25 BAB 25

Pagi yang cerah ini Dexter berencana akan menuju ke salah satu rumah barunya yang baru saja dibelinya minggu kemarin, Dexter tidak berencana untuk tinggal di rumah itu namun hanya sebagai salah satu cara yang dilakukan untuk money laundry dari beberapa kekayaan ilegal yang dimilikinya.

Saat melewati blok jalanan yang sepi mobil berjalan dengan kecepatan rendah, Dexter tetap fokus pada pekerjaannya namun sedikit terganggu dengan laju mobil yang makin lama makin melambat.

"Ada apa Grey?" Dexter masih menahan geram karena ulah asistennya.

"Sir, gadis malam itu sedang berdiri di pinggir jalan salah satu perumahan ini".

Grey biasanya tidak berani mengambil keputusan sendiri namun kali ini ia sangat penasaran kejadian beberapa waktu yang lalu, walaupun itu sama artinya ia cari mati.

"Tidak ada hubungannya denganku" Dexter menjawab dengan ketus.

Grey bersyukur Dexter tidak mengamuk karena tindakannya. Grey akhirnya melajukan mobilnya lebih cepat namun seketika ia menginjak rem lalu memutar balik setir saat tiba tiba tuannya bersuara "Putar balik!" Dexter memberi perintah dengan tiba tiba.

Grey yang untungnya sudah terbiasa mengendarai mobil sport dengan cekatan memutar balik kembali ke arah gadis itu berdiri. Grey sangat hapal perangai tuannya, Dexter bisa sangat cepat berubah pikiran atau berubah suasana hatinya namun keputusannya tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun.

.

.

.

Tampak Bella duduk dengan kaku di tempatnya, ia menutup mulutnya sambil melotot memandang pria di sampingnya. Bella bingung apakah ia harus marah atau meminta maaf pada pria tersebut atas kejadian malam itu. Namun Bella merasa malu karena ia tidak pernah melakukan perbuatan tidak senonoh seperti itu selama hidupnya.

Saat Bella berperang dengan pikirannya, tiba tiba pria itu bersuara.

"Sudah ingat?"

"Err.." Bella masih bingung.

"Kurasa kau sudah ingat kesalahanmu, kau harus menebusnya". Pria itu berkata sambil membuka kaca matanya, ia tersenyum smirk pada Bella.

"Tapi sir..." Bella kembali bingung harus berkata apa.

"Berikan hand phonemu" Dexter tanpa sungkan meminta telepon seluler milik Bella.

Bella terdiam masih sambil mamandang Dexter dengan bingung.

Tanpa menunggu Dexter mengambil hand bag Bella dan mengacak acak isinya.

"Sir..." Bella ingin mengatakan sesuatu namun urung karena tatapan mata Dexter yang tajam, pandangannya yang mematikan membuat nyali Bella ciut. Ia hanya terdiam melihat lelaki itu yang mulai tidak sabar malah menghamburkan isi tasnya ke kursi penumpang. Tampak buku catatan, buku sastra, pena, dompet kecil dan beberapa permen dan struk belanja dari swalayan.

"Di mana hand phonemu?" Dexter bertanya lagi dengan tidak sabar.

"Em... di saku sir" Bella menjawab dengan lirih sambil memberikan handphone miliknya pada Dexter.

Dexter menggeram tampak sebal "kenapa tidak bilang dari tadi?"

Bella menghela napas pelan, tadi Bella ingin mengatakannya namun mata laser Dexter membuatnya kembali terdiam.

Grey yang mengamati dari spion depan tersenyum melihat kejadian tersebut.

"Tahan senyummu Grey...!" Dexter tersinggung.

"Done...!" Dexter nampak puas setelah menyimpan nomor pribadinya di daftar kontak Bella.

"Dexter, kuberi nama Dexter. Oke".

Kemudian ia melakukan panggilan ke nomor pribadinya sendiri, terdengar nada dering pelan dari saku jas Dexter.

"Siapa namamu?"

"Arabella" Bella sudah pasrah.

"Well, aku akan menamaimu Arabel" Dexter menggumam sendiri sambil mengetik sesuatu di handphone miliknya.

Bella hanya diam saja, ia beranggapan pria di depannya tersebut adalah tipikal pria kaya yang tidak bisa dibantah.

"Arabell, kau mau ke mana?"

"Em... bekerja sir"

"Kemana?" Dexter kembali bertanya.

Karena hari itu hari Minggu Bella sebenarnya secara khusus mengambil cuti kerja, ia berencana ingin pergi ke panti asuhan dan menjumpai beberapa anak di sana. Namun tidak mungkin ia akan berkata jujur pada pria tersebut.

"Kenapa diam?"

"Em... restoran Albertini sir". Bella memutuskan untuk makan siang alih alih pergi ke panti asuhan.

"Oke, Grey ke restoran Albertini". Dexter memberi perintah asistennya sambil tersenyum penuh arti.

"Sir, saya bisa naik bus saja. Saya turun di sekitar sini sir". Bella buru buru menyahut.

"Bukankah harusnya kau mengucapkan terimakasih!" Dexter bukan bertanya namun lebih seperti kalimat perintah bagi Bella.

"Maap sir, terimakasih. Tapi saya turun di sini saja" Bella tetap bersikukuh tidak ingin diantar Dexter.

"Oke" Dexter menjawab pendek. Bella bersiap siap membuka pintu namun mobil masih melaju dengan kecepatan normal tidak ada tanda tanda akan berhenti sama sekali.

"Sir...?" Bella ragu ragu.

"Apa?" Dexter bertanya balik tanpa menoleh pada Bella, ia kembali menunduk sibuk dengan layar laptop di depannya. Grey yang sangat paham dengan bos nya melanjutkan perjalanan tanpa bersuara. Bella yang kebingungan hanya bisa duduk diam, ia tidak memiliki keberanian menggangu pria di sampingnya tersebut. Ia memandang keluar jendela sambil berharap semua baik baik saja, perjalanan ke restoran terasa panjang bagi Bella.

avataravatar
Next chapter