webnovel

Tujuh Puluh Tiga

Ternyata seperti ini kalau sedang dalam satu lingkungan dengan seseorang di masa lalu kekasih kita sendiri rasa yang tak nyaman, marah dan juga jengah apalagi gerak gerik ini terasa di awasi oleh banyak pasang mata dan membuat secuit hati ini menipis, makin detik semakin berkurang rasa percaya diri yang tadi menguar entah pergi kemana.

Lirikan orang seperti sedang membandingkan aku dan Deasy. Kuakui kecantikan Deasy memang melebihi ku walau ia hanya hasil oplosan tapi tidak semua orang mempercayai nya karena kecantikan Deasy terlihat sangat natural. Dia juga punya mata yang sangat indah seperti dua buah mata anggur hitam yang berkilau dimalam hari.

Tekuk ku sendiri seperti disapu angin dengan ringan seolah menyentil ku yang kembali kedunia nyata kembali ke hadapan dimana aku diawasi pasang mata disana untuk membandingkan kami aku dan Deasy atau sedang membicarakan kami. Walau mungkin opini publik masih aku unggulkan tapi kalau wajah aku masih sangsi sendiri. Bahkan rasa was was yang besar seperti ikut melingkupi. Was was kalau Vianvaro kembali terkesima dengan kekasih lama nya itu, bisa saja kan dia tiba tiba dejavu saat melihat Deasy lagi. Mengingat lima tahun bukan waktu yang sedikit untuk sebuah kebersamaan.

Aku tersentak saat ada usapan hangat yang menyentuhku jari tengah ku disana jari nya menyelusup seperti meredakan apa yang sedang bergelayut di hati ini dan saat ini aku menatap mata jernih yang seperti itu menyelami apa yang aku rasakan dan jarinya mengusap beberapa kali kesela jari ku hingga aku bisa merasakan debaran jantung ku sendiri. Apa aku ketahuan resah saat ini. Meresahkan tentang ikatan nya dengan seorang wanita lain yang hanya beberapa meter dari aku duduk.

" Kamu mulai bosan? "

Aku menggeleng pelan lalu menarik jariku, sentuhan nya semakin membuat ku tenggelam dalam kecemasan ku ambil segelas minuman manis didepan ku yang berwarna putih. Tenggorokan ini sedikit lebih mengobati dengan air segar dengan khas leci yang kental. Aroma nya juga sangat memberi kesan segar.

" Tidak sama sekali! Acara nya bagus" Sahut ku bahkan hiburan di depan sana saja aku  tak melihat nya jelas.

Dia tersenyum singkat lalu matanya lurus kedepan, kedua tangan nya menyusup di atas dadanya bersedekap sambil melihat suguhan acara di sana dari perusahaan Entertainment yang sedang menyelenggarakan Ulang Tahun. Kalau retina nya turun ia akan melihat Deasy. Kenapa aku ingin sekali mengalihkan wajah nya dari arah itu. Tapi aku tak mungkin seliar itu disini, dan kuperhatikan juga Deasy tampak tenang. Dia tetap seperti peri yang berwajah malaikat. Sedangkan aku sendirian dalam kegelisahan.

Kenapa acara ini terasa sangat lama walau aku yakin aku duduk belum 10 menit.

Aku kembali mengambil beberapa potong kue yang ada di atas meja. Mungkin dengan menikmati lembutnya spons kue ini bisa mengurangi kadar keresahan ku. Spon kue nya lembut dan cream nya juga terasa manis hanya saja ada rasa pahit sedikit yang membuat ku spontan terbatuk. Aku menyambar minuman ku dan rasa itu ikut tersamar walau masih ada rasa pahit yang nyangkut ditenggorokan.

" Its oke...? " Aku merasakan urutan di leher ku yang lembut dan aroma tubuhnya yang maskulin mengisi penciuman ku kali ini Vian sudah pindah disebelah ku mencondongkan kepalanya mengawasi aku yang hanya keselak kecil. Usapan dileher ku membuat ku sedikit lebih baik. Napas panas nya memberikan udara nyaman untuk ku, bibirku berkedut ringan bahkan sedikit keberadaan nya mampu membuat ku menjadi tenang   "Aku hanya keselak" Suara ku sedikit parau.

" Pelan pelan! " Ia terus mengurut leher belakang ku dengan lembut dan menepikan anak rambut yang ada di sela telinga ku. Aku mendehem kecil.

" Aku baik baik saja, kembali lah ke tempat duduk mu"

" Emang kenapa aku disebelah mu!! Hmm.. Aku lebih suka disini..

