sekata dalam sebuah keputusan, menyamakan sudut pandang yang berbeda menjadi sebuah keputusan yang akan membuat keharmonisan kisah kasih semakin terasa setiap harinya.

"Kita sudah melewati lebih dari seribu hari bersama, enggak kerasa ya?" pertanyaan Gean membuat perut Tria sedikit tergelitik.

"Bukan abis nonton kisah Rangga dan Cinta kan? Yang harus nunggu seribu purnama." sebelah alis Tria terangkat, ia memindahkan wortel yang sudah dipotong ke dalam panci yang menguapkan air panas.

Sungguh tidak lucu kan ketika Tria sibuk dengan aktivitas memasaknya di dapur apartemen Gean tiba-tiba sang pemilik melontarkan kata-kata puitis di antara kepulan asap dan dan pisau tajam.

"Kalau mau ngerayu nanti aja," tambah Tria. Ia menggelengkan kepala saat melihat Gean memasang raut kecewanya.

"Kamu enggak bisa romantis dikit apa?" Gean merajuk, ia menopang dagunya menatap Tria yang sibuk mengocok telur.

"Aku udah vakum lebih dari tiga tahun lho sama yang namanya pacaran," aku Gean. Ia bahkan tidak merasa malu dengan sifat manjanya yang kini sering muncul kala bersama Tria.

"Masa pas udah punya pacar aku tetep dianggurin gini," keluh Gean.

"Aduh kasian pacar Tria," sebelah tangan Tria mematikan kompor yang sejak tadi menyala memasak sayur sop. Sebelum akhirnya ia mengabaikan kocokan telurnya yang akan dibuat telur dadar.

"Pak Gean ngerasa enggak sih kalau Bapak ini lebay menjurus ke menakutkan sih buat saya." Tria sengaja mengejek Gean, ia sangat senang jika kekasihnya ini kesal.

"Kita ini udah pacaran lho Tria, kamu masih panggil aku Bapak. Ini awkward," Gean masih tak bergeming. Meski kini fokus Tria pada Gean yang merajuk, Gean tak sepenuhnya merasa senang. "Coba panggil sayang atau Gean."

Namun Tria lagi-lagi menolak, ia justru mengulum senyum.

"Saya sayang Pak Gean, dan itu adalah hal istimewa. Saya enggak mau mengucapkan kaya sayang terlalu sering, karna nanti rasanya akan hambar dan terlalu biasa."

"Kamu manis kalau senyum malu-malu gitu," Gean menarik sudut-sudut bibirnya. Ke depannya Gean mungkin akan berhenti mempersoalkan nama panggilannya, atau seberapa sering Tria mengatakan kata sayang padanya.

Karna yang bilang sayang tiap hari sebelum tidur pun belum tentu jodoh kita.

Kan malu kalau harus mengingat masa lalu kita pernah sepicisan pujangga, tapi dia tak lagi dimiliki oleh kita.

"Tahu kenapa Bintang hanya bersinar di malam hari?" tanya Gean saat rona merah di wajah Tria masih setia menjadi perona pipi alami.

"Karna kalau siang ada matahari, anak sd juga tau." ejek Tria.

"Bukan,"

Tria mengerutkan keningnya saat Gean tak membenarkan jawabannya.

"Karna kalau siang Bintangnya sibuk merhatiin kamu."

Jangan tanya bagaimana air muka Tria, bukannya tesipu Tria justru membeku. Ini rayuan tingkat ice bear yang bikin otak Tria beku.

"Krik."

"Enggak bagus ya?" tanya Gean bingung, "Itu aku dapet dari Davin, katanya bagus buat dipraktekin di depan orang tersayang."

"Udah enggak usah ikut-ikut Davin, jadinya cringe malah." Tria kembali menyalakan kompor, melanjutkan memasak dadar telur yang tertunda.

"Ini yang terakhir sebelum kamu masak lagi," Gean tersenyum. Matanya berbinar penuh kebahagiaan. "Dear Tria, untuk kamu yang sudah bersedia menjadi teman hidup seorang Gean."

"Hal baik yang pernah terjadi di hidup aku adalah mengenal kamu, yang kedua adalah jatuh cinta dengan kamu, dan yang terbaik adalah memiliki kamu."

....................

Next...

avataravatar