1 Chapter 1

"Mulai sekarang kamu harus tinggal di rumah kakakmu yang ada di kota sana."

Kalimat itu membuat tubuh Rachel membatu seakan di sambar petir di siang bolong. Ia tidak habis pikir bagaimana bisa kedua orang tuanya mengusirnya dan menyuruhnya tinggal bersama orang yang paling ia benci se-dunia.

"Itu tidak mungkin!" Bantah Rachel dengan cepat.

"Apanya yang tidak mungkin?" Tanya ibunya dengan nada sinis.

"Aku tidak mungkin tinggal dengan orang yang pernah mempermalukan saat SMP." Jawab Rachel dengan kesal.

"Itu kesalahan kamu sendiri jangan salahkan orang lain apalagi kakakmu." Ujar ibunya yang saat itu tengah duduk bersebelahan dengan suami barunya.

"Sebenarnya ibu mau membuang aku karena aku tidak pernah setuju dengan pernikahan kedua ibu ya kan?" Tanya Rachel sembari bangkit dari sofa tempat ia duduk.

"Ibu tidak akan membatahnya." Jawab sang ibu datar.

"Ibu egois!" Teriak Rachel sebelum akhirnya ia meninggalkan ibunya dengan suami barunya itu di ruang keluarga.

Rachel berjalan cepat menuju kamar, ia tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan ibunya itu. Ditengah kekesalanya, Rachel berusaha berpikir bagaimana caranya agar ia bisa tetap di rumah dan mengusir suami baru dari ibunya. Rachel menutup pintu kamar dengan kasar hingga berbunyi dengan keras. Rachel mengacak-acak rambut pirangnya setelah itu membanting dirinya sendiri di atas tempat tidur yang bergambar karakter animasi.

Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu dari luar kamarnya. Dengan malas Rachel membukakan pintu dan betapa terkejutnya ia ternyata yang mengetuk pintu adalah orang yang paling ia benci.

"Sedang apa kau? Kenapa kau ada di sini?" Tanya Rachel sembari bersembunyi di balik pintu.

"Hey begitukah cara mu menyapa kakakmu huh?" Tanya sang kakak dengan nada marah dan mengancam.

Dengan cepat Rachel menutup pintu kamar kemudian mengganjal knop pintu dengan kursi yang ada di meja rias. Terdengar suara ketukan bahkan bisa dikatakan sebagai hantaman di pintu. Rachel dengan sigap mengambil headphone kemudian memakainya dan menyalakan lagu secara acak.

"Rachel! Buka atau akan aku hancurkan pintu ini!" Teriak sang kakak dari luar.

Rachel tidak menghiraukan teriakan itu dan hanya fokus menari dengan iringan musik dari headphone yang ia pakai.

4 tahun lalu saat Rachel duduk di bangku SMP ia selalu menjadi bahan bully-an dari teman sekelasnya dikarenakan penampilannya yang cupu dan sifatnya yang pendiam. Lalu saat Rachel tengah di bully, kakaknya yang bernama Andrew itu datang kemudian memukuli anak-anak yang mem-bully Rachel. Setelah kejadian itu, Rachel di takuti oleh teman-teman sekelasnya namun bully-an masih sering Rachel alami.

Andrew yang muak kemudian mendatangi sekolah Rachel dan meminta agar anak-anak yang mem-bully Rachel untuk dikeluarkan saja dari sekolah. Orang tua dari para pembully itu tidak terima dengan laporan dari Andrew sehingga mereka meminta bukti dengan santai Andrew malah memberikan para orang tua itu uang dengan jumlah yang tidak sedikit sebenarnya uang itu diberikan sebagai jaminan agar ketika para pembully itu keluar dari sekolah mereka yang sekarang akan mudah untuk membayar uang bulanan di sekolah mereka yang baru tetapi kabar yang beredar adalah bahwa Andrew menyogok orang tua murid agar mengiyakan laporan yang ia buat.

Sejak saat itu tidak ada seorang pun yang membully Rachel tetapi semua orang di sekolah bahkan para guru menjulukinya dengan julukan penjilat padahal ia tidak pernah melakukan apapun bahkan ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Akhirnya Rachel menghabiskan dua tahun terakhir masa SMP nya dengan julukan penjilat yang ia dapat dan di permalukan hampir sebagian siswa dengan menyebarkan rumor yang aneh-aneh mulai dari kakaknya dan ia yang memiliki bisnis aneh, ia yang di duga sebagai PSK di luar jam sekolah, ibunya yang memeras para pria kaya, dan lain-lain. Setelah kejadian itu lah Rachel mulai menjauh dari keluarganya sendiri belum lagi ayahnya meninggal karena serangan jantung membuat Rachel ingin sekali pergi dari kehidupannya yang sekarang.

BRAKK!!!

