15 Penderitaan Anne

Tidak terasa kami mengobrol cukup lama hari ini. Aku mengetahui kalau Anne berada di penjara selama lima tahun karena mendapat pengurangan hukuman yang seharusnya sepuluh tahun.

Kemudian selepasnya dari sana, Anne melamar kerja dengan ijazah sekolahnya yang terakhir. Namun dengan adanya persaingan ketat hari ini, banyak perusahaan menerapkan syarat minimalnya adalah lulusan sarjana.

Anne yang hanya lulusan sekolah menengah dan latar belakang pernah dipenjara membuat semuanya lebih sulit lagi. Di dalam penjara Anne mendapatkan pelatihan keterampilan untuk bekerja di kemudian hari. Namun pelatihan itu tidak terlalu berguna. Banyak pengrajin yang telah memiliki ratusan pegawai. Lahan pekerjaan yang sedikit berbanding terbalik dengan banyaknya jumlah pencari kerja.

Orang tua Anne memiliki sebuah rumah yang ditinggali Anne bersama ketiga adik laki-lakinya hingga akhirnya kini mereka masing-masing telah menikah dan pindah dari sana. Ketiga adik Anne dulu sering membantu Anne, namun setelah mereka lulus kuliah dan bekerja, Anne sendirian meneruskan usahanya.

Perusahaan-perusahaan tempatnya melamar kerja tidak pernah memanggilnya. Anne harus menghidupi dirinya dan tiga adiknya dengan uang peninggalan orang tuanya yang tidak banyak dan dia mencoba berjualan kue kering.

Anne akan membawa beberapa kue kering menuju tempat perbelanjaan yang ramai dan menawarkannya disana. Selama beberapa minggu Anne mendapatkan penghasilan yang lumayan. Namun setelah itu, pihak perbelanjaan tidak lagi mengijinkannya berjualan di sana. Anne harus menyewa tempat kalau ingin berjualan di dalamnya. Mereka tidak menghendaki ada penjual liar di dalam pusat perbelanjaan.

Lalu Anne tidak menyerah. Kali ini dia membawa kuenya ke apartemen dan mengetuk pintunya satu persatu untuk menawarkan kuenya. Tapi tidak lama kemudian pihak pengelola juga menegurnya. Mereka tidak ingin kenyamanan penghuninya terganggu. Padahal sepengetahuan Anne, banyak pembeli yang sering membeli ulang kuenya. Bahkan beberapa dari mereka menyuruhnya untuk membawakan pesanan di hari berikutnya.

Lalu Anne menawarkan kue dari rumah ke rumah. Mengetuk dari satu pintu ke pintu yang lain. Panasnya matahari dan derasnya hujan tidak menghalangi Anne berjualan. Dia menabung cukup uang untuk membeli sebuah motor. yang dilengkapi rombong untuk berjualan mie.

Anne bercerita kalau dulu ibunya yang keturunan Asia pandai sekali meracik mie yang sangat enak. Anne seringkali membantu ibunya memasak. Hal itu mendorong Anne untuk mencoba berjualan mie. Sambil dia membawa beberapa kue pesanan pembelinya.

Namun saat dagangannya mulai ramai dan mendapatkan banyak pelanggan, Anne harus memilih salah satu karena Anne memproduksinya sendiri.

Akhirnya Anne memilih untuk tetap berjualan mie dan tidak lagi berjualan kue.

Anne sukses berjualan mie dan kemudian dia menabung untuk menyewa tempat ini. Sewanya cukup murah karena bangunannya juga sudah tua. Tapi lokasinya cukup strategis karena dekat dengan gedung perkantoran. Anne mencoba peruntungannya kali ini dan mendapatkan banyak pelanggan baru di sini.

Saat pemilik bangunan sudah tua dan ingin menjualnya, Anne langsung mengajukan diri. Pemilik bangunan yang tahu kalau Anne telah sungguh-sungguh merawat bangunannya selama ini, memberikan Anne penawaran harga yang sangat ringan.

Setelah bertahun-tahun, Anne menyelesaikan angsuran atas pembelian bangunan ini dan sekarang Anne menabung untuk memugar tempat ini.

Aku tertegun mendengar jalan hidupnya hingga hari ini. Tidak heran kalau Anne tidak ada waktu untuk memulai suatu hubungan. Anne bekerja dengan amat keras demi biaya hidupnya serta adik-adiknya di usia yang amat belia hingga saat ini.

Sebisa mungkin Anne melakukan semuanya sendiri. Mulai dari persiapan bahan, meracik menu, dan lain-lain. Anne tidak ingin adiknya terganggu karena masing-masing dari mereka telah memiliki pekerjaannya sendiri. Tapi di saat libur, mereka membantu sebisanya.

Aku mengenal Anne lebih baik sekarang dibandingkan dua puluh tahun yang lalu. Ada keteguhan dan kegigihan di balik penampilannya yang terlihat lemah.

Aku melihat matanya yang coklat muda besar sangat hidup saat menceritakan pekerjaannya. Dia menikmati pekerjaannya. Ada kerutan di ujung matanya tapi hal malah menambah pesonanya saat dia tersenyum.

