1 Part 1

"Siram lebih banyak!" perintah Jessika. Lantas gadis berpakaian seragam sekolah itu semakin bertindak gila dan terus menuangkan minyak makan ke tubuh teman sekelasnya itu, walau teman sekelasnya itu sudah terlihat tak berdaya, tapi mereka terlihat santai seakan tidak menghiraukan penderitaan yang ia alami. "yak Yura! Lemparkan tepung itu padanya!"

"Ne sunbae-nim!(senior)" Yura mengangkat sebuah baskom yang berisikan tepung terigu, lalu dalam sekejap tepung tersebut sudah melumuri tubuh teman sekelasnya itu.

"Hahaha.. Kau terlihat lucu." kata Jessika hingga melompat-lompat karena kesenangan.

"Apa ini tidak keterlaluan?" Krystal mengintip dari buku yang tengah ia baca.

"Lanjutkan saja membacamu!" ujar Jessika seraya menepuk pelan buku yang berada didepan wajah Krystal. Sedikit memaksakan, Krystal kembali membaca bukunya.

"Huh, aku lelah." kata Jessika. "kita hentikan saja." ia menghempaskan tubuhnya di sofa panjang di samping adiknya Krystal. "yak kau, pergilah." kata Jessika kepada juniornya yang kini sedang berusaha bangkit dari lantai. "yak.. Kenapa kau masih disana! Sana pergi! Kau bau sekali." tapi juniornya itu masih saja sulit bangkit, bahkan terpeleset berkat minyak makan yang bergenang di bawah kakinya. "yak Yoona! Apa kau masih belum puas? Mau aku siram lagi?" sebelum Jessika bangkit untuk kembali menyiksanya, walau tetap terjatuh, tapi kali ini Yoona berhasil bangkit dan dengan langkah gontainya ia berlari dari sana. Membuka pintu gudang sekolah dengan buru-buru karena ketakutan.

"Omo!(astaga)" teriak seseorang dari balik pintu. Kaget ketika mendapatkan Yoona muncul dengan keadaan seperti itu. Yoona yang mendapatkan wajah seniornya dihadapannya langsung menunduk malu berusaha melarikan diri. "Yoona-a, kau kenapa?" tanya Seungri yang tengah melototinya. Tentu gadis itu tidak akan mengatakannya. Ia memilih pergi dari sana.

---

     Membersihkan tubuhnya di toilet sekolah. Sungguh tidak enak aroma tubuhnya pada saat itu. seperti biasa, ia menukar seragam sekolahnya dengan baju olahraga yang selalu ia bawa didalam tas sekolahnya. Terpaksa, tepatnya ia harus kembali memakai baju olahraga hari ini. Memasukkan seragam sekolahnya yang dilumuri minyak dan tepung kedalam plastik kresek. Menenteng plastik seraya melangkah menuju kelasnya. Tidak menghiraukan tatapan siswa disana yang sudah bisa menebak isi dari plastik yang ia bawa.

"Yak lihat, Yoona kembali menenteng plastik! Haha, dia pasti habis dikerjai sunbae." bisik seorang siswi yang baru saja ia lewati.

"Hus, jangan begitu. Kau tidak kasihan padanya?" tangkas siswi lainnya yang suaranya masih dapat didengar Yoona. Mendengar percakapan mereka, Yoona hanya bisa mendengus dan terus melangkah.

     Kembali meyakinkan dirinya untuk membuka pintu kelas. Harus bersiap menghadapi apa yang sebentar lagi akan diterpanya. Sedikit gemetar, Yoona mulai menggeser pintu itu, suara pintu membuat isi kelas yang tadinya berisik menjadi sepi. Tapi beberapa detik kemudian kembali semarak akan kata-kata hujatan untuknya.

"Yak! pergi sana! Kau bau sekali." kata Yura yang ternyata sudah berada didalam kelas. Didukung dengan teman-teman lainnya yang memberi isyarat dengan menutup hidung mereka dan memasang ekspresi jijik terhadapnya. Melihat penolakan yang mereka tunjukkan, tidak mungkin baginya untuk tetap masuk kesana. Ia pun rela melangkah pergi. Kembali menggeser pintu kelasnya.

