3 MENDENGAR SAJA BELUM CUKUP

Beruntung, hujan deras tiba setelah Kita sudah sampai di rumahnya. Ia tampak kelelahan. Dan merebahkan tubuhnya ke kasur adalah terapi paling nyaman. Kita memandangi langit-langit kamarnya. Lelah juga ternyata berjalan sejauh ini. Kita berusaha merefresh pikiran setelah bekerja seharian. Mendadak ia teringat akan sesuatu,

"Jadi orang kalau bisa bukan hanya menerima upah, tapi yang memberi upah"

You know lah, memasuki era bonus demografi yang mana usia produktif akan lebih banyak itu bukanlah hal yang mudah kawan. Yang baru lulus, langsung berebut pekerjaan. Beberapa dari mereka malah menjadi pengangguran. Karena terbatasnya lapangan pekerjaan. Ini miris.

Akan semakin sulit mendapatkan pekerjaan kalau kamu tak berjuang sungguhan. Aku sudah berjuang, aku ini peringkat satu pararel saat sekolah. Aku jago dalam mata pelajaran apapun. Bagaimana bisa aku jadi seperti ini?

Aku akan bantu menjawab:

"Aptitude (kecerdasan) kamu oke. Tapi apakah attitude (sikap) kamu juga oke?"

Percuma kalau kamu berilmu tapi tidak beradab. Ini seperti timbangan yang berat sebelah.

---------

"Apa aku hanya akan menjadi sekretaris seumur hidupku? bekerja bersama pekerja lainnya dari pagi sampai sore. Berada dibawah tekanan orang -orang besar?. Dipaksa tunduk pada perintah pimpinan."

Belum juga terjawab pertanyaan tersebut. Ada sebuah panggilan masuk dari ponselku. Masih dalam posisi rebahan.

"Iya halo"

"Besok siang kita ada rapat dengan pihak Wijaya Group di resto apel. Siapkan berkas dan niat"

Kita beranjak dari posisi rebahan ke posisi duduk di ranjang.

"Tapi bos-"

"Apa?!"

"Mohon maaf sebelumnya, tapi kenapa kita ngga diskusiin dulu soal ini?. Biasanya kalau ada rapat diluar kita bakal cari persetujuan dari pihak Sandia Family dan bakal diskusi tentang kerjasama ini lebih jauh serta strateginya bagaimana. Ini kayaknya dadakan banget bos"

"Pimpinan Wijaya Group sudah ngabari saya soal ini. Dan saya sudah mengiyakan akan pertemuan besok."

"Oo, gitu ya bos"

"Ingat, besok berkas harus siap".

Percakapan lewat telefon sudah selesai. Tapi Kita masih saja memikirkan. Kita khawatir kalau kerjasama ini akan terlaksana tidak sebagaimana mestinya. Kenapa Bos Sandia sekekeh itu sampai-sampai langsung mengiyakan ?

Setelah shalat isya rutinitas Kita adalah scroll scroll Instagram. Tapi berbeda dengan malam ini, berkas harus sudah ready besok jam 10 siang. Ini akan menyita waktu Kita untuk tidur lebih panjang.

Tidak boleh mengeluh, ini sudah tanggung jawab dan harus dilaksanakan. Ibu telah membuatkanku pisang goreng dan secangkir teh hangat. Membuatku selalu bersemangat. Ibu selalu mensupportku untuk bekerja dengar jujur dan amanah. Serta tidak boleh melupakan ibadah kepada-Nya.

Ditengah sibuk merapikan berkas, sebuah pesan mendarat di ponselku...

Bio: Kamu pasti sedang menyiapkan berkas untuk besok kan?

Kita: Kok kamu tau?

Bio: kalau ditanya itu dijawab bukan malah balik nanya

Kita : kamu kok jadi beda gini,

Bio : Udahlah gue suka basa basi. Gue cuman mau bilang. Lo jangan mau disuruh-suruh beresin file buat besok. Mesti besok rapat bakal gagal.

Kita : Maksud kamu apa si?

Bio: Bos kamu itu ngeyel. Tuli dia.

Kita : Plis, jelasin maksudnya apa.

Tidak ada jawaban. Tidak ada balasan lagi. Menggantung seperti jemuran.

-------------------

Daaaannnn....

Ya!

Rapat kali ini memang sedikit bobrok. Siang ini setelah rapat bersama pimpinan Wijaya Group, Bos Sandia terlihat kacau. Kerjasama kali ini sedikit merugikan perusahaan Sandia Family. Sandia dijebak dengan menandatangani kontrak kerjasama yang palsu. Sebelumnya, Sandia Family tidak pernah ditipu atau dirugikan dalam urusan kerjasama dengan pihak lain. Wijaya Group merupakan perusahaan saingan untuk beberapa tahun mendatang.

"Seorang Pemimpin harusnya bukan cuma pandai berbicara namun juga pandai mendengar.

Mendengar saja belum cukup , perlu ada tindakan."

-Kita

Sefruit cuitan yang cocok untuk keadaan seperti ini. Kayaknya.

Ingat, bos juga manusia. Ada saatnya menipu dan saatnya ditipu!

So, lain kali jangan tuli bos.

avataravatar
Next chapter