1 0. Prolog

Tahun 20XX adalah tahun dimana terdapat banyak sekali dunia buatan—dunia yang diciptakan oleh manusia. Jangan salah sangka, dunia dalam konteks ini bukanlah bumi, melainkan sebuah program raksasa yang dikendalikan oleh suatu sistem. Virtual-Reality full-dive adalah sebutan resminya.

Teknologi ini ditemukan dan menjadi populer sekitar 5 tahun lalu oleh Deraft Corporation. Awalnya teknologi full-dive ini digunakan hanya untuk sekedar hiburan semata, tapi lama-kelamaan berkembang menjadi berbagai fungsi. Banyak perusahaan yang menggunakan teknologi ini agar bisnis mereka berjalan lebih efisien.

Ada ratusan dunia yang telah berkembang di dunia nyata ini. Banyak yang mengandalkan dunia-dunia buatan tersebut sebagai lahan bisnis dan lainnya. Bukan hanya perusahaan-perusahaan besar, bahkan individu kecil seperti seorang anak SD pun dapat menghasilkan uang dari dunia buatan ini.

Dunia ini dipenuhi wabah dunia palsu seperti dunia Virtual-Reality full-dive, namun hebatnya dunia ini masih bisa berjalan sebagaimana mestinya. Tidak seperti yang di bayangkan, bahkan banyak negara juga mengalami kemajuan akibat teknologi ini—meski memang banyak juga dampak negatifnya.

Game adalah sebagian besar dari dunia buatan ini. Game yang berteknologikan Virtual-Reality full-dive sama halnya seperti dunia nyata—walaupun tidak nyata, siapa yang tak menginginkan hal ini? Dunia yang berdasarkan dunia nyata, namun bisa melakukan apa saja yang ia suka di sana tanpa mempedulikan hukum negaranya. Tentu hal ini menarik banyak peminat, tak terkecuali siswa-siswa SMA.

"Hei, kau tahu game apa yang paling populer sekarang?"

"Kau pikir aku bodoh? Sebodohnya diriku, aku juga mengikuti tren game tahu."

"Memangnya apa?"

"Tentu saja Orbis Online!"

Apa yang dibicarakan siswa-siswa tersebut adalah game VR terpopuler yang sekarang sedang naik daun, Orbis Online. Dari sekian banyak game yang menggunakan sistem Virtual-Reality full-dive, Orbis Online adalah pemilik pemain terbanyak di berbagai belahan dunia. Saking populernya, game ini sampai-sampai memiliki channel tv tersendiri yang membahas hal sekitar Orbis Online.

Tak cukup sampai sana, mata uang dalam Orbis Online telah menjadi salah satu cryptocurrency yang paling banyak digunakan. Inilah salah satu mengapa Orbis Online memiliki begitu banyak pemain. Kebanyakan pemainnya adalah mereka yang mencari pekerjaan mudah.

Meski dikatakan pekerjaan mudah, proses dalam game tidak semudah kedengarannya dan peralatan untuk memainkan game VR juga tidaklah murah. Ada banyak yang harus dipertimbangkan jika ingin mencari uang dari sebuah game. Bukan berarti mustahil, tapi cukup sulit bagi seorang pemula yang hanya mengincar penghasilan dalam game. Untuk seorang profesional, uang bukanlah masalah bagi mereka tentu saja.

Cukup banyak siswa SMA maupun SMP yang memainkan Orbis Online hanya untuk mencari uang tambahan. Selain mendapat hiburan, mereka juga bisa menghasilkan uang. Sekali tepuk dua lalat.

"Oi Deus, kamu beneran enggak main Orbis Online?"

"Enggak. Memangnya kenapa?"

"Y-yah, semua murid di kelas kita bermain Orbis Online, masa kamu enggak."

"Maaf saja, aku tak memiliki uang sebanyak kalian yang bisa di hamburkan sesuka hati."

Laki-laki bernama Deus tersebut merapihkan bukunya dan beranjak dari tempat duduknya, kemudian pergi keluar dari kelas. Seluruh orang yang ada di dalam kelas itu memusatkan perhatian mereka pada Deus yang baru saja keluar dari kelas. Haris—laki-laki yang mengajak Deus bermain Orbis Online tadi hanya bisa tersenyum masam.