"Masuklah." pria bertubuh jangkung dengan badannya yang atletis, dibalutkan kemeja putih ngepas dan celana kain yang rapi dengan garis yang tepat. Menatapnya hangat seakan mengerti kondisinya.

"..." mengetahui bahwa yang dihadapannya adalah wali kelasnya, Yoona langsung menunduk takut. Tapi juga ragu untuk kembali kedalam kelas.

"Aku bilang masuk." tambah wali kelasnya dengan tegas namun tetap terdengar lembut. Yoona mencoba menatapnya dengan tatapan memohon, tapi wali kelasnya terlihat tidak menghiraukan itu dan malah menariknya masuk. "duduk." memerintahnya untuk segera duduk di bangkunya yang berada di sudut ruangan itu. tidak mungkin menolak, Yoona pun memaksakan tubuhnya bergerak dan segera duduk. Tentu suara teman-temannya kembali terdengar, kata-kata tak layak kembali sampai ke telinganya. "diam semuanya!"

"..." keadaan kelas sepi dalam sekejap.

"Aku minta kalian jujur, dan jawab pertanyaan aku dengan cepat!" mendengar perkataan wali kelasnya, Yoona langsung menatap wali kelas yang sekaligus gurunya itu. menyadari tatapan darinya, raut wajah wali kelasnya sedikit melemah setelah dengan kuat menahan amarahnya. Tidak ingin wali kelasnya mengatakan sesuatu yang hanya akan membuatnya kembali disiksa. kumohon jangan katakan itu.. erang Yoona dalam hati dan terus menatap tajam wali kelasnya. Terlihat diam sesaat. "siapa yang mengisi kedatangan Sehun di absen kelas?" nyaris berniat lari dari sana. Tapi ternyata perkataan wali kelasnya tidak menyangkut hal itu.

"Yak, apa itu kau?" bisik Yura kepada Krystal yang sedang asik mencoret-coret buku tulisnya.

"Hmm.." Krystal mengangguk pelan.

"Haha.. Daebak." sudah biasa dengan kehebatan sahabatnya itu.

"Aku tanya sekali lagi. Siapa.."

"Aku." sela Krystal. Menatap wali kelas mereka yang tampan itu tanpa takut. Malah terlihat menantang. "waeyo?(kenapa)"

"Kau, sudah berapa kali aku peringatkan, jika.."

"Sudahlah, anda mengajar saja. Tidak perlu mengurusi hal itu." Yura yang berada disampingnya semakin mengagumi keberanian sahabatnya itu.

"..." wali kelasnya terlihat diam, menatapnya sembari berpikir. Tapi tepatnya menahan amarah.

"Wae? Anda ingin melaporkan ini? Silahkan.. Aku juga penasaran dengan apa yang akan appa katakan ketika anda mengatakannya." ucapnya dengan ekspresi datar tetap menantang. Pria berumur 27 tahun itu hanya menatapnya dalam diam. Menenangkan dirinya, tentu tidak mungkin berlamaan disana. Ia pun keluar dari kelas diiringi sorakan dari muridnya.

---

     Yoona baru saja membeli kue beras kesukaan neneknya. Ia terlihat bahagia tidak sabar melihat wajah neneknya ketika melihatnya membawa kue beras itu. berjalan di trotoar tepi jalan menuju rumahnya. Tangan kanannya memegang sekantung plastik yang berisikan kue beras, dan kanan kirinya memegang plastik yang berisikan seragam sekolahnya.

     Melewati beberapa gang untuk menuju rumahnya. Jarak antara sekolah dan rumahnya termasuk jauh, tapi bagi Yoona berjalan kaki lebih menarik dari pada menggunakan bis. Bukan berarti ia tidak memiliki uang, bahkan Yoona sangat kaya raya, tapi ia merahasiakan itu dari teman-temannya. Hanya neneknya dan wali kelasnya lah yang mengetahui ekonominya. Dan juga pria itu, yang tengah menatapnya dari balkon lantai dua rumahnya.