Suara dentuman keras di sertai daun pintu yang hampir lepas dari engselnya membuat Rachel kaget setengah tewas. Andrew berdiri sambil menyilangkan tangannya di depan kusen pintu. Andrew menatap Rachel dengn tatapan dingin sedangkan Rachel memandang balik kakak laki-laki nya itu dengan kaget dan ketakutan. Andrew memang seorang atlet taekwondo tetapi Rachel tidak tahu bahwa tendangan kakaknya bisa merusak sebuah pintu yang tidak berdosa.

Melihat Rachel yang ketakutan, Andrew mengeluarkan senyuman liciknya yang khas kemudian menarik headphone dari telinga Rachel dengan kasar. Rachel hanya bisa merintih kesakitan saat hedphone yang ia pakai di tarik paksa oleh Andrew. Andrew menggendong Rachel seperti membawa karung beras dipundaknya lalu membawa adik perempuannya itu ke ruang tengah.

Rachel memasang wajah kesal dan mendecak saat melihat ibu dan ayah tirinya yang masih duduk di sofa yang ada di ruang tengah. Andrew memukul bokong Rachel dengan kuat untuk menakuti dan mengancamnya jika adiknya itu berani bertindak tidak sopan. Rachel merintih kesakitan kemudian mengelus bokongnya.

Andrew mendudukan Rachel pada sofa berhadapan dengan kedua orang tua mereka kemudian Andrew sendiri duduk di samping Rachel. Rachel hanya bisa memasang wajah kesal sekaligus kesakitan sementara itu ayah tiri dan ibu mereka hanya bisa menahan tawa. Andrew memegang telapak tangan Rachel kemudian memainkannya.

"Jadi, kapan aku bisa mengambil anak perempuan bodoh ini?" Tanya Andrew membuka pembicaraan sementara tangannya sibuk meremas-remas Telapak tangan dan jari-jemari Rachel.

"Hah?! Siapa yang kau sebut bodoh?" Tanya Rachel kepada Andrew, dengan seketika Andrew memelintir jari kelingking Rachel hingga Rachel berteriak kesakitan.

"Kamu yakin nggak keberatan nak? Rachel itu nggak nurut loh anak nya." Tanya sang ibu sambil berusaha menahan tawa melihat Rachel yang di jahili oleh Andrew.

"Tenang aja ma, kalau Rachel nggak nurut aku bisa hukum kok supaya dia nurut." Jawab Andrew sambil melirik tajam ke arah Rachel.

"Kalau begitu kamu bisa bawa adik kamu kapan pun kamu mau." Ujar sang ibu dengan wajah bahagia.

Rachel mendecak kesal melihat percakapan ibu, ayah, dan anak laki-lakinya itu, ia merasa tidak dianggap bahwa ia ada di sana. Dengan kesal Rachel berdiri dari tempat duduknya namun belum selangkah ia pergi meninggalkan tempat itu Andrew menarik tangan Rachel hingga Rachel kembali duduk tepat di pangkuan Andrew. Rachel terkejut kemudian dengan di penuhi rasa kesal, Rachel memberontak dari cengkeraman kedua tangan Andrew yang menguncinya agar tidak bisa pergi kemana pun, Rachel merasa bahwa ia adalah seekor ikan yang sedang berada pada cengkeraman burung elang.

Ada sekitar 45 menit Andrew berbincang dengan kedua orang tuanya. Setelah di rasa oerbincangan itu cukup, Andrew melepas cengkeramannya dari tubuh Rachel yang saat itu sudah pasrah dengan keadaan. Andrew mendorong Rachel agar berdiri dan Rachel sendiri hanya bisa menurut. Setelah itu Andrew berpamitan kemudian menarik tangan Rachel agar ikut dengannya. Tiba-tiba semangat Rachel kembali lagi, Rachel menarik tangannya dari tangan Andrew kemudian berlari menuju kamarnya dan masuk ke dalam kamar mandi.

Andrew berlari menyusul Rachel dan akhirnya ia berakhir di depan pintu kamar mandi Rachel. Andrew mengetuk pintu kamar mandi dengan kuat seperti saat ia mengetuk pintu kamar Rachel.

"Hey! Ayo keluar!" Teriak Andrew dari luar kamar mandi.

"Tidak mau! Pulang sana!" Sahut Rachel dari dalam kamar mandi.

"Ayolah sayang... kakak janji tidak akan jahil lagi percaya lah." Ucap Andrew dengan nada bicara yang mulai melembut.

"Nanti kakak belikan es krim deh kalau kamu mau tinggal sama kakak." Sambung Andrew.

Pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka sendiri dengan perlahan dan Rachel mengintip dari balik pintu tersebut. Andrew menatap Rachel dengan tatapan lembut kemudian mengulurkan tangannya ke hadapan Rachel. Rachel meraih tangan kakaknya itu. Andrew kembali tersenyum licik kemudian menarik kasar tangan Rachel dan menyeret adik perempuannya itu keluar dari dalam kamar mandi.

"Dasar pembohong!" Teriak Rachel.