Ucapan nya seperti syair lembut dan kemudian kau meremang lagi merasakan tangan nya menyusup di sela belahan pinggang gaun sisi kiri ku yang memang terbuka. Vian mengusap paha ku pelan membuat ku mencengkram tangan nya dan ia malah tersenyum jahil apalagi bisa bisa nya nya menggelitik di area sensitif ku.

" Hentikan.. Bagaimana kalau ada yang lihat, ngerekam misalnya.. Erang ku pelan dan semakin mencengkram tengan nya lalu menggigit bibir bawah ku tanpa sadar aku malah mendesah pelan. Dan entah kenapa aku ingin minta lebih.

Vian menarik kembali tangan nya  dan menarik kain belahan itu keatas. Mungkin maksud nya ia ingin menegur ku dengan belahan tinggi itu yang membuat paha ku terbuka saat duduk menyamping.

Ia memutar badan nya kearah ku tapi mungkin kah ja juga sambil melihat kearah Deasy yang bersebelahan dengan ku walau terhalang oleh sisi jalan.

Dan itu kembali membuat ku resah. Keberanian ku muncul untuk mengawasi kemana matanya pergi tapi ternyata ia hanya melihat ku bahkan mata nya mengunci mataku. Aku berkedip gugup. Bisa kulihat lagi bibir nya tersenyum tipis.

Ia mendorong punggungnya kearah bahu ku lalu mengenyampingkan rambut panjang ku kesamping menyelusup jemarinya ke tekuk ku. Aku mendesir menerima hangat kulitnya. Hingga bisa kurasakan kecupan dan lidah nya yang panas menyentuh cuping telinga ku. Membuat ku melupakan lagi keresahan dan dimana kami sedang berada.

"Apa kamu khawatir tentang sesuatu.. " Ia berbisik pelan dan ini lagi lagi memompa jantung ku sangat cepat. Bahkan nafas nya yang beroroma mint mengisi paru paru ku. Tindakan nya membuat ku kaku disana seolah disekitar kami hanya ada aku dan dia, dia suami ku yang sudah menjadi kekasih ku sejak perkawinan tak terencana ini.

Apa aku harus mengaku aku resah karena ada kekasih lama nya disebelah ku dan rasa tak percaya diri dengan kecantikan Deasy yang tentu tak ada apa-apanya dari ku.

" Aku! "

Aku mendehem untuk mencoba mantap mengungkapkan apa yang kurasakan. " Apa kamu seintim ini untuk membuat Deasy cemburu! "

Oh shit aku malah mengatakan yang berlawanan dengan yang aku rasakan walau kalimat itu memang juga membuat ku penasaran.

" Real? "

" Aku hanya  cemburu kalau leaki lain menatap mu dengan tatapan memuja.., apalagi kamu wanita yang Vian sangat cintai dan aku Varo juga jatuh cinta padamu!, tak perlu wanita lain yang aku pikiran saat ini! "

Panas menjalar sukses di wajah ku. Vianvaro membuat ku sangat memerah. Apa dia mau menggombali ku. Tapi aku menyukai nya. Serasa sangat dicintai nya penuh rasa dan ini membuat ku tak bisa menghentikan senyum.

Tapi seorang wanita memang sangat suka tarik ulur, " Benarkah itu.. Aku pikir kamu begini hanya ingin membuat nya panas dingin! Tidak kah kamu liat semua orang sedang mengagumi kecantikan nya juga. Tidakkah kamu cemburu?? "

Vian menarik badan nya dan ia tertawa kecil. " Apa itu salah satu kekhawatiran mu yang lain?

Aku memutar bola mata merasa tatapan nya sedang menertawakan ku. " Aku suka kamu cemburu..

Aku berpaling cepat melebarkan mata dan ia hanya menyunggingkan senyum tiga jari. Jejeran gigi nya yang rapi dan putih memberikan rasa kesempurnaan seorang Vianvaro malam ini. " Aku tidak cemburu....

" Oh.. Tapi aku ingin kamu cemburu! Aku yang meminta orang untuk mengundang nya!

Aku kaget dan menatapnya tidak percaya! Kemunculan Deasy ulah Vian!? Why! Aku menjadi tidak suka kalau begini. Siapapun wanita diluar sana akan sangat benci dua kali lipat kalau ketemu dengan mantan kekasih pasangan mu saat ini.

" Apa tujuan mu Vian?? " Tanya ku dengan menggeram bahkan menatapnya tajam.

" Aku ingin menikmati bagaimana istri ku gelisah dan tak nyaman. Dan aku berhasil" Senyum Vian terbit.

Aku menganga tak percaya. Dia memunculkan Deasy hanya untuk menguji ku?

