4 Setangkai Semanggi

Musim panas adalah saat bagi orang-orang enggan melakukan aktivitas di luar ruangan.

Bahkan saat masih pukul 10 pagi saja matahari dengan gagahnya  sudah bertengger indah di langit.

Panas, itu yang Ares rasakan saat melangkahkan kakinya keluar dari pintu rumah sakit.

"Argh.. panas sekali" keluhnya sedikit mendongak namun tangannya berusaha menutup sebagian wajahnya agar tidak terlalu silau.

Arespun melangkahkan kakinya bergegas pergi dari tempatnya berdiri, mencari tempat yang lebih teduh setidaknya untuk sedikit mendinginkan pikirannya.

"Aish.. sial padahal kan hanya sedikit mimisan kenapa harus istirahat total sih. Biasanya juga begini kalau sedikit capek" gumamnya kesal. Tujuannya kini adalah taman rumah sakit yang dia tahu di jam-jam segini taman itu tidak terlalu ramai.

Setelah sampai di taman Ares pun segera mencari tempat yang menurutnya pas untuk dia beristirahat sejenak.

Saat tengah serius mencari tempat duduk kedua manik matanya terpaku pada seorang gadis yang terlihat masih ada selang infus ditangannya tengah duduk sendiri dibawah pohon.

"Apa-apa an sih orang sakit kayak gitu kok ditinggal sendirian ditaman" rutuk Ares pada perawat (entah siapa) yang  menurutnya tak boleh membiarkan pasien ditinggal sendirian.

Tanpa sadar Ares berjalan pelan menghampiri gadis tersebut.

Setelah hanya berjarak satu meter dari gadis itu, Ares sedikit tertegun dengan kondisi gadis yang menarik perhatiannya itu.

Selain tangan kanan nya yang masih di infus, tangan kiri gadis itu juga masih berbalut perban.

"Apa dia korban kecelakaan" batin Ares.

Merasa diperhatikan, gadis itu lalu menoleh ke arah Ares berdiri dengan raut wajahnya yang bingung.

Sadar akan apa yang dilakukannya Ares pun tersenyum canggung.

"H..haii" sapa Ares canggung. Gadis yang disapanya hanya melihat tanpa memberi respon apapun.

"Boleh aku duduk?" Tanya Ares, "Jangan takut aku bukan orang jahat" tambahnya lagi, lalu diangguki oleh gadis tersebut.

Arespun duduk di samping gadis itu.

"Zian Ares" ucap Ares memperkenalkan diri sembari menyodorkan tangannya.

Gadis itu hanya menatap tangan Ares lalu berganti menatap tangan kanannya yang masih di infus. "Khaira Yuu" ucap gadis itu lembut sembari menunjukkan tangan kanannya agar lawan bicaranya tidak tersinggung karena dia tidak membalas jabatan tangan itu.

"O...oh ya" jawan Ares sembari menarik tangannya kembali, mengerti akan kondisi lawan bicaranya.

"Em... Boleh aku memanggilmu Aira saja?" Tanya Ares sedikit ragu.

"Tentu" jawab Khaira dengan senyum lembutnya.

"Apa yang kau lakukan disini? Tanya Ares lagi. Mendapat tatapan bingung dari Khaira Ares pun berkata kembali, "Itu maksudku cuacanya cukup panas bukankah orang yang sedang sakit sebaiknya berada didalam?" Lanjut Ares berusaha menjelaskan agar Aira tidak salah paham Dengan ucapannya tadi.

"Aku sedang bosan" jawan Aira.

"O..oh begitu hehe" tawa Ares canggung.

Suasana kembali hening beberapa saat.

"Hei, apa kau percaya pada kebetulan?" Tanya Aira tiba-tiba.

"Hah..!?" Ares mengernyitkan dahinya bingung.

"Hal bodoh macam apa itu?. Aku tidak percaya kebetulan semua yang terjadi itu sudah direncanakan Tuhan" tambah Ares lagi.

"Kalau begitu apa kau percaya pada keajaiban?" Aira kembali bertanya pada Ares.

Ares tak menjawab, dia hanya menatap bingung pada gadis dihadapannya itu, gadis yang benar-benar aneh pikirnya.

"Apa kau sedang ada masalah?" Ares balik bertanya pada Aira.

Aira hanya tersenyum tanpa menoleh kearah Ares lalu berkata "Memangnya ada manusia yang tidak memiliki masalah?"

"Tidak sih", jawab Ares bingung karena Aira malah balik bertanya padanya.

Suasananya benar-benar terasa sangat canggung sekarang.

Ares yang merasa bingung dengan sikap dan ucapan Aira dan Aira yang tengah asyik memperhatikan daun yang ada ditangannya.

"Ares, terimakasih sudah mau mengajakku berkenalan dan berbicara padaku" ucap Aira tiba-tiba.

Ares hanya terpaku. "Apa-apaan ucapannya itu, aneh sekali" batin Ares.

"Kau tahu? Kata orang kalau kau mendapatkan sebuah tangkai Semanggi berdaun empat maka keajaiban dan hal-hal baik akan datang padamu" Ucap Aira lagi dengan senyum tulusnya.

"Mari kita bertukar" sambung Aira lagi sembari menyodorkan Batang Semanggi berdaun empat pada Ares.

"Hah!? Aku harus membayar untuk itu?" Tanya Ares bingung karena sikap Aira yang menurutnya sangat aneh itu.

"Bukan, aku tidak butuh uang" jawan Aira cepat.

"Lalu?" Tanya Ares.

"Apa kau bisa membuat liapatan dari kertas?" Tanya Aira sedikit jeda karena berpikir.

"Maksud mu origami?" Tanya balik Ares dan diangguki oleh Aira.

"Bisa tapi tidak banyak jenis bentuk yang bisa aku buat" tambah Ares yang hanya dibalas tatapan datar dari Aira.

"A...a sebentar aku akan membuatkan origami burung bangau untukmu" ucal Ares gugup karena ditatap datar oleh Aira.

Arespun mengambil asal kertas yang ada di amplom coklat miliknya, lalu mulai membuat origami burung  untuk Khaira.

Tak butuh waktu lama origami burung itu jadi dan langsung Ares berikan pada Aira.

"Ini", ~Ares

"Terimakasih, ini tangkai Semanggi untukmu Res, tolong jaga ya" jawab Aira.

"Oh oke"~Ares

Setelah melakukan barter dengan Ares, Aira pun berdiri perlahan dari tempatnya duduk.

"Baik sekali lagi terimakasih kurasa aku sudah terlalu lama meninggalkan ruangan ku aku harus segera kembali. Daahh hati-hati Res" ucap Aira sembari melambaikan tangannya pada Ares, dan jangan lupa sebuah senyum kecil terukir di bibirnya.

"Oke.. daahh.." jawab Ares membalas lambaian tangan Aira.

"Oh ya.. Aira terimakasih juga untuk tangkai Semanggi dan obrolan anehnya, aku cukup terhibur dan bahagian hari ini" ucap Ares sedikit berteriak karena jaraknya dengan Aira sudah sedikit jauh.

Setelah sosok Aira dirasa sudah tidak terlihat lagi, Ares pun juga segera beranjak dari tempatnya duduk, ia juga harus segera pergi menemui seseorang.

"Kebahagiaan tidak semudah yang kalian lihat.

Ini hanya awal antara Hancur atau Sempurna"

Zian Ares

avataravatar