2 Harimau Putih

Sraaat, Buuuaaaaak.

Tubuhku terbang layaknya anak panah yang melesat dari busurnya, setelah itu. Tubuhku terbentur penghalang tak terlihat yang berada di sekitar arena pelatihan. Di depanku adalah Paula yang memiliki seluruh tubuhnya basah oleh keringat. Ohhh maaaan liat tubuhnya, so sexy dude. :v

Mungkin kau bisa berkata bahwa aku cabul atau sebagainya, aku tak peduli. Tapi yang pasti, saat ini wanita di depanku yang baru berusia seusia denganku memiliki tubuh yang bahkan orang dewasa akan giurkan.

Setelah mengirimku terbang dengan tinjunya, Paula melesat kembali ke arahku yang baru saja akan bangkit dari benturan tadi. Uggh jika kau bisa merasakan perasaan berada di sisiku kau pasti akan menangis kawan. Aku menghindari serangan yang datang dari arah kanan, dan mengangkat tangan kiriku untuk menahan serangannya yang tersembunyi.

Buaaaaak

Suara benturan antara tanganku dan tangan Paula terdengar sangat keras, aku sedikit terseret akibat benturan itu dan mencoba untuk bangkit. Saat aku sudah menstabilkan tubuhku, tiba-tiba dari arah depan ada kaki yang siap menghantam mukaku.

Oh ayolah, ini hanya latihan saja. Bagaimana bisa kau menyerang mukaku?

Aku dengan spontan mengangkat kedua tanganku untuk melindungi mukaku. Namun tendangan itu tak pernah sampai di tanganku. Paula tiba tiba memutar tubunya dan mengubah tendangannya. Namun apa yang tak di antisipasi oleh Paula adalah aku sudah mengerti gerakannya. Saat Paula memutar tubuhnya, tanganku yang tadinya menahan berubah mencengkram kaki Paula yang tadinya akan di gunakan untuk mengubah serangannya.

Saat aku memegang kakinya. Uggh aku berani bersumpah, kekenyalan kakinya sangat menggairahkan kawan. Kulit di balik kain itu sangat mulus, bahkan kain khusus itu tak bisa menyembunyikan kemulusan dari kulit Paula. Meski begitu aku masih dapat fokus dan mengerahkan tenaga ke kedua lenganku. Aku lalu melempar paula dengan sekuat tenaga, Namun bagaimana orang biasa sepertiku bisa melempar seorang bintang seperti Paula. =_='

Saat Paula akan terlempar dia melompat dengan satu kakinya yang tadinya akan di gunakan untuk membuka tanganku. Sudah ku bilang kan dia bisa mengubah lintasan serangannya sesuka hatinya. hufft sangat menyebalkan.

Dia melompat dan mengaitkan kakinya yang tak aku pegang ke arah leherku. Kau tau apa? Saat ini di depan mataku adalah sebuah surga. Aku memiliki dorongan untuk memajukan wajahku ke depan, namun ketakutan akan kejadian setelah itu menyadarkan insting laki-lakiku. Meski begitu aku tetap melihat sekilas sebuah lembah yang hanya ada di surga dunia mungkin.

Setelah kakinya terkait ke leherku, dia berputar saat tubuhnya berada di udara, dia berputar secara horisontal dan menendang dadaku dengan kakinya. Saat itulah aku merasakan seperti udara di renggut dari paru-paruku. Rasa sesak yang aku rasakan mencekik tenggorokanku bahkan pandanganku sempat kabur beberapa detik.

Akibat dari tendangan itu aku terlempar dan lagi-lagi membentur pembatas arena.

"Hai, Ke-Ra-Pu. Ayolah seriuslah sedikit" Bentaknya dengan kedua tangan berada di pinggang membuat dadanya menjulang dengan sombong. Aghhh sial.

"Bisa kau berhenti memanggilku kerapu, namaku Kevin" Aku perlahan bangkit dari bawah, dadaku masih terasa sakit, akibat dari tendangan tadi.

"Kevin Raihan Putra, Ke-Ra-Pu. Hahahaha" Paula tertawa terbahak bahak.

"Huh, PAAAAAAUUUUUUUUSSSSSS" Aku membalasnya dengan pose profokasi.