Hanya untuk menikmati bagaimana keresahan ku. Sama seperti Varo yang yang saat melakukan kekerasaan ia juga terlihat menikmati detik demi detik.

" Wajah mu lucu sekali! Tapi aku tak mau membuat mu banyak berspekulasi.. Makanya aku mengaku"

Aku memukul lengan nya dengan tas tangan dua kali sampai ia mendengus kesakitan.

" Ternyata ide mu murahan!!! Bilang saja kamu memang ingin melihat nya bukan... "

" Tentu saja. Aku ingin melihat nya. Melihat mu dengan mengomel begini itu lebih seru..."

Aku berdecak kesal kearah nya. Dia anggap ini semua lucu. Kembali ku pukul ia dengan tas tangan ini  ia menghindar dan terus tertawa aku semakin membabi buta memukul nya secara acak  hingga tanpa sadar tas yang kupegang ini malah memukul selangkangan nya karena memang menghadap didepan ku kan.

Mataku melotot dan disana bisa kulihat wajah Vian memutih suara nya juga hilang lalu memerah seketika. Nafas nya tercekat  terputus putus. Aku yakin pukulan ku keras dan benda ini juga bahan nya dari yang berbau berat karena dilapisi batu batu permata.

" Aaaahh aaaaaagh" Ia mengerang membungkuk kesakitan aku ikut kelabakan dan bingung harus bagaimana bahkan semua mata sudah memusat pada kami. Tapi bagaimana keadaan anunya  itu tadi pasti sangat sakit memetok siburung dengan tas yang penuh batu permata??  sungguh aku tidak sengaja tapi melihat Vian seperti itu di tengah keramaian ini!

" Aku tidak sengaja. Maaf kan aku Vi. Aah bagaimana anu nya ah apakah sakit? Masih bisa berdiri tidak oh ya ampun.. Apa perlu kita ke rumah sakit?? " Pekik ku spontan dengan nyaring, seketika aku langsung membungkam mulut ku sendiri saat sadar orang orang melihat kearah kami. Kami sudah jadi tontonan dan itu membuat ku semakin terlihat konyol disana.

Vian menggeleng dengan senyum terpaksa yang aku yakin ia masih meresapi bagaimana sakit didaerah sana. Aku pun kembali duduk meringisi kecerobohan ku.

" Oh astaga.. Kalian sangat menjijikan" Bisa kudengar dengan jelas pula gumaman wanita di sebelah ku ini, aku menoleh padanya dengan sinis lalu memberikan nya senyuman termanis ku.

" Ada apa? Apakah kegiatan kami merusak suasana hati mu?? Oh.. Ini hanya lah sedikit cara kami memberikan sentuhan kasih sayang.. " Aku merangkul Vian dan kalimat yang sangat sarat dengan kesombongan ini diiringi senyum kekakan-kanakan ku.

Deasy memutar bola matanya seolah omongan ku barusan lebih menjijikan dari apa yang ia lihat. Aku juga sadar kalimat implusit tadi memang terkesan sedang memanas manasi nya tapi aku tak peduli. Aku malah membanggakan kedekatan ku dengan Vian didepan nya ini sebagai bentuk keresahan ku sebelumnya.

" Kamu pikir aku peduli dengan kalian, ck! Aku bahkan ragu kalau kalian akan bisa bersama sama lebih lama" Lontar nya disana dengan tatapan yang terlihat santai tapi sarat akan kebencian yang mendalam.

Aku meneguk saliva ku dengan berat, ucapan nya itu apa artinya apakah ia hanya ingin membuat ku cemas saja atau apakah ada sesuatu yang ia rencanakan untuk memisahkan kami??

Lalu matanya teralih pada Vian di sebelah ku yang mungkin sudah meredakan nyeri selangkangan nya  matanya hunus dengan tajam lalu ia tersenyum ada gambaran yang ia sampai kan disana. Aku bisa melihat percikan kemarahan juga perasaan terluka, aku pernah melihat tatapan seperti itu saat Arland melihat ku dengan Vian saat aku kejadian penculikan lalu dirumah sakit.

Matanya lalu teralih kearah ku dengan senyum yang masih menyiratkan harga dirinya         " Aku yakin sepenuhnya dia belum mempercayai mu! "Ucapnya singkat diiringi senyuman kecil yang manis.

Kalimat itu lebih kepada unsur untuk menjatuhkan rasa percaya diri ku. Perempuan itu lalu meluruskan lagi pandangan nya bertepatan saat ada agenda tepuk tangan ia terlihat sangat menikmati acara padahal baru menyerang dengan kata kata.