     Melihat pria itu berada disana, Yoona hanya tertawa pelan seakan sudah bisa menduga tingkahnya. Pria itu menaikkan sebelah alisnya ketika melihat Yoona tertawa. Tapi tetap memasang wajah datarnya dan tidak berniat bereaksi apapun. Yoona kembali melangkah hendak memasuki rumahnya yang berada tepat didepan rumah pria itu, dan ketika itu suara seseorang menahannya. Ia segera berbalik guna mencari siapa yang memanggilnya.

"Oo, Jong Suk oppa.." ternyata wali kelasnya.

"Hoh, aku jadi lega setelah kau memanggil namaku." pria tampan itu tersenyum lega karena sedari tadi risau memikirkan keadaan tetangganya itu. "kau baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja."

"Kau tidak bisa membohongiku." raut wajah pria itu menjadi lesu. "mianhae(maafkan aku), aku tidak bisa tegas kepada mereka. Kau tahu sendiri, walau aku bersikap keras, itu tidak menghasilkan apapun."

"Aku baik-baik saja. Lebih baik kau urus adikmu itu." ucapnya sembari mencndongkan dagunya kearah pria yang masih mengamati mereka dari balkon rumahnya. Seakan bisa menebak dengan apa yang akan terjadi, cepat-cepat Yoona berlari memasuki rumahnya.

"Yak Oh Sehun! Kau bolos lagi? Kau berbohong padaku hah! Kau sengaja mau mempermalukan aku?" celotehnya dengan langkah cepatnya memasuki rumahnya tak sabar memberi pelajaran kepada adik satu-satunya itu.

---

"Kau menyukainya?" wajah yang sudah keriput itu tersenyum puas. Mengangguk pelan mengiyakan pertanyaan cucunya. "halmoni, bagaimana jika kita pindah saja dari sini?" mendadak senyuman menghilang dari wajah neneknya.

"Waeyo? Apa Krystal dan Jessika mengganggumu lagi?" tanyanya dengan suara seraknya.

"Ani(tidak). Hanya.." tetap berbohong seperti yang selama ini ia lakukan.

"Sabarlah.. Kau tidak boleh menyerah. Aku yakin, suatu saat mereka akan mulai menerima keberadaanmu dan berhenti menyakitimu."

"Tapi halmoni..(nenek)"

"Sana mandi, kau bau sekali. Kali ini apa yang mereka lakukan? Kenapa aroma tubuhmu bisa seperti ini?"

"Sulit sekali berbohong padamu." ucapnya dalam hati seraya berjalan menuju kamarnya.

---

     Menyisir rambut panjangnya dihadapan kipas angin yang berputar kencang. Segera aroma shamponya memenuhi kamarnya. Menggunakan kaos polos berwarna putih dan jeans birunya, Yoona melangkah menuju halaman rumahnya. Sore hari merupakan waktu dimana ia harus menyiram tanamannya. Satu-satunya pekerjaan yang dapat membuang segala penat yang ia rasakan.

     Menyapu halaman yang dipenuhi dengan daun kering berkat pohon yang ada dihalaman rumahnya. Mengumpulkan daun-daun tersebut lalu memasukkannya kedalam karung goni yang berukuran besar. Selesai itu ia segera menyeret goni yang sudah gembung itu keluar dari rumahnya. Terus menariknya hingga tiba di tempat pembuangan sampah. Walau disebut tempat pembuangan, namun yang terlihat jauh berbeda. Disana jauh lebih indah dari pada taman yang ada disekolahnya. Dan sebenarnya, disana merupakan salah satu tempat favorit Yoona untuk bermain. Seperti yang ia lakukan setelah itu.

     Melewati tempat pembuangan sampah itu, melewati jalan kecil yang terhimpit oleh barisan pepohonan. Musim gugur membuat pemandangan disana semakin indah berkat dedaunan yang berjatuhan. Yoona menendang tumpukkan daun kering yang menghalangi jalannya, lalu daun kering itu pun berhamburan dan setengah berterbangan.