Rudeus Laendra—biasa dipanggil Deus, seorang mahasiswa di sebuah universitas tertentu. Ia merupakan seorang mahasiswa yang pintar di universitasnya. Buktinya hampir setiap ujian semester ia berada di peringkat 10 besar dalam mata kuliah yang dipilihnya.

Walaupun ia seorang mahasiswa yang pintar, ia lebih cenderung menyendiri daripada berkelompok. Sifatnya yang tak tahan keramaian dan kebisingan itu membuatnya menjadi seorang pendiam tulen.

Setelah menaiki bus dan berjalan kurang lebih setengah jam, akhirnya Deus tiba di apartemennya. Ia melempar tasnya ke kasur yang kemudian disusul tubuhnya selang beberapa saat. Ia membenamkan kepalanya di dalam bantal mencoba merilekskan seluruh ototnya.

AC yang menyala sejak ia meninggalkan apartemennya membuat suasana ruangan sangat dingin—ditambah tak ada cahaya matahari yang masuk ke dalam. Dilihat dari hal ini, ia terlihat seperti vampir yang menyamar ke dunia manusia.

Sepuluh menit kemudian, Deus bangkit dari kasurnya dan berjalan ke arah dapur—membuka kulkas mencari apapun yang bisa mengisi perutnya.

"Sial, ternyata bahan makananku juga habis."

Ia kembali merebahkan dirinya ke kasur setelah memeriksa isi kulkasnya. Tidak ada yang dapat dimakan, kecuali sepotong keju dan beberapa siung kupasan bawang merah.

Perutnya mulai mengeluarkan suara yang tak ingin ia dengar. Ia memukul pelan perutnya sendiri memperingatkan agar tidak bersuara lagi. Namun, apa yang terjadi malah sebaliknya. Ia pun membuat ekspresi kesal di wajahnya.

Ia duduk di kasur, mengambil dompetnya di sebuah meja kecil yang tak jauh darinya dan memeriksa isinya.

"Wah, isi dompetku ternyata horor sekali."

Sambil mengatakan itu, ekspresinya berubah menjadi tampang masam yang terlihat tengah kesulitan. Tentu saja, di dompetnya hanya tersisa beberapa lembar uang kertas berwarna ungu dan kuning. Dalam beberapa hari ke depan kelihatannya akan menjadi hari-hari yang sulit untuknya.

Ia meletakkan dompetnya kembali ke meja kecil dan menyalakan televisi untuk menghibur diri. Kebanyakan konten yang disediakan tak terlalu jauh dari soal Virtual-Reality. Merasa tersinggung, Deus terus mengganti channel tv, hingga akhirnya berhenti di sebuah channel yang membuat alisnya naik.

"Hai, selamat siang pemirsa semuanya! Saya Yoyon!"

"Saya Medley!"

""Kami berdua yang akan membawa acara Orbis View!""

Di layar tv terlihat seorang wanita berambut hijau dengan potongan bob disertai sesuatu yang mirip telinga kucing di kepalanya dan wanita berambut emas yang dipunggungnya terdapat sepasang sayap transparan. Mereka berdua sangat bersemangat membawakan acara yang disebut tadi.

Orbis View, salah satu acara tv yang digelar oleh channel khusus Orbis Online untuk meliput keanekaragaman yang ada di dalam game Orbis Online. Dalam acara ini, biasanya para pembawa acara akan berpetualang mencari berbagai hal yang tidak ada di dunia nyata. Untuk yang tidak bermain Orbis Online, mereka juga bisa mengetahui apa saja yang tersedia di salah satu dunia buatan tersebut.

Selama acara berlangsung, Deus hanya menonton dengan tenang. Alasan mengapa ia menonton acara ini adalah karena ingin mengabaikan rasa laparnya. Masih ada sekitar seminggu lebih tiga hari untuk berpindah menuju bulan selanjutnya.

"Orbis Online, dunia yang begitu populer sebagai lapangan pekerjaan. Hah, andaikan aku memiliki cukup uang, mungkin aku sudah membeli Solid Gear dan ikut bermain game itup."

