webnovel

Secret!

Skip

Jam 19.00 p.m.

"Assalamualaikum, Zay pulang." Ucap Zay masuk kedalam Mansion.

"Waalaikum salam." Jawab bunda.

"Gimana di kantor? Semuanya baik? Ada dinas ke negara lain lagi? Atau ada kasus baru lagi?." Tanya bunda.

"Ternyata kondisi pekerjaan lebih baik dari kondisi anaknya". Batin Zay.

"Baik, gak ada dinas dan kasus. Cuma ngerjain beberapa dokumen politik." Ucap Zay.

"Kamu pasti capek banget. Sekarang kamu makan dulu sana." Ucap bunda

"Hm"

Skip

Karena sangat lelah, tanpa mandi dulu. Zay segera memasang headphonenya dan tidur di kasur king sizenya. Kenapa dia memakai headphone? Karena dia punya indra keenam atau indigo. Jadi, Zay harus memakai headphone agar tidak terganggu suara-suara aneh.

Kring...kring...kring...

Pukul 06.00 a.m

Seperti halnya kemarin, Zay bangun dengan wajah penuh keringat dingin.

"Nona, anda tidak apa-apa? Perlu saya panggilkan dokter?" Tanya maid.

"Tidak...tidak usah" Ucap Zay.

"Atau anda kepanasan?"

Prok...prok...prok..

"Buka jendela, buka tirai dan matikan lampu." Ucap maid itu. Seketika jendela dan tirai terbuka otomatis beriringan dengan lampu yang mati.

"Nona, anda sudah lebih baik?" Tanya maid dan diangguki Zay.

"Siapkan pakaian saya" Ucap Zay kepada maid itu.

Zay segera berjalan menuju kamar mandi untuk melakukan ritual mandinya.

Skip

Zay turun dari lift dengan wajah dingin dan kembali memikirkan mimpi yang terus menerornya.

"Gongjunim!" Sapa ayah. ~gongjunim=putri raja~

Sapaan ayah hanya seperti teriakan biasa tanpa jawaban dari orang yang disapanya.

"Zay!" Teriak bunda menggelegar.

"Apa?"

"Kamu kebiasaan. Disapa ayah bukannya jawab, malah ngelamun terus. Kamu kenapa sih?". Tanya bunda. Namun tidak ada jawaban dari Zay.

"Zay, ikut ayah!" Ucap ayah.

Kamar Zay

Sebelum memulai topik, ayah berkeliling kamar Zay untuk mencari bukti masalah yang membuat anaknya itu melamun terus. Sampai ia melihat sebuah berkas tepat didepan meja kerja Zay. Ayah segera membuka dokumen itu dan membacanya. Dokumen yang berisi data dan formulir SMA Dirgantara.

"Apa-apaan semua ini?!" Tanya Ayah melempar dokumen itu.

"Ayah udah bilang ke kamu. Kamu harus kerja dan belajar baik-baik, bukan berharap masa indah SMA. Ayah nyuruh kamu masuk univ lagi atau homeschooling biar kamu bisa jadi wakil CEO dan pengacara untuk kakakmu. Ingat! Kamu bukan anak pertama!" Ucap ayah.

"Ayah, Zay paham semua yang ayah ucapkan. Memang Zay bukan anak pertama yang mempunyai masa depan yang sudah ditetapkan. Zay gak pernah berharap masa indah SMA dan selalu patuh ke ayah. Tapi sekali ini saja, Zay ingin ayah memahami Zay. Setiap malam Zay selalu diteror mimpi buruk itu lagi." Ucap Zay lembut supaya masalah ini tidak membesar.

"Jangan bahas mimpi buruk itu lagi!".Ucap Ayah dengan nada tinggi.

"Apakah ayah ingin anaknya tetap diteror mimpi buruk itu?."

"Stop! Ayah akan datengin psikolog ternama dari berbagai dunia. Tapi mimpi itu atau keinginanmu itu harus hilang dari pikiranmu!"

"Tidak berguna, ayah. Ayah tidak ingat? Dari dulu mimpi itu terus meneror Zay. Ayah sudah berusaha keras. Tapi sekarang mimpi itu kembali lagi." Ayah segera teringat bagaimana kerja kerasnya dulu menghilangkan mimpi buruk anaknya.

"Pakai cara apapun, tapi jangan sekolah disana."

"Kenapa? Kenapa ayah selalu ngelarang Zay ke Indonesia? Sampai kalau ada kasus atau dinas, ayah menyuruh Zay menolak tugas Zay yang berhubungan dengan Indonesia?"