"Yak.. Yak! Mwoya!(apaan sih)" Sehun muncul dari sela-sela pepohonan dengan sapu berada di tangannya. "kenapa kau mengotorinya lagi? Aish!" cepat-cepat ia kembali menyapu daun-daun itu agar jalanan kembali terlihat bersih.

"Kau benar-benar tidak ada kerjaan?" Yoona malah menepi guna memberikan pria itu ruang.

"Kau tidak lihat? Aku sedang bekerja." jawabnya tanpa memandang Yoona.

"Selalu ada alasan." Yoona lanjut berjalan, meninggalkan Sehun disana.

"Kau tidak berniat membantuku?" teriak Sehun beberapa langkah dibelakangnya.

"Tidak!" teriaknya tak kalah kuat.

     Tiba disebuah tebing ditemani sebuah pohon berukuran besar disudutnya. Duduk bersandar pada pohon itu. menikmani angin sore yang sejuk sambil mengamati pemandangan dari atas tebing. Tentu senyuman segera terkulum manis diwajah imutnya. Tapi sedetik kemudian senyuman segera menghilang karena mendadak tubuhnya dihujani tumpukkan dedaunan yang nyaris menutupi tubuhnya. Tidak perlu melihat, karena ia sudah bisa menebak perbuatan siapa itu.

"Balasan atas tidak berperikemanusiaannya dirimu." Sehun duduk disampingnya dengan santai. Melempar sekaleng minuman soda ke pangkuan Yoona. "apa lagi yang mereka perbuat?" tanyanya setelah itu. Yoona tidak menjawab, hanya menyeruput sodanya dengan nikmat. "memukulmu?" tanya Sehun lagi yang tetap tidak mendapatkan jawaban. "arraso(baiklah). Aku akan menanyakannya besok. Langsung pada mereka."

"Andwe(jangan), jangan lakukan itu!" tentu Yoona tidak ingin masalahnya menjadi besar.

"Karena itu jawab pertanyaanku." menatap Yoona dengan geram. Dengan terpaksa Yoona harus mengatakannya.

"Mereka hanya menyiramku dengan minyak dan tepung."

"Hanya itu?"

"Hem.." mengangguk pelan.

"Benar hanya itu?"

"Ne!" berteriak kuat tepat dikuping pria itu. sontak Sehun langsung terhentak kaget sampai berjongkok.

"Yak! kau mau mati?" Yoona sudah berlari kencang menjauhinya. Tak kalah kencang, Sehun mengejarnya sambil terus mengancamnya. "kau benar-benar gadis yang kejam! Tak bisakah kau bersikap lembut kepadaku?" sambil terus mengejar gadis itu.

"Tidak! Hahaha..." Yoona semakin mempercepat langkahnya.

---

     Langkahnya pelan berkat tubuh Yoona yang tengah berada di atas punggungnya. Beralasan malas melangkah, dan dengan manja meminta Sehun untuk menggendongnya. Tidak berniat menolak permintaan itu, bahkan Sehun melakukannya dengan senang hati. Sudah biasa untuknya meladeni sifat manja sahabatnya itu.

"Apa besok kau bolos lagi? Kau tidak takut pada oppa?" tanya Yoona yang sedikit mencondongkan wajahnya kesamping kepala pria itu. Dengan tangan gadis itu yang melingkar di depan dada Sehun.

"Wae? Kau ingin aku hadir? " tanya Sehun yang suaranya terdengar seperti menggema di telingan Yoona.

"Ne.."

"Kau tahu bahwa aku tidak bisa berbuat apa-apa ketika dihadapan mereka bukan? Itulah permintaanmu."

"Mmm.."

"Lalu apa gunanya aku hadir?" suaranya terdengar tidak bersemangat, kecewa pada dirinya sendiri.

"Kau kan juga harus sekolah!" menjitak kepala Sehun pelan. Lalu sedetik kemudian tangan gadis itu segera mengelus kepala pria itu.