"Apa yang kau katakan?" Paula sedikit bingung dengan apa yang aku katakan.

"Aku bilang, kau PAAAAAUUUUUSSSSS" Aku memperjelas perkataanku.

"BAGAIMANA BISA NAMAKU BERUBAH MENJADI PAUS?" Paula membentak dengan kemarahan di wajahnya yang cantik, saat dia marah. Dia dengan tidak sengaja menghentakkan tubuhnya membuat payudaranya bergetar dan bergunacang ke atas dan ke bawah. Oh Man Shiit, jika saja aku tak bisa mengontrol diriku mungkin hidungku saat ini sudah berdarah, stimulasi ini terlalu berat untukku.

"Paula Sintia, Paus kan?" Jawabku sembari mengangkat bahu.

"Ka-Ka-Kau berani?" Paula menjadi merah di seluruh wajahnya.

"Aku akan mengalahkanmu!" Paula tiba-tiba melesat ke arahku. Aku hanya sedikit tersenyum melihat Paula yang mudah terprofokasi.

'Kena kau'

Pertama pusatkan titik grafitasi di telapak kaki, alirkan energi mana ke arah perut. Pusatkan energi ke bahu dan telapak tangan, fokuskan indra ke sekitar.

Bzzzzzz

Seluruh tubuku di penuhi dengan energi, aku mengalirkan energi dengan cara yang unik. Pori-poriku yang menyerap mana dari udara memusatkan mana ke tempat tempat tertentu.

Saat Paula ada di depanku dengan jarak hanya beberapa senti meter aku tetap berada di kuda-kudaku. Lalu tiba tiba dia menghilang dari hadapanku. Saat itulah aku merasakan hembusan angin dari sebelah kanan tubuhku.

Aku lalu mengendalikan mana yang sudah terpusat di perut serta telapak tangan ke arah bahu sebelah kiri lalu memindahkan pusat grafitasiku ke paha kiri dan telapak kaki sebelah kiri, lalu memberi sedikit sentakan dorongan untuk kaki sebelah kanan.

Tiba-tiba dari sebelah kiri tubuh paula muncul dan berbenturan dengan bahu kiriku, Payudaranya yang berukuran d-cup itu menjepit bahuku di antara lembah kembarnya, namun itu hanya beberapa mili detik sebelum tubuh paula terlempar karena gaya dorong yang di hasilkan oleh bahuku. Tubuh indahnya itu melesat di udara dan terbentur dinding pembatas arena, aku tak melewatkan kesempatan ini dan langsung melesat ke arah tubuh Paula.

Aku langsung melakukan kuncian ke tubuh Paula yang masih berada di bawah. Tangan kanan menahan lehernya dari belakang, tangan kiriku berada di bawah dadanya menahan tangan kiri dan kanan Paula. Kakiku melingkar antara pinggang dan kaki bawah Paula. Meski kuncian ini agak canggung namun hanya ini yang tersedia untuk melawan Paula. Namun anehya saat aku mengunci tubuh Paula, Paula yang biasanya akan melakukan perlawanan terhadap kuncian diam tak bergerak. Aku merasakan ada yang aneh dan baru menyadari bahwa Paula menutup matanya.

Oh sial, apa dia pingsan? fikirku.

Naula yang menjadi wasit melihat Paula tak sadarkan diri dan memberi tanda bahwa aku yang memenangkan pertandingan ini. Ah siaal kenapa buru-buru, aku baru saja menikmati posisi ini sial.

"Paula tak lagi bisa melanjutkan pertempurannya. Ke-ke-kevin yang menang" Setelah dia dengan gugup mengumumkan kemenanganku, dari arah belakang terdengar suara yang agak kesal.

"Bisa kau lepaskan kak Paula?" jelas Suara itu terdengar sedikit jengkel. Aku mengarahkan pandanganku ke belakang kepala dan melihat loli kecil imut eh....

Maksutku Diana, dengan tatapan mematikan mengerutkan kening. Aku dengan cepat melepas kuncuanku kepada Paula dan menjauh dari tubuhnya.

"Ma-ma-ma-afkan aku" tunggu kenapa aku minta maaf? aku tak melakukan kesalahan apapun.