Aku menarik nafas panjang walau aku tau kemungkinan Deasy mengatakan nya hanya untuk memberikan ku keresahan tapi perasaan ku mengatakan firasat buruk. Apakah mungkin ia berusaha ingin memisahkan ku dengan Vian. Lalu kenapa ucapanya ada benar nya Vianvaro belum mempercayai ku sepenuh nya dia masih menutupi hal hal yang harus nya kami hadapi sama sama. Misalnya mengenai  Jesicca.

" Jangan terpengaruh dengan perkataan nya. Kita akan sama sama sampai maut memisahkan. "

Aku tersentak kecil saat Vian berbisik kearah ku. Aku menoleh padanya dengan tatapan keraguan. Iris mata hitam nya seperti menelan ku bulat bulat. Dan tangan ku digenggaman dengan erat. Hanya saja aku masih merasakan sesuatu yang janggal. Firasat yang buruk yanh masih tergantung.

Lalu wajah ku malah di usap dari udara dengan tangan besar nya. Seperti meraup udara yang menyimpan keresahan ku. Ia menggengam nya dan meniup nya. Seolah membuang semua keresahan ku.

" Kamu hanya terlalu suka banyak berpikir. Tapi aku menyukai setiap keresahan dan kekhawatiran mu. Aku tau itu tanda kamu memikirkan ku.. " Ia mengedip kan mata genitnya lalu tersenyum manis sekali  bahkan aku yakin senyum Vian ini sangat manis dari sekian senyum yang ia perlihatkan dari sosok kombinasi Vianvaro.

" Kamu terlalu yakin Vian!" Ucap ku membuang muka ku yang memerah bahkan bisa kurasakan desiran panas dirahang pipi ku naik menggelitik wajah ku.

" Aku tak pernah ragu dengan keyakinan ku... " Sahut nya disana lebih terdengar dengan sebutan rayuan receh, tapi juga sukses membuat ku salah tingkah.

" Apa kamu mau lagi???

Tas tangan berat yang diisi permata itu sekarang jadi andalan ku.

" Oh hoo.. Stop.. Itu rasanya sakit sekali. Aku rasa tadi saja sudah jadi tontonan orang-orang!!! Apa kamu mau bikin trending topic esok mencuat kalau Nyonya Alvaro itu ingin membuat impoten suaminya sendiri hanya karena cemburu buta?? "

Matanya menggeriyang dengan tangan diudara dan itu terlihat sangat lucu. Aku tau ia tidak ingin merasakan sakit kedua kali di bagian anu nya yang kegepok tas berat ini. " Ya kata cemburu itu terdengar menggelikan" Dengus ku.

" Ayolah. Aku yakin kamu juga tak mau King Vianvaro ini ga bisa berdiri lagi kan.. "

Aku melototi Vian bicara seperti itu. Apa dia tidak malu di dengar orang tapi ia malah senyam senyum saja hingga kulihat ada Leo mendekat. Kapan Leo ada. Bukan nya yang menjemput kami adalah Siska. Mungkin kah ada sesuatu mendesak sampai Leo menghampiri. Pria tinggi itu membungkuk dan berbisik pada Vian. Aku mengesap minuman ku tapi telinga kutajamkan. Ingin sekali aku tau apa yang membuat Leo datang.

Vianvaro menepuk bahu Leo lalu pria itu kembali berdiri dan balik arah.

" Kenapa ada apa? "

Cecar ku langsung menarik lengan Vian. Aku menatap nya tajam berharap ia tidak menutupi apapun.

Vianvaro mengulas senyum tipis. " Hanya masalah kecil, jangan khawatir... "

Aku mencengkram jas nya dengan kuat. Bentuk ketidaksukaan ku atas jawaban nya  " Jadi benar kata Deasy kamu belum mempercayai ku?? "

Bisa kurasakan nafas nya menyapu wajah ku tapi bentuk protes ku masih tersirat. Disana mata nya mendalami sorot ku ia lalu mengusup sudut bibir ku.

" Tidak mempercayai mu dan tidak ingin membuat mu banyak berpikir itu sesuatu yang berbeda. Ada bagian dari kita yang harus kita pikirkan dari sekedar masalah kecil"

Jari kokoh nya mengusap perut ku dengan pelan. Aku mengerti ia khawatir dengan bayi kami. Tapi aku tetap ingin mengetahui semua nya. Apa yang disembunyikan oleh Vian dan segala masalah nya.

" Kamu sudah janji untuk menceritakan semua padaku kan Vian!! "

Vian menunduk lalu menarik nafas dan sorot nya masih terlihat lembut " Baiklah kalau itu keinginan kamu"