"Baiklah." jawab Sehun dan terus melangkah. Keluar dari pagar tempat pembuangan sampah. Mereka disuguhi dengan lampu jalan perumahan itu yang setiap tiangnya dihiasi dengan lampu hias. Dengan ditemani cahaya malam, suasana semakin menarik. Tontonan yang sudah sangat sering Sehun dan Yoona saksikan. Namun tidak pernah bosan untuk menyaksikannya. Sehun bahkan memperlambat langkahnya agar mereka dapat menikmati tontonan itu lebih lama.

"Kau tidak lelah? Aku bisa turun." sadar Yoona karena Sehun sudah menggendongnya lama.

"Ani, gwenchana(aku baik-baik saja)." Sehun semakin menguatkan tangannya.

"Sehun-a. Bukankah kau punya buku fantasi itu? yang kita beli di Kyoto sewaktu berlibur." tanya Yoona setelah tanpa sengaja memutar kembali memorinya dalam beberapa jam yang lalu.

"Hmm, waeyo?(kenapa)"

"Aku melihat buku itu bersama Krystal. Apa kau yang memberikan padanya?" langkah Sehun pun terhenti.

"Aku tidak begitu mengingatnya." jawabnya setelah lama diam, dan kembali melanjutnya langkahnya.

"Jadi begitu." pikirnya yang kini sudah mengerti. Bahwa buku yang bersama Krystal benar milik Sehun. Tidak perlu merasa heran. Dan tidak perlu merasa kesal. Krystal memang dekat dengan Sehun. Tepatnya berusaha mendekatkan diri kepada Sehun. Sehun yang berwatakkan aneh-menurut Yoona-dalam arti tidak bisa bersikap buruk kepada wanita pun selalu menerima perlakuan Krystal. Yang dengan sangat jelas menunjukkan bahwa ia menyukai Sehun. Namun tetap saja, walau Sehun menyadari perasaan Krystal. Tetap saja ia berlaku sebagaimana biasanya. Menganggap gadis itu sama dengan gadis yang lain. Tapi tidak dengan Yoona. Sahabatnya. "turunkan aku!" pinta Yoona mendadak.

"Wae wae?" ia menjadi sulit menjaga keseimbangan karena Yoona tengah meronta meminta diturunkan dari tubuhnya.

"Krystal berada didepan rumahmu. Aku tidak ingin ia melihat kita bersama." lantas tangan Sehun dengan reflek membiarkan tubuh itu turun darinya. Yoona segera bersembunyi di sebuah pepohonan. "kka!(pergi sana)" menghempaskan tangannya sebagai kode agar Sehun segera pergi.

"..." lama menatap Yoona yang berada beberapa langkah disampingnya. dengan berat hati Sehun pun meninggalkan gadis itu disana. Dan menghampiri Krystal yang tengah berdiri di depan pagar rumahnya.

"Hoh, syukurlah." mengusap dada merasa berutung karena telah menyadari kehadiran Krystal disana. Karena jika tidak, ia tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya esok hari.

---

"Apa yang sedang kau lakukan disini?" tanya Sehun tanpa menyapa. Krystal terlihat sedikit kaget, namun dengan cepat memaksakan senyuman mautnya yang tidak menghasilkan reaksi apapun terhadap Sehun.

"Aku hanya ingin mengembalikan buku ini padamu. Tadi kau tidak hadir di sekolah, jadi kupikir untuk mengembalikannya langsung dirumahmu." ujarnya dengan lembut. Melihat buku yang baru saja ia ambil dari tangan Krystal, mengingatkannya kepada perkataan Yoona barusan. Tapi anehnya, ia benar-benar lupa kapan buku itu ia serahkan kepada Krystal.

"Oo, baiklah." hanya itu dan kembali diam. Menunggu perkataan gadis itu selanjutnya. Dengan cepat Krystal memikirkan hendak berkata apa. Satu detik.. dua detik.. tiga detik.. bahkan sampai lima detik, Krystal masih saja diam. "kau ada perlu apa lagi?" tegur Sehun yang tak sabar ingin masuk kedalam rumah. Krystal terhentak pelan. Terlihat ragu, tapi terus melangkahkan kakinya kedepan, mendekati Sehun. Dan.. mengecup pipi pria itu seperti kilat.

