34 Cinta

Aku mengangkat Anne ke kamar setelah kami bercinta. Anehnya aku merasa masih ada yang kurang walaupun nafsuku telah terpuaskan.

Aku mengamatinya saat dia terlelap. Anne tampak sangat nyaman di tempat tidurnya. Bulu matanya yang panjang seperti boneka. Bibirnya berwarna merah seperti minta dicium lagi.

Nafasnya tenang dan berirama. Aku mengelus pelan rambutnya yang halus di pipinya. Anne tampak amat mungil bila dibandingkan denganku. Berat badannya bahkan mungkin hanya separuh diriku.

Aku mencintai Anne. Aku tertegun dengan pemikiranku. Cinta. Apakah hal itu benar-benar ada?

Bagaimana mungkin aku bisa jatuh cinta lagi setelah bertahun-tahun tidak mempercayai hal itu ada. Aku tidak yakin kenapa sangat menyukai Anne, kupikir aku sangat menyukainya dan ingin tidur beberapa kali untuk memuaskan rasa ingin tahuku yang terpendam selama dua puluh tahun lamanya.

Aku tidak pernah tahu kalau cinta masih bisa dirasakan setelah kita menempuh dan mengalami berbagai hal. Contohnya diriku. Setelah melihat istriku berselingkuh dengan siapapun yang bersedia, aku merasa cinta hanya ada di awal pernikahan dan setelah itu semuanya hanyalah nafsu seks belaka.

Aku tertawa. Ternyata hatiku yang selama ini kukira telah membeku masih bisa merasakan cinta. Hanya saja sekarang keadaanku telah jauh berbeda. Tidak ada jaminan kami bisa bersama selamanya karena permintaan ayah dan perasaan Anne sendiri.

Aku bisa menutup mata terhadap permintaan ayah. Tapi Anne seakan masih belum menerimaku dengan sepenuh hatinya karena luka batinnya selama ini. Betapa tidak wanita manapun akan membenci pria pengecut yang tidak muncul saat dia membutuhkannya.

Pertama-tama aku harus membuat Anne mencintaiku dan seiring berjalannya waktu menyembuhkan luka yang ada di hatinya. Aku tidak bisa melakukan hal itu dengan semua uang yang kumiliki. Anne adalah wanita yang berbeda dengan Lucy. Mereka sangat bertolak belakang.

Aku memejamkan mataku dan tidur. Kami benar-benar harus memanfaatkan waktu yang ada sebaik-baiknya untuk beristirahat.

***

Paginya aku melihat dasiku yang tergeletak di lantai dan timbul ide nakal dalam pikiranku. Aku mengambilnya dan menarik tangan Anne ke atas dan mengikat tangannya dengan dasi tersebut. Dia masih saja belum bergerak, tidur Anne benar-benar nyenyak. Aku mencium pipinya lalu turun ke bibirnya.

Anne mulai bangun, matanya membuka pelan. Bulu matanya yang panjang tampak amat berat karena tebal dan lentik.

"Pukul berapa ini James?" Suaranya di pagi hari lebih rendah dari biasanya dan terdengar amat seksi.

"Masih pukul lima Anne tidurlah kembali."

Aku menciumi lehernya sekarang.

"Ah Jameess… geli. Aku masih mengantuk James. Ayo tidur lagi."

"Kamu saja Anne. Tidurku sudah cukup." Kini aku menciumi buah dadanya yang tampak lebih mengundang karena tangannya yang terikat.

"James… apa ini?" Anne mengerjapkan matanya beberapa kali. Tampaknya dia telah menyadari tangannya yang terikat.

"Tidurlah Anne. Aku akan menjagamu." Aku menjilat ujungnya pelan dan menciumnya lama. Aku menikmati keduanya dengan adil.

"James… ah… aku masih mau tidur. James… ah… kenapa kamu mengikatku."

"Supaya kamu tidak lari dariku Anne." Aku memainkan jariku di antara kedua kakinya sambil terus menjilati badannya.

"Aku tidak kemana-mana James. Aaah James hentikan… geli James."

"Katakan kalau kau adalah milikku."

"James… hentikan." Anne tertawa geli dan terus merintih.

"Katakan Anne… Katakan kau adalah milikku."

Aku terus menggoda Anne hingga dia tidak tahan dan akan berteriak.

"Aku… aku milikmu… aku milikmu James… oh kemarilah James."

Aku terus memutar tanganku di area intimnya hingga Anne terengah-engah dan terus memohon.

"Apakah kau menginginkanku?"

"Yah James... aku menginginkanmu."

Aku menaruh badanku tepat di atasnya dan menggodanya. Aku melepaskan ikatannya dan Anne meraih diriku dengan tidak sabar. Tapi aku menahan tangannya.

"Please James… ahhh…" katanya sambil terengah-engah dan matanya setengah tertutup.

"Lihat aku Anne. Buka matamu saat aku bersatu denganmu."

Anne membuka matanya dan mengamatiku bergerak. Kali ini aku bergerak pelan menikmati hubungan kami. Anne mulai tidak tahan dan memaksaku mempercepat irama. Lalu akhirnya aku menambah kecepatan dan segalanya meledak seperti kembang api di sekitar kami.

