1 Prolog

Suara bising alarm membuatku bangun, aku lirik jam "05.01.am" Pintu terbuka dan seekor anjing Siberian Husky masuk dan melompat ke kasur. Menjilati wajahku. Aku mengusap kepalanya sambil berkata "selamat pagi Momo" suara gonggongan menyaut ceria, dan aku pergi ke kamar mandi melakukan urusanku.

Segera bersiap-siap memakai pakaian olahraga, aku keluar membangunkan kakak kakakku ya kau dengar aku ini anak ke-7 dari 8 bersaudara bayangkan itu.

Hampir setiap hari ini hampir menjadi rutinitasku, membangunkan, dan melarikan diri dengan alasan lari pagi agar aku tak perlu menyiapkan sarapan dan itu selalu berhasil.

Seperti pagi ini, aku sekarang sudah berlari sampai beberapa blok jauh dari rumahku bersama anjingku Momo. Menyapa beberapa orang yang aku temui dijalan hingga tiba-tiba Momo menggonggong keras dan menarikku kencang, aku mengikutinya hingga kami sampai digang sempit. Aku melihatnya disana terbujur kaku tubuh seorang wanita paruh baya dengan darah yang menggenang disekitarnya.

Berhenti tak bergerak dengan mata yang sudah redup sweater kuning yang dipakainya dihiasi warna merah darah dibagian perut. Tanganku bergetar, aku meraih handphone ku menelepon polisi hanya hal yang bisa terpikir olehku sekarang, beberapa menit kemudian polisi mulai berdatangan bersama 1 ambulan. Mereka menanyaiku sebagai saksi dan semua itu selesai saat sudah siang hari dan satu hal yang membuatku lebih panik adalah aku lupa jika aku harus sekolah, jadi aku memanfaatkan*uhuk*uhuk meminta bantuan polisi untuk menjelaskan semuanya agar aku tak perlu sekolah hari itu dengan alasan menjadi saksi kasus pembunuhan sekaligus perampokan 'yes bolos' pikirku.

Sekarang aku sudah sampai dirumah hanya untuk diinterogasi ulang oleh orangtuaku. setelah itu aku pergi ke kamar salah satu kakakku yang paling dekat, dan berbaring dikasur disusul Momo yang selalu mengikutiku. Jika kalian bertanya kenapa aku tidak syok atau apapun itu jawabanku mudah salah satu kakakku itu seorang dokter yang sering menangani orang kecelakaan bahkan beberapa kali dia memperlihatkan beberapa foto atau video orang dengan kasus kecelakaan yang parah dan bercerita tentang apa yang dia alami dirumah sakit hari itu, jadi melihat mayat hanya membuatku sedikit terguncang sebentar karena sudah terbiasa.

(A/n: True story, menjadi pendengar yang baik memang tak selalu indah)

Seharian itu aku hanya rebahan dikamar kakakku sambil menonton anime One piece yang baru update beberapa hari yang lalu, setelah selesai lanjut nonton darling in the franxx dan lanjut lagi nonton kimetsu no yaiba episode saat Tanjiro bertemu Zenitsu yang ingin mengajak seorang gadis untuk menikah. ditambah Your lie in April, Tensei shitarra slime datta Ken, Kobayashi-san Chi no Maid Dragon (hanya menonton beberapa episode tiap anime untuk lihat epik moment)

Hari sudah sore dan aku diusir dari kamar oleh kakakku sendiri. Berjalan kedapur, membuka kulkas mencari cemilan untukku dan Momo dan pergi keruang tengah menonton tv bersama adikku dan salah satu kakakku datang meminta tolong untuk memberikan beberapa barang di minimarket terdekat. matahari sudah tenggelam dan lampu-lampu jalan mulai hidup jalan sudah tak begitu ramai hanya ada beberapa lalu-lalang mobil dan orang di jalan, mengambil sepeda motor dan memakai helm aku pergi ke minimarket dan sesampainya di sana aku membeli barang-barang yang aku ingat.

