6 Chapter 06 - Anak Yang Dibuang

Di suatu desa yang tampak kering dan tandus, seorang wanita dan seorang gadis kecil dikelilingi oleh beberapa orang.

Salah satu dari mereka kemudian berkata,

"Untuk apa kau masih saja mengurusi anak itu?"

Seorang lainnya menyahut dengan nada mencela.

"Tak ada gunanya dan cuma buang-buang jatah makan saja."

Seseorang lainnya kemudian berkata,

"Sudah terlalu banyak yang harus diberi makan disini. Tinggalkan saja dia di gunung."

Si wanita itu kemudian membawa pergi anaknya mengarah ke gunung. Sesampainya di tengah hutan, si wanita itu berhenti.

"Tetap disini. Jangan mengikutiku."

Si wanita berkata.

"Ibu...."

Si gadis kecil menatap ibunya.

Si ibu kemudian berkata.

"Kau tak berguna dan tak dibutuhkan."

Setelah mengatakan itu, si Ibu berbalik dan pergi meninggalkan si gadis kecil sendirian di tengah hutan.

Si gadis kecil hanya bisa menatap ibunya yang pergi meninggalkannya dengan wajah yang tampak sedih dan kecewa.

"Ibu juga.... Bahkan ibu juga tidak membutuhkanku."

Si gadis kecil hanya bisa menundukkan kepala meratapi kesedihannya.

~~~

Hampir sebulan berlalu sejak Lepus pertamakali bangun di dunia ini.

Selama sebulan itu, Lepus tetap tinggal dan berada di hutan untuk mengasah ketahanan fisik dan psikisnya. Selain itu, tentunya dia juga mengeksplorasi dan melatih penggunaan dan penguasaan kekuatan buah iblis-nya.

Dan berkat kekuatan yang dimilikinya, Lepus tak perlu khawatir untuk masalah tempat tinggal ataupun keamanannya karena dia bisa tidur di dalam ruang robekan yang ia sebut gap/chasm.

Gurat-gurat jingga terlihat di langit. Tanda senja akan segera tiba.

Lepus yang sedang berlatih pun menghentikan latihannya.

"Hah... Hah... Hah.... Waktunya istirahat."

Dan seperti biasa, Lepus pergi ke sungai untuk mencari bahan makan malamnya sekaligus juga membersihkan diri dari pekat keringat.

Akan tetapi, saat dia sedang berburu ikan di sungai, Lepus samar-samar mendengar suara tangisan.

"Hm? Suara tangisan? Dan dari suaranya, sepertinya anak kecil? Tapi..., di saat senja di tengah hutan seperti ini?"

Lepus bertanya-tanya.

"Ehh... Akan kucoba memanggilnya."

Kemudian dengan menggunakan sedikit kekuatannya untuk melantangkan suara, Lepus berseru memanggil siapapun pemilik suara tangisan itu.

"Heeii! Kau yang menangis di sana! Siapapun itu, kau mendengar suaraku!? Kau bisa ikuti arah suaraku dan kemarilah! Aku di sungai!"

Tak lama kemudian, terdengar suara langkah kaki mendekat. Dan kemudian, muncul sesosok anak kecil yang tampak mengucurkan air mata.

"Gadis kecil?"

Lepus lalu melambaikan tangannya ke arah gadis kecil itu dan berkata.

"Halo, kemarilah mendekat. Tak perlu takut."

Gadis kecil itupun dengan tampak gugup, perlahan-lahan menghampiri tepi sungai di dekat Lepus.

"...."

"Halo, siapa namamu, adik kecil?"

"... Na, namaku... ******.

"Oh, halo, namaku Lepus. Senang berkenalan denganmu."

"... U, un."

"Kenapa kau tadi menangis?"

"... Aku... ditinggalkan ibuku."

"Huh? Ditinggalkan? Di hutan? Sendirian?"

"... Un."

Gadis itu mengangguk kecil.

Lepus jadi agak canggung karena hal ini.

"Uhh... Y-ya tidak apa-apa. Kau tunggulah di situ. Aku cari ikan dulu. Setelah itu cari umbi-umbian dan buah-buahan. Kemudian kita bakar ikan."

"... Un."

~~~

Lepus membawa gadis kecil itu ke markasnya di pohon besar.

Setelah menyalakan api unggun, Lepus mulai membakar ikan dan mencoba untuk memulai pembicaraan.

"Uhh.... Kau mau apel? Makanlah buah-buahan ini dulu kalau kau lapar."

"... Un."

Beberapa lama kemudian, umbi dan ikan bakar telah matang. Lepus pun mengambil umbi dan ikan bakar itu. Kemudian dia menggunakan sedikit kekuatannya untuk sedikit mendinginkannya umbi dan ikan bakarnya.

"Ini untukmu. Makanlah." Memberikan sebagian ubi dan ikan bakar kepada gadis kecil itu.

"... Un. Terima... kasih."

"Ya, sama-sama. Kita makan."

~~~

Seusai makan malam.

"Uhh... Sini. Duduklah di sebelahku."

Lepus berkata.

"... Un."

Gadis kecil itu kemudian berdiri menghampiri Lepus dan kemudian duduk di sebelahnya.

Lepus kemudian kembali bertanya,

"Kenapa kau sampai bisa tertinggal ibumu?"

"Itu... O-Orang-orang di desa bilang aku tidak berguna... Ibu... juga bilang aku tidak berguna... dan tidak dibutuhkan. Uwweehhh...."

Gadis kecil itu kembali menangis.

"Orang-orang desa? Adik dari desa mana?"

"... Ku-en. Hiks...."

Lepus kemudian bertanya-tanya.

(Hm? Kuen? Desa Kuen? Bukannya itu desa asal Baby 5. Jangan-jangan... gadis kecil ini adalah yang nantinya biasa dikenal sebagai Baby 5 dari Donquixote Pirates?)

"Su-sudah, jangan menangis. A-Aku membutuhkanmu, kok."

Lepus berusaha membujuk gadis kecil itu.

"... Uuu... Benarkah?"

Gadis kecil itu menengok dan menatap Lepus.

"Y-ya, benar."

Lepus menjawab.

Kemudian gadis kecil itu bertanya,

"... Kenapa Onii-chan membutuhkanku?"

Gadis itu menatap dan bertanya dengan wajah berharap-harap cemas.

Mendengar pertanyaan ini, Lepus bingung harus menjawab bagaimana.

"Ehh... Karena... Karena... Ah! Karena aku cinta kamu!"

"... Un? Cinta? Apa itu?"

Gadis kecil itu dengan lugu bertanya.

"Huh? Kau tak tahu "cinta" itu apa?"

"Un-Un."

Gadis kecil itu menggelengkan kepalanya.

"Cinta itu.... Ehh.... Bagaimana ya.... Ah! Cinta adalah jika ada laki-laki dan perempuan yang selalu bersama dan saling membutuhkan satu sama lain selamanya. En."

Lepus menjawab dengan yakin.

"... Saling Membutuhkan. Selalu bersama.... Onii-chan mencintaiku berarti Onii-chan membutuhkanku?"

"En. Benar."

"... Kalau begitu... Aku juga cinta Onii-chan!"

".... Eh?"

avataravatar
Next chapter