Aku terjatuh di atas dadanya dan Anne meremas-remas rambutku dengan pelan. Aku mendengarkan degup jantungnya yang cepat. Apakah cinta membuatmu ingin bercinta sepanjang waktu dan tidak pernah merasa bosan?

Aku bangkit dan menarik Anne berdiri. Kami harus segera bersiap-siap untuk berangkat ke tempat kerja kami.

"Ah aku merasa tidak sanggup James," rengeknya.

"Tapi tidak ada waktu untuk tidur lagi Anne nanti kita bisa terlambat."

"Yah kau benar juga." Anne bangkit dan berjalan ke arah kamar mandi.

Setelah mandi kami bertemu di meja makan dan Anne membuat pancake pagi ini. Ada dua piring diatas meja makan. Masing-masing piringnya diisi dua pancake dan ada potongan butter di atasnya. Di samping pancake nya ada beberapa buah stroberi.

"Wah kelihatannya enak sekali Anne."

Anne menyeringai.

"James kenapa kamu membawa tas besar begitu?"

"Karena aku akan tinggal disini selama beberapa waktu Anne."

"Apa? Kenapa kamu tidak bertanya dulu padaku?"

"Kurasa kau pasti tidak akan keberatan. Toh hanya beberapa hari sampai rumahku selesai dipugar."

"Well tapi…" Anne tampak ragu-ragu harus berkata apa.

"Rumahku juga terasa terlalu besar untukku."

"Baiklah tapi hanya untuk beberapa hari ya."

"Kenapa aku merasa seperti kau tidak suka aku disini Anne?"

"Aku tidak bermaksud menyinggungmu James. Tapi aku merasa tidak enak tinggal bersamamu selama tidak ada ikatan di antara kita."

"Bukannya kita sudah sudah resmi menjadi kekasih?"

"Yah tapi aku belum siap tinggal bersama James. Aku selalu berpikir orang yang tinggal bersama harus paling tidak sudah menikah dulu."

"Kolot sekali," aku memotong pancake yang ada di depanku. Enak sekali. Pancake buatan Anne tidak kalah enak dengan buatan kokiku.

"Aku dibesarkan dengan cara seperti itu James." Anne menjawab tegas sambil melihat ke arah mataku.

"Baiklah Anne." Aku memutuskan untuk mengiyakan Anne. Lebih baik aku berkonsentrasi untuk meluluhkan hati Anne daripada terus berargumen tentang hal ini.

Anne terlihat masih agak kesal dan dia memotong pancakenya dengan cepat.

"Nanti malam ada waktu?" Tanyaku singkat.

"Aku belum ada rencana sih. Kenapa?"

Oke kalau begitu nanti aku akan menjemputmu saat aku pulang dari kantor."

"Baiklah."

"Dan selalu periksa ponselmu Anne. Jangan biarkan aku kuatir," aku menatapnya agak lama agar Anne tidak menghilang lagi seperti kemarin.

"Iya baiklah. Kau sudah mengatakannya kemarin malam."

"Anak baik."

Kami menyelesaikan sarapan kami dan berangkat ke tempat kerja bersamaan seperti biasanya. Aku menurunkan Anne dan langsung mengarahkan mobilku ke arah kantor.

Aku memutuskan kalau aku menyukai rutinitas baruku. Aku menikmati rasa memiliki seseorang dan ingin selalu bersama dan menjaganya. Apakah aku akan cukup beruntung bisa menikmati hari-hari seperti ini?

Dengan riang, aku memasuki kantorku. Membayangkan akan selamanya bersama Anne telah memompa dopamin dalam tubuhku. Ada rasa bahagia ketika kita memiliki seseorang bukan hanya ikatan tanpa perasaan.

Hari ini berjalan dengan sangat cepat. Mendekati waktu pulang, aku mengirimkan pesan singkat pada Mike dan dia membalasnya dengan antusias. Kami telah melalui banyak cobaan dalam beberapa minggu ini. Aku senang Mike juga mempunyai kehidupan normal saat ini.

Aku memutuskan untuk memindahkan sopirku ke bagian lain. Aku masih belum ingin membagi informasi mengenai hubunganku dengan Anne kepada siapapun. Oleh karena itu aku memutuskan untuk meminimalkan segala informasi yang akan menyebar. Hidupku saat ini terlalu berharga untuk menjadi konsumsi publik.

Aku mengarahkan mobilku ke arah Star Noodle. Anne sudah menungguku di luar. Hari ini Anne tampak luar biasa menarik. Dia mengenakan kemeja putih dengan lengan kecil dipadukan dengan rok berwarna khaki yang panjangnya sedikit di atas lutut. Dia mengenakan blazer merah maroon di luarnya karena cuaca hari ini sedikit berangin.

Rambut hitamnya yang tebal dikepang menjadi satu dan dia hanya menggunakan lipstik merah untuk melengkapi penampilannya. Sederhana tapi menarik. Saat melihatku sebuah senyum muncul di wajahnya. Anne melambaikan tangannya ke arahku. Dia sudah menungguku di luar kali ini.

avataravatar