"Tidak ada yang menyuruhmu untuk percaya padaku." Ucap Andrew sambil menarik tangan Rachel dan membawanya hingga ke depan mobil yang ia bawa.

"Aku tidak mau ikut!" Teriak Rachel lagi.

"Masuk dulu ke mobil setelah itu akan aku jelaskan semuanya kenapa mama pengen kamu tinggal bareng aku." Ujar Andrew sambil menuntun Rachel masuk ke dalam mobil yang ia bawa.

Setelah Rachel masuk ke dalam mobil dan duduk kursi belakang, Andrew pun masuk kedalam mobil dan duduk di kursi pengemudi. Sebelum tancap gas, Andrew sempat berpamitan serta melambaikan tangan ke kedua orang tua mereka sedangkan Rachel hanya bisa menghela napas dan memijat dahinya.

"Rachel, mama sengaja menyuruh mu untuk tinggal dengan ku karena mama akan menjodohkan mu dengan salah seorang teman ku tenang saja ia tampan dan kaya kok." Ucap Andrew sembari tancap gas dan menjalankan mobilnya.

"Tunggu dulu! apa maksudnya itu?" Tanya Rachel dengan penasaran sekaligus terkejut.

"Kamu tahu sendiri kan perusahaan tekstil keluarga kita pendapatannya mulai menurun bahkan hampir bangkrut untung saja teman ku itu datang membantu jika tidak kamu tidak mungkin bisa sekolah sampai lulus seperti sekarang." Jawab Andrew yang mulai mempercepat laju mobilnya.

"Ini hanya perjodohan saja kan?" Tanya Rachel lagi, ia masih tidak percaya dengan apa yang di katakan kakak laki-lakinya itu.

"Jika dia ingin lebih itu kita tidak bisa berbuat apa-apa kamu tau sendiri kan seberapa pengaruhnya perusahaan pakaian Ideal Fashion bagi pengusaha tekstil seperti kita, apalagi perusahaan mereka sedang banyak peminatnya." Jawab Andrew sembari menghela napas berat.

"Sebenarnya aku juga tidak mau mengorbankan mu untuk hal ini tapi ya mau bagaimana lagi ini cara satu-satunya untuk mempertahankan warisan papa." Sambut Andrew dengan nada bicara yang pelan.

Rachel mengacak-acak rambutnya setelah mendengar penjelasan dari Andrew. Ia kesal, marah, terkejut, sedih, semua perasaannya campur aduk tetapi tetap saja ia tidak bisa melakukan apapun ia sendiri saja baru lulus SMA. Rachel tidak bisa memikirkan apapun lagi yang ada dipikirannya adalah menjadi egois dan kabur tetapi tidak mungkin jika ia melompat dari mobil yang sedang melaju kencang.

Ditengah lamunannya, mobil yang di bawa Andrew berhenti di sebuah salon yang sangat ramai. Rachel mengangkat salah satu alisnya. Ia penasaran rencana apalagi yang akan di lakukan Andrew pada dirinya.

"Turun!" Perintah Andrew dengan tegas.

Rachel pasrah saja, ia menurut dengan turun dari mobil kemudian di susul oleh Andrew yang ikut turun dari mobil. Andrew menarik tangan Rachel kemudian memasuki salon. Di dalam tersebut ada beberapa pegawai wanita yang menyambut mereka.

"Wah ada tuan Andrew, selamat datang tuan mau potong rambut?" Tawar salah satu pegawai wanita yang ada di sana.

"Tidak hari ini tolong urus anak ini." Ucap Andrew sembari meninggalkan Rachel dikerumini para pegawai sedangkan ia duduk di sofa sambil merokok.

"Jadi kamu calon istrinya tuan besar ya?" Ujar salah satu pegawai yang kemudian membawa Rachel masuk ke dalam sebuah ruangan yang memiliki pintu yang sangat besar.

Setelah menghabiskan waktu 2 jam, akhirnya Rachel keluar dari dalam ruangan itu. Bisa dikatakan bahwa penampilan Rachel sangat berbeda dari sebelumnya. Sebelum pergi ke salon, Rachel hanya memakai kaos biru polos dan celana training serta rambut acak-acakan dan wajah yang kusut. Setelah diberikan pakaian baru dan beberapa sentuhan make-up Rachel yang awalnya hanya seorang upik abu sekarang berubah menjadi tuan putri yang sangat cantik.

Andrew tersenyum melihat perubahan adiknya itu. Ia bangkit dari sofa kemudian berterima kasih dan membayar hasil kerja keras para pegawai itu sebelum akhirnya ia membawa Rachel kembali ke dalam mobil lalu membawanya ke tempat yang seharusnya dituju.

Setelah 45 menit perjalanan sampailah mereka di sebuah gedung yang sangat megah dan indah terlihat dari eksterior. Dengan wajah tidak bersahabat, Rachel keluar dari dalam mobil dan dengan di gandeng oleh Andrew memasuki gedung tersebut.

"Jadi ini ya calon istri ku."

avataravatar
Next chapter