Loli itu, maksutku Diana mengabaikan perkataanku dan mendekat ke arah Paula lalu melantunkan mantra dan melambaikan tangannya beberapa kali.

"Aku mrintahne Mana kang ono nang alam, warasno mbakku, tangekno mbakku ko semapute" Mana yang berada di udara lalu berkumpul di tangan Diana dan memasuki tubuh Paula dari hidung mulut serta pori-pori tubuhnya. Beberapa detik setelahnya Paula perlahan-lahan membuka matanya dan merasa sedikit bingung.

"Uggh dimana aku? apa yang kulakukan disini?" Dia memegang kepalanya yang mungkin merasa sakit akibat berbenturan dengan pembatas arena.

"Ahh aku ingat, Kerapu, mana kerapu? aku sedang berlatih bertempur dengannya kan? Mana dia" Paula mencari-cari di sekitar berusaha menemukan aku.

Aku yang berada beberapa langkah darinya sedikit merasa malu dan ingin berbicara.

"aku a...."

"Kakak kalah. Kakak kalah seperti biasa. Dia membuatmu pingsan dan mengunci tubuhmu dengan kuncian biasa. Kak Paula tetap tak bisa mengalahkan dia seperti biasa" Kata-kata dingin dari loli di samping Paula, maksutku Diana. Datang dari belakang Paula, membuat Paula tercengang. Setelah itu dia sedikit merilekskan tubuhnya dan meratap.

"Kalah lagi ya?. Huuuh" Paula lalu mengangkat kepalanya dan menoleh ke arahku.

"Meski aku kalah lagi darimu aku tak akan menyerah, suatu saat aku pasti akan bisa mengalahkanmu. Ini sebagai bentuk kebanggaan dari seorang seniman beladiri yang di akui negara" Paula menyatakan dengan sikap tegas sembari menatapku dengan resolusi kuat.

"Aku hanya bisa menganggukkan kepala seperti ayam yang memakan makanannya yang berada di bawah.

.....

"Apa ada yang menarik dari murid tahun pertama kali ini?" Seorang lelaki setengah baya bertanya kepada pemuda yang berdiri di hadapanya dengan sikap istirahat di tempat.

"Ada dua bintang dari perusahaan Harimau putih yang mendaftar ke sekolah kita. Mereka adalah keturunan langsung dari dewi harimau putih" Jawab pemuda itu dengan nada hormat.

"Hemmm Harimau putih ya?"

"Lalu yang lainnya?"

"Ada juga beberapa anak muda dari cabang keluarga besar, atau bangsawan daerah lokal, namun yang paling menonjol setelah ke dua anak dari perusahaan Harimau putih itu adalah seorang bangsawan muda dari keluarga Ular hijau"

"Ular hijau ya...."

....

"Tuan muda, apakah semua barang-barang untuk keperluan anda ke akademi sudah di siapkan?" Seorang wanita yana mengenakan pakaian hitam putih bergaya pembantu tengah memijat bahu seorang pemuda yang bersantai di sova.

"Sudah, Fey yang menyiapkannya." Jawab pemuda itu dengan lembut.

"Begitukah?" balas wanita itu.

"Yaah, itu hanya pergi ke sekolah lagi pula, apa yang harus aku siapkan?" Jawabnya dengan santai lagi.

"Jangan meremehkan sekolah tuan muda. Dari sekolah itulah anda mempelajari ilmu-ilmu yang kelak akan berguna di kehidupan tuan muda.

Laki-laki itu lalu mengangkat tangannya dan memegang tangan maid yang tengah memijatnya itu dan berbalik ke arah maid itu. Dia lalu menarik maid itu mendekati tubuhnya hingga wajah maid itu hanya berjarak beberapa senti meter dari wajahnya.

Dia dengan perlahan semakin mendekatkan bibirnya ke arah bibir maid itu sembari berbisik dengan lembut.

"Aku sudah memiliki ilmu yang aku butuhkan untuk kehidupanku" Dia lalu menjulurkan lidahnya ke arah mulut Maid itu yang di balas dengan hisapan dari mulut Maid tersebut. Tangan laki-laki itu lalu bergerak dengan lihai ke belakang leher dan payudara Maid itu.

avataravatar
Next chapter