Deus mendesah mengingat kondisi perekonomiannya yang saat ini berada dalam bahaya. Solid Gear, sebuah perangkat berbentuk helm full-face yang digunakan untuk memasuki berbagai macam dunia Virtual-Reality—Orbis Online salah satunya. Tanpa perangkat tersebut, mustahil untuk seseorang masuk ke dalam dunia Virtual-Reality.

Harga Solid Gear sangat mahal bagi orang-orang berekonomian menengah ke bawah, 22.000.000 rupiah. Tentu harga ini terlalu mengerikan bagi Deus yang setiap bulannya dikirimi 900.000 rupiah oleh pamannya. Meski jumlah uang itu hanya untuk biaya makan sebulan, tetap saja ia harus menghemat uangnya sebisa mungkin.

Setelah Orbis View selesai, Deus mematikan tv-nya dan menarik selimut menutupi tubuhnya. Ia menutup mata dan mencoba mengalihkan kesadarannya pergi ke pulau kapuk. Tak sampai setengah jam, kesadaran mahasiswa berambut hitam dengan wajah rata-rata itu sudah menghilang.

***

Seperti biasa, Deus bangun pagi dan melakukan olahraga kecil sebagai rutinitasnya. Ia memakan sepotong keju di kulkas untuk sarapannya—meski tak mengenyangkan perutnya. Agar kenyang, ia mengisi lambungnya dengan air minum yang banyak. Ia harus menghemat keuangannya yang sedang di ambang kehabisan sebisa mungkin.

"Hari ini jalan keliling kota sajalah, mumpung libur."

Setelah menggumamkan itu, ia bersiap-siap. Kaos oblong hitam, celana jeans biru, sebuah jaket bertudung merah lengan hitam, dan sepasang sepatu sneakers merah pemberian temannya, itulah penampilan yang biasa ia gunakan ketika ingin keluar. Memang terlihat membosankan, tapi hanya ini yang ia miliki. Benar-benar seorang mahasiswa miskin.

Ia beranjak keluar dari apartemennya dan berjalan menyusuri trotoar jalanan dengan earphone yang menyumpal telinganya.

Berkeliling kota adalah hobi laki-laki berambut hitam ini. Meski hanya sekedar berkeliling tanpa berniat membeli atau bertujuan sesuatu, itulah yang sering di lakukan oleh Deus. Lebih baik mencari udara segar daripada berdiam diri di rumah tanpa melakukan apa-apa, itulah yang ia katakan.

Ia mengambil teleponnya dari saku celana, kemudian mencari ada berita apa saja di media sosial yang ia miliki. Tidak ada yang istimewa dari semua berita itu, kebanyakan adalah berita mengenai Orbis Online. Terlalu banyak, bahkan sampai-sampai memenuhi media sosialnya.

"Memangnya enggak ada hal lain selain Orbis Online? Semuanya membahas game itu."

Merasa kesal karena tidak mempunyai uang yang cukup untuk membeli Solid Gear, ia memasukkan teleponnya ke dalam saku lagi dan memperhatikan sekelilingnya sambil berjalan. Deus adalah jenis orang yang tak ingin bekerja terlalu keras, namun ingin hidup nyaman dengan sendirinya. Bisa dikatakan bahwa ia adalah seorang pemalas tapi bisa juga bukan.

Ia hanya malas bekerja, bukan berarti ia merupakan seorang pemalas tulen.

Saat ingin menyeberangi jalan melalui zebra cross, ia melihat seorang anak kecil berlari melewatinya. Ia juga mendengar teriakan ibu sang anak kecil dari belakang yang terdengar sangat khawatir. Deus hanya memperlihatkan senyum sedih begitu melihat sepasang ibu dan anak ini.

Tiba-tiba, terdengar suara mesin mobil dari sebelah kanan yang meraung keras. Mobil sedang hitam tengah melaju dengan kencangnya ke arah sang anak kecil yang berlarian di atas zebra cross. Deus yang paling dekat dengan anak kecil tersebut sadar terhadap bahaya yang akan menghantam anak kecil di depannya.

Tanpa membuang banyak waktu, Deus segera melompat ke depan dan memeluk sang anak kecil.

Bruaaakk!!

avataravatar