"Aku pulang dulu." ucap gadis itu yang sudah berlari dari sana menuju mobilnya yang berada tidak jauh dari rumah Sehun. Walau baru mendapatkan sebuah kecupan, Sehun terlihat biasa saja. Tak berekspresi sedikit pun. Malah terlihat malas dengan langkah beratnya memasuki rumahnya. Tapi disamping itu, Yoona lah yang mematung. Setelah menyaksikan itu. ia jadi lupa untuk berhenti bersembunyi disana. Namun berkat nyamuk yang mengingit tangannya, ia pun tersadar, dan dengan langkah cepat berlari kecil menuju rumahnya.

---

     Menenteng ranselnya yang sudah terisi dengan buku-buku pelajaran. Dan juga yang tidak pernah terlupakan olehnya, pakaian olahraga. Melangkah dengan santai. Tidak pernah sekalipun malas untuk berangkat ke sekolah, walaupun ada saja cobaan yang akan ia dapatkan disana. Jessika dan teman-temannya tidak pernah bosan menganggunya. Tapi disamping itu, mereka memiliki alasan. Alasan yang membuat Yoona tidak mampu melawan perbuatan kejam itu.

     Dilihatnya sebuah mobil berhenti tepat didepan pagar gerbang sekolah. Dua orang gadis keluar dari mobil mewah itu. lalu terlihat seorang wanita juga keluar dari sana. Mencium pipi kedua gadis itu. memeluk kedua gadis itu, dengan penuh kasih sayang. Sekilas, dapat Yoona rasakan sebuah tusukan tajam menancap di ulu hatinya. Perih. Tapi segera ia berusaha terlihat tegar. Dilihatnya kini kedua gadis itu meninggalkan wanita yang sepertinya ibu mereka. Tinggallah ibu mereka yang kini tengah mengamati Yoona, yang berada beberapa langkah dibelakangnya.

"Yoona-a.." sapa wanita itu. Segera Yoona membungkukkan badannya tanda hormat. Lalu memaksakan sebuah senyuman diwajahnya. Ia sedikit gelisah ketika wanita itu melangkah mendekatinya. Menyentuh tangannya, lalu menggenggamnya, penuh kerinduan. "bagaimana kabarmu? Kau baik-baik saja?"

"Ne.." jawab gadis itu seperti berbisik. Dan sedikit merasa takut.

"Apa mereka masih sering mengganggumu?" raut wajahnya memperlihatkan bahwa ia tengah mengkhawatirkan Yoona.

"A-aniyo.(tidak)" tapi wanita itu tidak bisa dibohongi.

"Mianhae Yoona-a.. Jongmal mianhae(sungguh minta maaf). Aku akan terus membujuk mereka, aku juga tidak bisa tidur dengan baik, aku selalu memikirkanmu. Bagaimana keadaanmu, apa kau sehat, apa kau sudah makan." matanya mulai berkaca-kaca. Menyentuh pipi Yoona yang lembut. "apa kau masih bisa menunggu? Aku yakin. Suatu saat kita pasti bisa bersama kembali."

"Ahjumma(bibi)." sela Yoona yang membuat wanita itu terdiam. Terdiam dikarenakan sebutan yang Yoona katakan untuknya.

"Kau masih belum bisa memanggilku eomma?(ibu)" Yoona menundukkan wajahnya merasa menyesal. "aniya, gwenchana(tidak masalah). Aku bisa mengerti itu." lama menatap Yoona. ia kembali melanjutkan perkataannya. "masuklah, kau bisa terlambat masuk ke kelas." melepaskan tangan Yoona. Yoona kembali membungkuknya sedikit badannya, lalu pergi dari sana dengan rasa bersalah.

Continued..

Cerita ini hanya 5 part ya kak..

Gimana?

Lanjut?

Btw, kakak2 sudah baca ceritaku yang judulnya Missing You(by Hyull)???

Baca deh. Ceritanya cuma 2 part dan menarik bgt isinya. Pasti kakak2 bakal suka.

Aku nulisnya hanya dalam 2 hari loh kak.

Jalan ceritanya menyentuh bgt + tentunya romantis. hehe..

avataravatar
Next chapter