Giginya yang putih dan rapi terlihat sangat serasi dengan bibirnya yang penuh bagian bawahnya. Lipstiknya yang merah berpadu sempurna dengan kulitnya yang pucat. Aku merasa terhipnotis dengan gerakan bibirnya yang sensual saat bercerita dengan penuh semangat.

Aku menikmati percakapan dengan Anne. Kami seperti teman lama yang bertemu kembali. Kepribadiannya yang menyenangkan seperti menarikku untuk ingin tahu lebih dalam lagi tentangnya.

Pembawaannya masih tetap anggun seperti dulu dan tidak urakan walaupun hidup telah menempanya begitu keras. Tidaklah mudah bagi seorang wanita muda untuk kehilangan masa mudanya dan bekerja keras seperti seorang martir.

Bagaikan mutiara yang semakin berkilau setelah melalui proses yang menyakitkan dan berat.

Anne yang dulu kukenal saat berusia tujuh belas tahun telah berubah lebih matang hari ini.

Kulitnya masih putih pucat seperti dulu. Aku tahu benar kulit pucat itu akan seketika berubah kecoklatan saat terkena terik matahari tapi Anne tidak keberatan. Mungkin Anne jarang ada waktu keluar akhir-akhir ini karena warna kulitnya saat ini pucat sekali.

Kaos putih casual dan celana jeans pudarnya bukan keluaran butik atau merk terkenal, tapi bisa membungkus badannya dengan apik. Pinggangnya yang kecil masih seperti dulu namun dadanya lebih penuh sekarang. Menunjukkan dada seorang wanita yang telah tumbuh dewasa. Kakinya yang terbungkus celana jeans terlihat kencang dan berotot karena sering bergerak.

Anne bagaikan bunga yang telah mekar. Dan aku merasa seperti kumbang yang mengelilinginya dengan penuh perhatian. Aku merasa ingin memiliki keindahan itu. Aku merasa ingin memiliki hak untuk itu.

Aku sengaja tidak bertanya tentang kejadian hari itu karena tidak ingin merusak percakapan kami yang sangat menyenangkan. Sudah lama sekali aku tidak menikmati percakapan yang hangat seperti ini.

Aku melihat jumlah pengunjung mulai berkurang setelah pukul dua sehingga Anne bisa bercakap-cakap denganku. Pelayan yang satunya bisa melayani pengunjung yang datang. Sesekali Anne membantu tapi Anne lebih banyak menemaniku.

Tanpa terasa waktu telah menunjukkan pukul empat. Mereka sudah bersiap-siap akan tutup. Aku berpamitan kepada Anne dan berjanji akan berkunjung lagi lain kali.

Anne mengantarkanku ke pintu depan. Dan saat sudah diluar. Aku menangkap tangannya dan menarik Anne ke arahku, "seingatku aku pernah memberimu nomor teleponku Anne. Aku tidak pernah menggantinya selama dua puluh tahun ini. Kenapa kamu tidak menghubungiku di saat membutuhkan bantuan?"

Tubuh Anne yang mungil berdiri begitu dekat. Aroma tubuhnya yang ringan seperti bunga Lily sangat khas. Masih sama seperti yang lalu.

"Aku tahu kamu sudah berkeluarga James

Mana mungkin aku…"

"Aku bisa membantumu Anne. Paling tidak sebagai teman."

Aku menarik badannya semakin dekat hingga tubuh kami menempel. Sesaat Anne menegang dan berusaha menahan agar kami tidak bersentuhan. Tapi aku mengabaikannya dan menariknya lebih dekat lagi.

"James… jangan...aku tahu kamu sudah berkeluarga." Katanya pelan sambil mencoba menarik tangannya yang masih kugenggam erat. Tapi aku tetap menahannya. Anne mencoba mendorong dadaku dengan tangan satunya tapi aku semakin mempererat pelukanku. Dengan badan sekecil itu, Anne sudah pasti tidak bisa menandingiku.

"Kami akan segera bercerai, Anne. Aku tidak mencintainya lagi…" aku tersenyum kecut, "aku bahkan tidak tahu apakah aku pernah mencintainya." Aku mengelus rambutnya dan merasakan dadanya menegang.

Dan itu benar adanya. Aku tidak pernah menginginkan Lucy seperti Anne. Semua terjadi tanpa perasaan yang dalam. Hampir seperti kebutuhan dan nafsu yang harus dipenuhi tapi tidak ada kehangatan di dalamnya.

Hanya dengan memeluk Anne seperti ini bisa membuatku bahagia dan ada keinginan untuk memiliki yang begitu besar. Berbagai perasaan membuncah di dalam hatiku hingga aku merasa pening dan bahagia di waktu yang bersamaan.

"James, tapi tetap saja… Tetap saja ini salah James. Dan aku tidak pantas…"

Aku menyentuh bibirnya agar tidak melanjutkan kata-katanya. "Anne, dua puluh tahun lamanya aku meninggalkanmu. Kali ini aku akan mendampingimu dan melindungimu. Aku tidak akan membiarkanmu sendiri lagi"

Aku dengan enggan pelan-pelan mulai melepaskan pelukanku. Aku melihat matanya yang menyipit dipenuhi rasa rindu namun agak takut.

Aku berjanji akan datang lagi besok lalu aku pun meninggalkannya.

avataravatar
Next chapter