selesai mengambil barang aku menuju kasir untuk membayar tak ramai orang di minimarket waktu itu. dan seseorang dengan pakaian hitam dan topi masuk ke minimarket menghampiri sebuah rak mengambil barang dan menuju kasir, berdiri di sampingku menunggu giliran pikirku. secara tiba-tiba dia meraih ke arah saku jaketnya dan menodongkan pistol ke arahku dan si kasir itu, berteriak untuk meminta kasih memasukkan semua uang ke dalam tasnya. dan orang lain didalam minimarket itu berlarian keluar

si kasir yang ketakutan tangannya bergetar mengambil semua uang dan memasukkannya ke tas si perampok. dan aku hanya bisa mengangkat tanganku ke atas melihat semua itu terjadi tetapi tiba-tiba handphoneku berbunyi, dan si perampok itu pun panik menodongkan pistolnya ke arahku dan berteriak

"keluarkan handphone-mu serahkan padaku!" tetap mengangkat satu tanganku bangsa tanganku lagi merogoh saku dan mengeluarkan handphone aku mau lihat siapa yang menelponku dan ternyata itu adalah kakakku. aku berbicara dengan si perampok itu jika ini hanyalah kakakku yang menelepon dan jika tidak aku angkat dia akan curiga dan akan pergi ke minimarket untuk menjemputku alasanku.

perampok itu percaya dan akhirnya aku mengangkat teleponku ternyata kakakku melupakan beberapa barang untuk dibeli dan aku pun berfikir agar dia bisa mencari bantuan dengan mengirim beberapa isyarat. awal-awalnya memang kakakku bingung tapi kelamaan sepertinya dia sudah menyadarinya karena saat terakhir si perampok itu berteriak padaku untuk mematikan handphone dan menyerahkannya pada si perampok. menjulurkan handphone dengan tangan kananku ke arah si perampok aku memancingnya agar dia mendekatiku dan saat dia mengeluarkan salah satu tangannya aku menjatuhkan handphone-ku dan meraih tangan itu menariknya dan membantingnya ke lantai mengunci pergerakannya. 'untunglah aku ikut belajar pencak silat sejak SD bersama semua kakak laki-laki ku' pikirku

dia menjatuhkan pistolnya ke lantai tak jauh darinya dan setelah beberapa menit keempat saudara laki-lakiku datang mengendarai mobil karena memang jarak minimarket dengan rumahku hanya beberapa menit jika mengendarai motor atau mobil, aku melihatnya merasa lebih tenang tapi aku tidak terlalu melihat jika salah satu tangan si perampok itu ternyata berhasil meraih pistolnya dan tiba-tiba dia menembakku beberapa kali tepat ke arah tubuhku.

rasa sakit mulai menjalar ke seluruh tubuhku dan tubuhku terasa lemas hingga aku tidak bisa lagi menahan kuncianku terhadap si perampok. keempat kakakku yang melihat itu pun marah dan menerjang si perampok memukulinya hingga salah satu kakakku menghampiriku mengusap wajahku perlahan dan mengucapkan kata-kata tetapi aku sudah tidak dapat mendengarnya dengan jelas semuanya terdengar seperti gumaman di telingaku. dia menepuk pipiku yang sudah mulai mati rasa dengan perlahan. melepas bajunya dan menekan bajunya itu dibagian luka tembak ditubuhku, tubuhnya yang sixpack dan kulitnya yang sangat kecoklatan terlihat mulai semakin buram di mataku, kedua kakakku yang lain datang menghampiriku sibuk menelepon polisi atau ambulans pikirku. yang satunya lagi ikut melepas bajunya dan menekan salah satu luka tembak di bagian tubuhku juga mereka tetap mengajakku berbicara tapi aku tidak tahu apa yang mereka katakan, jadi aku berkata "aku akan baik-baik saja" dengan suara yang sudah lemah dan rasa kantuk yang mulai datang aku mulai mengedipkan mataku beberapa kali dan sepertinya kakakku menyadarinya dan menuntunku untuk mengucapkan kalimat terakhir.

dan setelah kalimat terakhir itu aku ucapkan aku melihat keempat kakakku yang disana untuk terakhir kali dan aku tersenyum dengan tenaga terakhirku dan semuanya menghilang.

avataravatar
Next chapter