"Zay, ayah peringatkan jangan buat ayah lebih emosi."

"Baik, Zay tidak akan membuat ayah marah. Tapi beri Zay alasan pasti, kenapa Zay tidak boleh ke Indonesia?"

"Alasan? Apakah kamu berhak meminta alasan dari ucapan ayah?"

"Terima kasih sudah menyadarkan hak dan kewajiban Zay." Ucap Zay meninggalkan ruangan.

"Jangan keluar!"

"Kenapa ayah? Semuanya sudah jelas. Tenang saja, kalau ayah tak mengizinkan Zay tetap di London."

"Jelaskan dulu mimpimu!"

"Apakah itu penting kalau pada akhirnya ayah tetap tidak mengizinkan?"

"Memang ayah belum bisa mengizinkanmu pergi ke Indonesia. Tapi ayah bisa mencari jalan keluarnya."

"Coba pilih, jalan keluarnya mati karena tertusuk atau mati karena depresi?"

"Kalau semua berujung kepada kematian ayah tidak memilih."

"Harus tetap memilih. Ayah, kalau sesuatu hal masih bisa dirubah. Kalau mati karena tertusuk, kita bisa menghindar dengan berbagai cara. Kalau mati karena depresi, kita hanya bisa mengandalkan jiwa psikisnya membaik. Jadi, lebih baik memilih pilihan no 1. Karena belum tentu kita mati dan banyak cara untuk merubahnya."

"Sekarang jelaskan apa maksud pertanyaanmu?"

"Itu adalah isi mimpi Zay."

"Jelaskan pilihanmu"

"Kalau Zay ke Indonesia, Zay bisa merubah takdir itu. Tapi kalau Zay disini, kondisi psikis Zay akan tetap memburuk."

"Baik, ayah ngizinin kamu ke Indonesia. Tapi, jangan berhubungan dengan keluarga Clark. Atau kamu harus sembunyikan identitasmu di depan keluarga Clark."

"Bagaimana bisa Zay tau kalau orang itu keluarga Clark?"

"Ingat pesan ini, keluarga Clark punya perbedaan dengan keluarga kita. Mereka akan terus menggunakan kalung berharga mereka. Kalung itu lambang keluarga mereka. Kalung berlian bewarna biru"

"Bukannya lebih baik Zay menyembunyikan jati diri."

"Up to you, tapi ingat ini Zay, klo kamu nanti dalam bahaya. Telfon polisi secepatnya." Ucap ayah.

"Baik"

"Ayah gak bisa jaga kamu disana. Ayah cuma bisa berdoa supaya kau disana aman."

"Semoga omongan ayah tulus dari hati." Batin Zay.

"Amin"

"Ingat omongan ayah tadi. Dan belajar materi kuliah pas pembelajaran materi SMA, ayah mau kamu pulang dari Indonesia dalam keadaan baik seperti ini dan sudah paham setengah dari materi bisnis dan ekonomi."

"Baik, ayah"

"Ayah akan datangkan guru homeschoolingmu ke Indonesia. Jadi belajar dan bekerja baik-baik disana."

"Terima kasih, ayah." Zay segera menunduk.

"Sebentar biar ayah telefon paman bibimu di Indonesia." Ucap Ayah.

"Halo"

"Halo, ada apa Oliver?"

"Zay akan ke Indonesia. Kalian berdua jadi wakil walinya Zay. Tenang aja, dia bakal tinggal di mansionnya sendiri kok."

"Baik, kenapa gak di Mansionku aja. Biar kalau ada apa-apa, kita bisa nolong."

"Takutnya Zay mbebani kalian."

"Apaan sih? Kayak gembel aja. Diakan juga ku anggep putriku sendiri. Masa nambah bebanku?"

"Baiklah, aku titip Zay ke kamu."

"Siap"

Ayah segera menutup telfonnya dan beralih menatap putri satu-satunya itu.

"Walau ayah izinin. Kamu disana gak boleh terhanyut dalam suasana SMA. Ayah akan kirim seseorang buat jaga kamu disana tapi dari kejauhan" Ucap ayah dan diangguki Zay.

"Baik, Zay janji ngelakuin semua perintah ayah" Ucap Zay sambil menggandengkan jari kelingkingnya ke jari kelingking ayah.

"Pekerjaan kamu gimana?" Tanya ayah.

"Cuti jadi diplomat." Jawab Zay.

"Inget pesen-pesen ayah." Zay menganggu sebagai jawaban.

Next chapter